Jean hanya bisa melongo saat Raja menggiringnya ke sebuah meja kubikel di bagian paling sudut dekat jendela. Jean mengira ruang kerja Raja adalah ruang kerja tertutup untuk satu orang. Khayalannya untuk berduaan dengan Raja di ruang kerja laki-laki itu harus rela buyar di tengah jalan.
"Kamu.. ruangannya di sini?"
Raja sedikit heran. Laki-laki itu memindai seisi ruangan yang kelihatan masih sepi. Hanya ada Ines yang baru saja meninggalkan mejanya dengan cangkir kosong.
Lalu Raja menoleh lagi pada Jean, "Iya. Emangnya kenapa?"
Ditanya begitu, Jean hanya bisa tersenyum kikuk. Lalu menggeleng agar Raja tahu bahwa pertanyaannya bukan sesuatu yang penting.
Sementara Raja, dia diam-diam tertawa penuh kemenangan saat melihat ekspresi tidak suka Jean. Bukannya Raja tidak suka dengan kerjasama yang ia sepakati dengan perempuan itu. Bagaimanapun ini pekerjaannya. Tapi kalau Jean terus bersikap seolah-olah mereka memiliki hubungan dekat, rasanya Raja harus membuat tembok raksasa untuk menghalau kekuatan Jeanne yang tidak main-main itu.
"Jadi.." Raja berdeham, sembari menyalakan komputer di depannya dan langsung kaget saat melihat foto Hyun Bin terpampang nyata di sana.
Jean yang kebetulan melihat keterkejutan Raja berusaha untuk mencari tahu, tapi Raja lebih cepat penggeser layar komputer itu sebelum Jean melihat semuanya. Bukan masalah besar sebenarnya. Tapi masa iya Raja pakai foto Hyun Bin sebagai wallpaper?
Laki-laki berambut abu-abu itu tertawa kikuk, "Jadi nyokap lo pengen desain yang kayak gimana?"
"Terserah."
Raja ceming. Apalagi saat Jean mengatakannya dengam senyum lebar tanpa dibuat-buat.
"Kalau terserah, lo ngapain kesini?"
"Kan biar bisa ketemu sama kamu." Jean menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Menampakkan anting-anting yang berkilau diterpa cahaya matahari.
"Jean," Raja menggeser kursinya mendekati Jean, "Lo pikir gue nggak ada kerjaan? Lo lihat mereka?"
Jean mengikuti ke mana arah pensil Raja mengarah. Dan mendapati kubikel-kubikel di belakangnya mulai penuh satu per satu.
"Mereka tim gue, lagi sibuk buat proyek besar. Kalau lo masih pengen pakai jasa kita buat restoran nyokap lo, gue kasih ke temen gue aja. Gimana? Dia ahlinya desain, gue jamin lo sama nyokap lo nggak bakalan kecewa. Tertarik?"
"Kok gitu? Aku maunya sama kamu, Raja.."
Raja menarik napas dalam-dalam, "Jean--"
"PERMISIIII.... Saya mau bersih-bersih! Permisii!!!"
Davina akhirnya datang. Dengan senyum secerah mentari, perempuan itu langsung menuju tempat dimana Raja dan Jean duduk. Saat ia melihat Raja juga balik melihatnya, Dav tidak punya alasan untuk tidak tersenyum selebar mungkin. Tapi begitu dia mendapati Kean yang juga balik menatapnya, matanya langsung memicing. Seakan-akan membuat tanda antipati kalau-kalau Jean tiba-tiba menyerangnya.
"Yang Muliaaa! Selamat pagi!"
Jean mendengus. Hampir tidak percara saat Dav tiba-tiba merepet ke arah Raja. Apalagi melihat bagaimana nyentriknya penampilan perempuan itu saat ini, Jean rasanya ingin tertawa terbahak-bahak. Yang benar saja!
"Ngapain kamu?"
Kamu? Jean menganga. Raja menyebut kata 'kamu' sama si udik ini?
"Mau bersih-bersih."
"Ya ngapain melipir ke sini?"
"Ya bersih-bersihnya ke sini dulu. Di sini debunya banyak banget ya Allah.. tuh, tuh tuh.. ckckck."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop✔
Romance[SUDAH TERBIT] TRILOGI BAGIAN 2 Bagi Davina, dia dan Jovanka adalah dua hal yang berbeda. Hidupnya terlalu rumit untuk dijelaskan, seperti terjebak dalam labirin waktu yang membingungkan. Tapi bagi Raja, keduanya sama saja. Raja mencintai Davina dan...