16# Another Character

17.4K 4.7K 1.9K
                                    

Pada malam berhujan yang mencekam kala itu, Ken mengemudikan mobil Jov di atas kecepatan rata-rata. Alih-alih mengebut di aspal yang licin, Ken justru seperti bosan hidup dan ingin menyetorkan nyawanya cepat-cepat. Ken jadi kalap seperti ini bukan tanpa alasan. Dia ingin cepat-cepat sampai ke tempat Jo dan menghabisi laki-laki itu malam ini juga.

Kekesalannya memuncak sekitar setengah jam yang lalu. Ketika dia dan Raja bersiap untuk pergi ke tempat yang Jo maksud, Ken akhirnya sadar kalau laki-laki itu telah menipu mereka. Dari informasi yang diberikan Jo, laki-laki itu mengarahkan mereka pada sebuah apartemen tidak jauh dari kelab milik Ken. Tapi anak buah Ken bilang, bahwa sambungan terakhir panggilan Jo berada di salah satu gelanggang renang yang baru saja ditutup oleh pemerintah sekitar setengah tahun yang lalu. Teknisnya, Jo dan Davina berada di dua tempat. Entah dimana Davina berada, masih menjadi pertanyaan.

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berpencar. Karena Ken yakin kalau Jo pasti berada di apartemen itu, dia secara suka rela datang ke sana.

Tidak butuh waktu lama sampai Jo akhirnya melihat mobil Jov memasuki pintu masuk apartemennya. Laki-laki itu jelas tertawa di atas kemenangan. Rasanya seperti diajak menari di atas awan ketiga dia bisa menepuk dua lalat sekaligus. Dia mampu membuat Jov membayar apa yang telah perempuan itu perbuat padanya selama ini. Tapi di saat yang sama, dia juga mendapatkan perempuan itu.

Jo menenggak red wine-nya lamat-lamat. Layaknya seorang baginda raja yang begitu damai menikmati hidupnya. Memang, dia menikmati itu semua sebelum akhirnya bel apartemennya ditekan dari luar. Otomatis Jo beranjak. Dengan senyum sumringah saat membayangkan bagaimana Jov berakhir dalam pelukannya malam ini.

Namun, kata orang-orang, tidak ada bahagia yang selamanya. Senyum lebar Jo langsung memudar saat seseorang yang berdiri di depan pintu apartemennya bukanlah Jovanka, melainkan sosok Ken yang menodongnya dengan moncong Glock Meyer 22.

Jo berjalan mundur saat Ken dengan tatapan bengis semakin mendesak maju. "Ken.."

Ken tersenyum sumir. Kemudian suara slide pistol yang ditarik terdengar seperti suara gerbang neraka yang baru saja di buka.

"Gue udah cukup ngebiarin lo berkeliaran selama ini."

"Ken-- ini nggak lucu."

"Artinya gue nggak sedang bikin lelucon."

"Ken-- please." di antara hawa yang mencekam bagi Jo, Ken justru tertawa sengak.

"Sebelum mati, mau gue kasih tahu satu rahasia?" alis kanan Ken terangkat. Seakan-akan sesuatu yang hendak ia katakan adalah salah satu hal yang paling menarik di dunia ini.

"Saat lo tanya dimana Jov--" lagi-lagi Ken terkekeh
"Dia udah ada di depan lo waktu itu."

Jo terhenyak.

"Lo udah nangkap dia tapi lo lepasin gitu aja?" Ken tertawa terbahak-bahak. "Ternyata lo masih aja goblok dari dulu."

"Maksud lo apa?"

Ken mendekat, membuat jarak antara Jo dan tembok semakin dekat. "Jovanka itu cuma sisi lain dari Davina. Mereka satu orang yang sama. Jadi ketika lo berhasil bawa pergi Dav dari Raja, praktis lo membawa Jov juga. Well, sejujurnya gue lebih suka ketika dia jadi Jovanka sih ketimbang dia jadi Davina. Tapi kalau lo nyakitin Davina, artinya lo nyakitin Jovanka juga. Dan lo pikir, gue bakal biarin lo hidup dengan tenang setelah apa yang lo lakuin sama dia hari ini?"

Jo gelagapan. Akhirnya dia sadar, kalau dia baru saja menggali kuburannya sendiri. Setelah Ken tertawa dan melenyapkan semua ekspresi dari wajahnya. Malam itu, tidak ada lagi yang terdengar memekak telinga selain suara Glock Meyer yang menembus kepala Jo dalam hitungan detik.

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang