15# Lucy

16.6K 4.3K 927
                                    

Langit semakin muram saat Raja tiba ditempat yang dimaksudkan oleh Ken. Butuh waktu ekstra untuk menemukan tempat ini. Selain karena Raja belum pernah mendatangi daerah ini, lokasinya juga berada di pinggiran kota. Bangunan yang dimaksud Ken juga nyaris tak nampak di mata Raja sebab semak-semak yang menjulang-- nyaris menyamai tinggi pepohonan yang ada di sana, menyamarkan bangunan tersebut.

Mobil Ken sudah ada di sana sewaktu Raja tiba, berikut sang pemilik yang langsung turun begitu mendapati Raja sudah sampai di sana.

"Kita mau ketemu siapa?" Alis Raja menukik.

Terus terang saja, pertemuan pertamanya dengan Ken beberapa tahun yang lalu tidak terkesan baik. Ken yang entah punya masalah apa dengannya selalu menatapnya dengan pandangan dingin. Sekalipun Raja sangat dekat dengan Jovanka, bukan artinya dia juga dekat dengan Ken. Bagi Raja, ada sesuatu dalam diri Ken yang tidak bisa ia jamah begitu saja. Ken tidak pernah menawarinya sebuah pertemanan dan dia juga tidak tertarik berteman dengan laki-laki itu. Maka selesai, tidak ada hubungan baik tapi juga tidak ada hubungan buruk. Bagi keduanya, mengetahui eksistensi satu sama lain saja sudah cukup.

"Seseorang." Ken mulai memimpin jalan. Melewati jalan setapak yang berbatu dan lembab untuk sampai ke bangunan menyeramkan tak jauh dari tempat mereka.

"Gue nggak punya koneksi apapun soal Jo. Tapi gue rasa, orang ini tahu sesuatu. Dan lo akan lebih kaget lagi kalau tahu soal ini." Ken menyambung, lantas melirik pada Raja dengan pandangan meremehkan.

Raja sendiri tidak terlalu ambil pusing. Meski dia sedikit ragu, pada akhirnya dia mengikuti kemana Ken membawanya pergi. Bangunan terbengkalai yang baru saja mereka pijak kelihatan masih kokoh meskipun lumut-lumut mulai merajai sembarang tempat. Tempat tak berpintu ini kelihatannya sudah tidak dipakai selama hampir belasan tahun. Raja takjub, bahkan insting arsitekturnya masih bekerja dengan baik di tempat seaneh ini.

"Kenapa lo bawa mobil Jov?"

"She is disappears."

Entah kenapa ada sesuatu yang rasanya-- menyakitkan. "Maksudnya?"

"Gue ada di apartemen dia waktu lo telpon. Gue udah nggak ketemu sama dia hampir seminggu. Waktu gue ketempat dia, dia nggak ada. Baju-bajunya juga nggak ada. Tapi hape sama mobil dia masih ditinggal di sana. Gue nggak tahu dia kemana."

Raja berdeham, begitu juga dengan Ken yang melirik Raja dengan pandangan penuh selidik. Seperti ada elemen tak kasat mata, keduanya seolah-olah melempar kecurigaan satu sama lain.

Lalu Ken berhenti, otomatis langkah Raja juga berhenti. Laki-laki di depannya itu membuka sebuah pintu yang menghubungkan mereka dengan ruangan lain. Raja pikir itu hanya ruang kosong biasa. Tapi saat Ken menggeser sebuah bata merah yang tergeletak begitu saja di tanah, sebuah pintu rahasia terbuka. Seperti terseret masuk ke dalam sebuah film fantasi, Raja tercekat saat mendapati anak tangga yang menghubungkan mereka dengan ruang bawah tanah. Ken mengajaknya masuk ke sana. Dan lagi-lagi Raja kehilangan ribuan kosa kata dalam kepalanya hanya untuk diperlihatkan sebuah casino megah yang hanya dipenuhi oleh orang-orang parlente.

"Jov-- sering kesini?"

Ken terkekeh, "Menurut lo? Darimana dia bisa sekaya itu kalau pekerjaan dia cuma jadi lady escort dan morotin cowok-cowok tajir? Mobil yang dia pakai aja dua kali lipat lebih mahal dari mobil lo."

"Harusnya gue nggak kaget. Tapi sumpah, ini..."

Ken mengibaskan tangannya, seolah-olah keterkejutan Raja sangatlah tidak penting. Sementara Raja, laki-laki itu merasa bahwa dia pasti jadi satu-satunya manusia  paling culun yang ada di sana. Lalu dia melihat Ken mendekati seorang laki-laki yang usianya bisa jadi seperantara mereka. Keduanya berbicara menggunakan bahasa Thailand yang sama sekali tidak Raja mengerti.

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang