27# Love Language

18.7K 3.9K 695
                                    

⚠️WARNING⚠️

Chapter yang sangat panjang ini mengandung ekstra super mega clingy, taburan keju mozarela yang lumer tapi keasinan, bawang merah yang lupa nggak dimasak, berbagai macam makian yang sangat sangat tidak patut untuk ditiru dan kebaperan-kebaperan yang berbahaya. Bagi yang tidak berkenan, monggo- silahkan get out😌

○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○

Seingatnya, Jov berkata pada Raja bahwa dia tidak akan tidur di apartemen. Dia bahkan berkata pada Raja kalau dia hanya mengambil beberapa barang lalu kembali ke kontrakan. Tapi melihat laki-laki itu berdiri di depan pintu unitnya malam-malam begini malah menimbulkan tanda tanya besar.

"Kok lo nggak bilang-bilang dulu mau ke sini?"

Bukannya menjawab, Raja malah celingak-celinguk ke sana ke mari. Saat Jov melongokkan kepalanya ke luar, lorong di unitnya dalam keadaan sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana.

"Heh! Lo kenapa sih? Kesambet?"

Lalu dengan gerakan cepat dan tiba-tiba, Raja mendorongnya masuk dan menutup pintu tanpa sempat menjawab pertanyaannya sama sekali.

"King! Gue lagi ngomong!"

Melihatnya marah-marah, Raja hanya berdecak. "Iya, denger! Berisik banget sih." Lalu duduk di sofa setelah menanggalkan jaketnya. Pakaian laki-laki itu kelihatan beda dari yang Jov lihat tadi sore. Dugaannya, Raja pergi ke suatu tempat sebelum datang kemari. Rambutnya juga kelihatan lebih rapi. Bisa jadi laki-laki itu habis bertemu seseorang. Karena kalau hanya untuk datang menemuinya, Jov yakin Raja tidak akan mau repot-repot ganti baju apalagi dandan rapi.

Kecuali kalau yang ditemui itu si Davina, mungkin beda lagi.

"Sumpah! Nggak jelas banget." Desisnya.

Jov hendak berbalik dan mengambil beberapa kaleng minuman saat Raja tiba-tiba meraih tangannya sampai-sampai tubuhnya oleng dan berakhir duduk di atas pangkuan laki-laki itu. Sumpah, rasanya tiba-tiba aneh dan menggelikan. Apalagi saat Raja hanya diam saja saat menatapnya.

"Kenapa- lo lihatin gue kayak gitu- banget?"

Bagian paling menyebalkannya adalah, Raja tersenyum miring- yang kelihatab bangsat dan enggak Raja banget. Kayaknya kalau dia berasumsi Raja diteploki jin tomang saat perjalanan kemari, itu adalah sesuatu yang wajar.

"Kenapa? Grogi?"

"A-apa? Grogi kenapa? Haha, jayus lo."

"Mukanya merah tuh."

"Yaiyalah! Gue dandan, pake blush on makanya merah. Norak lo!"

Dan di luar dugaan, Raja malah tertawa terbahak-bahak. Benar-benar kontras dengan Jov yang justru melihatnya dengan tatapan ngeri. Dia tahu Raja tuh kadang-kadang emang suka cringe dan absurd. Tapi sejauh ini hampir tidak pernah separah ini. Laki-laki itu jauh lebih ekspresif setelah mereka sama-sama mengakui perasaan satu sama lain. Dan di titik ini, Jov tidak tahu apakah ini jadi hal yang menjengkelkan atau malah menyenangkan?

"Dan kenapa lo malah ketawa?!"

"Lucu aja."

"Apanya yang lucu?"

"Lo." Disaat yang bersamaan, Jov merasa lengan Raja semakin mengerat di pinggangnya. Hangatnya semakin terasa. "Gue berasa macarin orang dua orang sekaligus. Yang satu nyebelin tapi lucu, yang satu kerjaannya kalau nggak marah-marah ya teriak-teriak. Jangan-jangan bener kata Bang Marli."

Jov langsung mengernyit saat Raja tiba-tiba membahas Marli, "Apa?"

"Gue diguna-guna."

"Sembarangan! Mulut Marli tuh emang sesat. Lo nggak seharusnya dengerin omongan dia."

Kaleidoskop✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang