25# (I'm) Coming Home

18.2K 4K 725
                                    

Hampir semua orang akan berkata; selamanya, Attala Rajasa akan tetap jadi Attala Rajasa. Sekalipun seseorang baru bertemu lagi dengannya setelah satu dekade lamanya, orang itu akan tetap bilang, "Raja nggak pernah berubah." Dibanding Jeno dan Aji yang memilih untuk hidup berprinsip, Raja akan hidup biasa-biasa saja- seenaknya. Dia akan berjalan di jalan yang menurut dia baik, meskipun orang-orang akan menyebutnya naif dan bodoh.

Dulu, sewaktu masih di dunia perkuliahan, Raja pernah dengar beberapa kali anak-anak kampus menyebutnya sebagai "Si Rasional". Masalahnya sepele, Raja emang manusia yang hobi mikir. Dan kalau diberi sebuah pilihan antara mendengarkan dan berbicara, Raja dengan pasti akan memilih menjadi seorang pendengar. Karena baginya, berbicara itu melelahkan. Tapi menjadi pendengar bagi orang lain, paling tidak itu akan membuatnya merasa- bahwa hidupnya selalu punya arti. Kalau Raja merasa dia tidak berarti untuk dirinya sendiri, mungkin dia bisa berarti bagi orang lain.

Raja akan tetap menjadi dirinya sendiri. Bahkan setelah dia tahu bahwa Jovanka dan Davina adalah satu orang yang sama, Raja tidak bisa langsung membenci perempuan itu. Justru setiap malam, sebelum dia benar-benar tertidur, Raja akan menyempatkan diri untuk bertanya pada langit-langit kamarnya.

Kenapa Davina hidup sebagai Jovanka?

Apa yang membuat Davina sampai seperti ini?

Kenapa Davina hidup dengan cara seperti ini?

Dia pasti punya alasan kenapa dia melakukan ini semua..

Dan setiap kali Raja bertemu dengan perempuan itu, entah saat ia menjadi Jovanka, atau menjadi dirinya sendiri- Raja selalu ingin menjadi orang yang bisa melindunginya.

Untuk Davina yang rapuh.

Untuk Jovanka yang terluka.

Kadang Raja tidak habis pikir, dibalik cengiran lucu yang menyenangkan khas Davina, di balik kokohnya jati diri Jovanka, ada luka-luka bernanah yang perempuan itu sembunyikan. Sewaktu-waktu, Raja ingin masuk ke dalam sana- dalam hidup Davina yang selama ini ditutup-tutupi. Hanya untuk membuat luka-luka itu sembuh dan membuat Davina kembali baik-baik saja. Tapi sayangnya, bukan Raja yang tidak mampu menerobos bagian itu, melainkan Davina yang terlalu gesit melarikan diri.

Tapi Raja masih bersedia untuk tetap tinggal di sana. Mungkin kapan-kapan, Dav sudi datang kepadanya dan memintanya untuk menyembuhkan luka-luka itu. Karena Raja sudah hapal betul bagaimana rasanya ditinggalkan dan dianggap tidak pernah ada. Rasanya sakit. Tidak peduli waktu berlalu dan mengubah banyak hal, rasanya akan tetap sama. Sakit. Dan dia tidak mau Davina merasakan perasaan yang sama. Sekalipun dia tahu bahwa Jovanka itu hanya entitas dari luka milik Davina, Raja tidak akan pernah pergi.

Lalu, apa yang membuat Raja berani untuk membuka perasaannya begitu saja? Bahkan setelah ditinggali bayangan Natta selama bertahun-tahun?

Mungkin ini kedengaran konyol dan brengsek, tapi Raja pikir- bisa jadi ini cara mama menjawab semua kerinduannya. Raja selalu melihat mama, baik itu melalui Jovanka ataupun Davina. Raja hanya merasa, dia mulai menemukan tempat setelah bertahun-tahun tersesat. Raja hanya merasa, dia mulai menemukan pegangan saat dunianya goyah. Raja hanya merasa, pundak Davina selalu menjadi tempat paling nyaman untuk ia tuju.

"Kayaknya aku bakalan re-sign dari kantor." Setelah berjalan cukup jauh dalam keterdiaman, Raja mendengar Davina mulai bersuara.

Raja memutuskan untuk tidak mengambil mobilnya dan memilih berjalan berdua- mendekati jam 2 pagi. Terlalu beresiko jika Dav tanpa sengaja bertemu dengan orang-orang yang terlibat dalam pesta tadi. Saat Raja menoleh, dia menemukan sepasang mata Davina menembus jauh ke depan. Kosong.

"Ide yang cukup bagus."

Detik itu juga Dav terkekeh. Raja ini manusia yang unik ternyata. Setelah menjadi laki-laki super manis yang penuh dengan kasih sayang dan pengertian, dia bisa berubah menjadi manusia paling bodoamat.

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang