Berapa lama seseorang bisa bertahan dalam sunyi?
Sehari?
Dua hari?
Satu minggu?
Satu bulan?
Atau... selamanya?
Pada suatu musim yang kini mulai terlupakan, Raja pernah dengan sengaja menyekap dirinya dalam kesunyian. Dia hidup tanpa suara. Seakan-akan cahaya tidak pernah ada dalam sebuah terowongan gelap dan panjang. Mama meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa. Termasuk permintaan untuk memaafkan Papa, Raja bersyukur Mama tidak pernah mengatakannya.
Tapi kadang Raja penasaran, apa yang membuat Papa tidak bisa mencintai Mama dan membenci dirinya begitu tiba-tiba. Padahal, semula keadaan baik-baik saja. Raja pernah merasakan bahagianya sebuah keluarga utuh. Raja pernah merasa bersyukur dilahirkan dari keluarga yang hangat dan penuh cinta. Tapi seperti kata pepatah; people change, but memory doesn't.
Tidak peduli seberapa keras Raja membenci Papa, ada sedikit perasaan yang membuatnya rindu. Setelah 2 bulan kelulusan misalnya, dia memutuskan pergi ke tempat di mana Papa tinggal. Dengan hidup baru, keluarga baru, dan... kebahagiaan baru.
Disaat Papa mulai menemukan kebahagiaannya, Raja masih ditempat yang sama. Terjebak dalam kesepian dan terus bertanya-tanya, kenapa ini harus terjadi?
Dari balik pohon akasia, di bawah gerimis sore, Raja sudah cukup melihat Papa baik-baik saja. Rumah tempatnya tinggal kelihatan hangat. Dan sore itu, Papa terlihat sangat bahagia. Istri barunya cantik-- sepertinya juga ramah pada siapa saja. Dan anak perempuan yang duduk di antara keduanya-- juga terlihat sama bahagianya. Sayangnya, Raja tidak pernah tahu secantik apa anak tiri Papa. Kelihatannya mereka seumuran. Lalu Raja mulai penasaran, kalau mereka bertemu dan menjadi satu keluarga-- apakah mereka bisa menjadi keluarga yang selayaknya?
Raja tidak pernah tahu. Karena setelah itu, ia berbalik pergi. Tidak cuma sedih, tapi dia juga nelangsa. Bagaimana mungkin dunia bisa sekejam ini padanya dan juga Mama? Oke, kedengarannya Tuhan sedikit baik karena menempatkan Mama ditempat paling baik. Tapi, kenapa dia harus ditinggalkan sendirian?
"Lo nggak tahu apa-apa. Lo nggak berhak menjudge gue untuk berdamai sama Davina karena dia udah sepantasnya di benci!"
Sejak Raja duduk di depan komputer dan berkutat dengan rumitnya autocad, kata-kata Jovanka tadi siang terus saja mengusiknya. Lalu potongan-potongan aneh sewaktu Pamela mendorong Natta dari atas gedung juga kembali menghantui.
Kenapa kehadirannya hanya menghasilkan dampak buruk bagi orang lain?
Detik jam sinding yang terdengar sangat jelas membuat tangan laki-laki itu berhenti bergerak di atas tetikus. Dan dia menatap kosong layar komputernya yang masih memperlihatkan sebuah draft yang belum jadi. Jam 1 pagi, dan yang ia dengar saat itu bukan lagi suara detak jam. Melainkan denging panjang serupa suara uap dari air yang mendidih. Lalu begitu saja, airmatanya jatuh dari balik kacamata yang membingkai matanya.
Untuk sejenak, ia melirik pada figura yang ada di samping komputer. Lalu pada gantungan Moomin sebesar kepalan tangannya yang sengaja ia letakkan dalam cangkir kosong. Foto dalam pigura itu diambil 6 tahun yang lalu di sebuah tempat karaoke. Saat itu hari ulang tahunnya. Setelah kepergian Mama, Raja tidak pernah merayakan ulang tahun lagi. Tapi teman-temannya kembali membuatnya perayaan itu hadir lagi. Meski seadanya. Meski hanya donat dan lilin besar seharga 2000. Tapi apa yang teman-temannya berikan, lebih berharga dari segalanya.
Lalu gantungan Moomin itu... Raja tidak pernah menginginkannya. Dia hanya bilang kalau dia suka karakter Moomin-- yang kata Cendana, Moomin itu sejenis kudanil yang mengalami kelainan. Tapi pada akhirnya, bocah itu menghadiahinya gantungan itu. Cendana bilang, ternyata karakter Moomin sangat cocok untuk dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop✔
Romance[SUDAH TERBIT] TRILOGI BAGIAN 2 Bagi Davina, dia dan Jovanka adalah dua hal yang berbeda. Hidupnya terlalu rumit untuk dijelaskan, seperti terjebak dalam labirin waktu yang membingungkan. Tapi bagi Raja, keduanya sama saja. Raja mencintai Davina dan...