40# Kaleidoskop [Final]

36K 4.5K 2.3K
                                        

Seumpama lembar buku cerita warna-warni, 4 tahun terlewati begitu saja. Dalam waktu yang tak sebentar, banyak hal yang terjadi. Kembalinya persahabatan Raja dengan NCT Cabang Depok, perdamaian yang laki-laki itu lakukan dengan dirinya sendiri, pertemuan dengan Om Derias hingga kematian menyapanya. Juga, kematian Keenan Radigta Gandhi yang masih membekaskan luka yang teramat dalam.

Langit Tokyo dan lantunan simphoni kini bukan lagi sebatas angan-angan. Meski kepergian Dav ke negara Sakura itu tak luput dari bayang-bayang masa lalu, mimpi tetaplah mimpi. Hidup harus terus berlanjut sampai Tuhan sendiri yang akan menghentikannya.

4 tahun berlalu, rasanya nyaris tak bisa dipercaya. Ken pergi meninggalkannya begitu saja. Tanpa kata pisah yang sedikit lebih layak, tanpa pelukan hangat yang sedikit lebih erat. Kematian Ken yang begitu tiba-tiba membuat Dav menyesal berkali-kali lipat. Harusnya ia menuruti saja apa kata Ken untuk tetap hidup sebagai Jovanka. Harusnya Dav tidak bertengkar dengan Ken hingga membuat persahabatan mereka berantakan. Kejadian mengerikan dimalam berhujan kala itu adalah pertemuan pertama sejak pertengkaran mereka sekaligus pertemuan terakhir.

Ken mati dalam kesepian panjang. Tanpa keluarga sebagaimana mestinya, tanpa upacara sebagaimana harusnya. Beberapa orang mungkin bersedia datang untuk melepas kepergian Ken. Termasuk Steve, hingga anjing itu turut mati 3 hari setelahnya.

Ketika Raja berkata bahwa ia akan menghancurkan Jeanne, ternyata itu bukan hanya omong kosong belaka. Raja bukan hanya menghancurkan karir Jean yang kala itu sedang berada dipuncak, tapi juga mental dan masa depannya. Jean hancur dalam definisi hancur yang sebenarnya. Nyaris tidak ada harapan bagi perempuan itu untuk mengembalikan hidupnya yang baik-baik saja.

Tapi ini masih terasa tidak adil. Setelah keluar dari penjara, Jean akan tetap menjalani hidupnya. Menghirup udara sebebas-bebasnya. Lantas bagaimana dengan Ken? Ken tidak bisa hidup lagi. Ken akan tetap mati.

Dan malam ini, lilin itu ia nyalakan lagi. Tidak ada doa. Yang ada hanya tatapan hampa pada api yang bergoyang-goyang sebab angin jendela yang bertiup sedikit lebih kencang. Saat Dav menoleh pada jendela kamarnya, kelopak bunga merah muda jatuh tak beraturan. Diantara lampu kemuning jalan yang temaram.

Nyatanya, segala hal tidak melulu berjalan dengan baik. Impiannya perihal musik mungkin sudah didepan mata, tapi hubungannya dengan Raja adalah taruhannya. Mulanya semua berjalan dengan baik. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, hubungannya dengan Raja masih sama. Masih dipenuhi cinta dan percaya.

Namun apa yang diharapkan dari sebuah hubungan jarak jauh? Ruang yang membentang, komunikasi yang kini tak lagi utuh, curiga dan tirisnya percaya. Dav tidak tahu, dia yang mulai berubah atau Raja yang mulai tidak lagi sama.

Setahun belakangan, sudah tidak ada lagi telepon-telepon panjang tengah malam. Tidak ada lagi chating-chating lucu yang mendebarkan. Perlahan-lahan, semuanya terasa hampa. Raja mulai sibuk dengan berbagai hal, sementara Davina sibuk menunggu tanpa kejelasan. Kini rasanya mulai melelahkan. Dav tidak yakin, apakah ini alasan yang tepat untuk mengakhiri?

"King... aku ada kelas sore, kamu sibuk apa?"

Pesan dua bulan yang lalu itu dibalas dengan tulisan sederhana, "Aku lagi meeting."

Tidak ada telpon balik. Tidak ada pesan sambungan.

Atau pesan seperti, "King, coba tebak! Aku lulus ujiaaan!"

Yang hanya dibalas, "Wah! Iya?? Haha, selamat ya sayang." setelah Dav membalasnya, perempuan itu tidak mendapat balasan lagi. Hatinya sakit, tapi sejauh ini ia tahan-tahan saja.

Komunikasi yang semakin riskan jelas menjadi sebuah ancaman dalam hubungan. Berbulan-bulan lamanya, Dav berusaha mengerti. Mungkin pacarnya itu memang benar-benar sibuk.

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang