Peter & Karla (SM & CC)
Dua orang innocent yang saling menyayangi namun tak tahu bagaimana caranya untuk berkomitmen mengenai hubungan mereka ditengah status "persahabatan abadi" yang mereka jalin dan mereka akui di muka publik.
Setiap orang pada u...
Jadwal Peter semakin padat, tentu saja jadwal Karla pun mengikuti disamping ia harus tampil dengan teman - temannya, dia juga harus tampil bersama Peter untuk beberapa acara bahkan tak jarang ia kerepotan untuk sekedar mengganti pakaiannya. "kau terlihat full energi sekali Karla" ujar Peter sambil tersenyum. "tentu saja, ini kan acara jingle ball, aku harus mempersiapkan diri tiga kali tampil, dua kali dengan girlgroupku, dan satu kali denganmu, energiku harus penuh" jawab Karla. Peter tertawa kecil sambil mengusap kepala Karla.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka menunggu giliran tampil setelah penampilan Selena, kemudian duduk di belakang panggung. Karla yang mengenakan atasan putih tanpa lengan dan celana hitam tampak menopang dagu sambil memikirkan sesuatu, sementara Peter yang berpakaian serba hitam terlihat latihan menyanyikan lagu yang akan ditampilkan.
Mereka tampil memukau penonton meskipun awalnya Karla sempat ragu lantaran banyaknya komentar negatif di media sosial dari beberapa fans girlgroupnya mengenai lagu solonya bersama Peter, tapi ketika itu Peter memegangnya erat, "aku bersamamu, kau tak perlu takut" katanya sambil menggenggam erat tangan Karla.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Foto burik tahun 2015 yang berhasil tertangkap kamera saat Camila tampil pertama kali bersama Shawn untuk lagu mereka IKWYDLS, Shawn memegangnya erat ketika Camila takut untuk tampil 😭)
Karla hanya mengangguk sambil mengusap matanya yang sedikit berkaca - kaca dan tampak tegang itu hingga akhirnya semua rasa tegang itu hilang, sepanjang mereka tampil, Peter tak pernah mengalihkan pandangannya dari Karla dan selalu memberikan senyuman sambil bermain gitar.
Akhirnya semua tampil sesuai harapan, mereka puas dengan penampilannya. Semua penonton nampak sangat bersemangat dan terhibur.
Saat malam sudah mulai larut, teman - teman girlgroup Karla pulang bersama dengan tim mereka, sementara Karla pulang bersama Peter. "aku merasa tak enak hati" celoteh Karla. "huhh kenapa?" tanya Peter penasaran. "harusnya aku pulang bersama mereka" jawab Karla gelisah. Peter tersenyum, "aku yang menjemputmu ke tempat acara, jadi aku juga berkewajiban untuk mengantarmu pulang, lagipula toh kau sedang ada masalah dengan mereka kan..., aku khawatir kau dikucilkan seperti sebelumnya" jelas Peter. "tapi mereka adalah teman - temanku, rekan kerjaku pula" protes Karla. "benar rekan kerja dan teman, ketika tampil dalam acara" tegas Peter, "bukankah aku juga temanmu dan rekan kerjamu?" lanjut Peter. Karla diam sejenak, kepalanya ia sandarkan ke sandaran jok mobil lalu menghela nafas pelan, "kau benar" katanya.
Peter tersenyum manis seperti menang, "kau sudah terlalu sering menangis, dan aku tak suka itu. Seorang teman tidak boleh saling menyakiti, seharusnya saling mendukung" celetuknya. Karla menoleh sambil memandang wajah Peter yang terlihat tulus.
Karla terlihat kelelahan selama perjalanan, matanya yang sayup perlahan menutup dan jiwanya memasuki mimpi yang indah, Peter menatapnya dalam dalam, "I know I can treat you better, even than your ex, than he can. And any girl like you deserve a gentleman" gumamnya pelan sambil mengusap pipi Karla, "kita udah sampai di apartemenmu, sayang" lanjutnya.
Tak ada respond dari Karla, dia benar - benar memasuki alam mimpinya, Peter menghela nafas lalu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "kau pulas sekali, apa sedang memimpikanku?" katanya, "baiklah, jika itu benar, lanjutkanlah" sambungnya sambil mengangkat tubuh mungil Karla keluar dari dalam mobil, Peter membopongnya dengan sabar hingga ke apartemennya. Ia membaringkan Karla di dalam kamar tidurnya, lalu kembali menatapnya, "seandainya kau milikku...." gumamnya, kemudian mengusap kepala Karla dengan lembut. "apapun yang terjadi, aku akan selalu berada di pihakmu, aku tak akan peenah meninggalkanmu karena aku mengentahui siapa dirimu" ungkapnya sambil terus memandang wajah lelah Karla.
Peter mendekatkan wajahnya kemudian mengecup kening Karla dengan lembut, "good night" katanya. Peter segera keluar kamar Karla untuk pulang ke tempatnya, namun seseorang mengagetkannya dari ruang tamu apartemen Karla. "astaga mama" katanya sambil mengusap wajahnya. Mama Sinu tertawa kecil, "kenapa kau kaget nak, mama barusan sampai sehabis dinner dengan kawan mama sesama arsitek. Apa Karla sudah tidur?" katanya. "yah dia sidah terlelap, aku membopongnya kemari, dia kelelahan mah" jawab Peter sambil menghela nafas. "bagaimana acaranya? Sukses?" tanya Sinu. "sangat, semuanya sesuai harapan" jawab Peter, "aku harus pulang mah, besok aku harus kembali ke Toronto" lanjutnya. "oh begitukah, hm padahal mama ingin kau di sini sementara, tapi okelah" celoteh Sinu, "oh yah Peter, kau tahu kan, di luar sana banyak sekali gosip tentang hubungan kalian berdua?" lanjut Sinu. Peter mengangguk, "aku sudah sangat faham, sudah pasti akan banyak gosip diantara kami" katanya.
Mama Sinu menatap teman lelaki putrinya itu dalam - dalam, "apa tidak ada perasaan sama sekali diantara kalian?" tanyanya. Peter tertawa kecil, "kami berteman sangat baik mah, saat ini kami menikmati hubungan sebagai sahabat dekat, putrimu sangat baik" ungkap Peter. "hanya itu...? Okeh baiklah" ucap Sinu sambil meneput pundak Peter, "anak ganteng, kau harus berhati - hati di jalan ketika pulang ke Toronto, sampaikan salamku pada kedua orangtuamu dan juga Aaliyah terutama mommy mu Karen" lanjutnya. "tentu saja mom, aku pasti sampaikan kepada semuanya, oh yah aku biasa memanggil Aaliyah dengan panggilan Elle, dulu ketika dia masih bayi sangat lucu sekali" celoteh Peter. "wah itu panggilan yang lucu sekali, kalian betul - betul menggemaskan" lanjut Sinu. "oke aku pergi mom, sampaikan pada Karla jika aku kembali ke Toronto. Oke bye mom" ujar Peter sambil mencium kedua pipi Sinu. "bye sayang hati - hati" timpal Sinu sambil melambaikan tangannya.
Sinu masih menatap punggung Peter sampai ia benar - benar menghilang dari pandangannya, "mama tau kalian pasti saling menyukai, ku harap kalian menemukan waktu yang tepat untuk serius, ah aku lupa jika kalian masih sangat muda" celotehnya pelan.
***
Toronto
Peter duduk meletakkan kedua tangannya di atas piano di ruang khusus tempat ia biasa menciptakan lagu. Seseorang memegang pundaknya dari belakang. "kau mau membuat lagu baru lagi?" tanyanya. Peter segera meraih tangan yang menempel di bahunya tanpa menoleh, "dad, aku akan segera merilis lagu ini, lagu ini akan menjadi single yang sangat bagus menurutku selepas Stitches" katanya. "wah kau cepat sekali, apa judul lagunya?" tanya Manuel. "Treat you better" jawab Peter singkat. "terdengar mengesankan, kau dapat inspirasi darimana nak?" tanya Manuel lagi. "seseorang, aku sangat menyukainya dad, tapi dia masih trauma dengan mantan pacarnya yang sudah mengkhianatinya, dorito boy itu seorang pengecut" jawab Peter sambil menoleh pada sang ayah. Manuel menatap putranya dalam - dalam, "Karla??" tebak Manny. Peter menganggukkan kepalanya tanpa ragu, Manny kemudian mengerutkan dahinya. "lalu kenapa kau menyangkal ketika ditanya tentang hubungan kalian?" tanya Manny. Peter menggelengkan kepalanya, "belum saatnya dad, aku sangat mencintainya, aku ingin memilikinya dan ingin bersamanya, aku juga takut kehilangannya tapi aku lebih khawatir akan hubungan kami jika kami mulai dari sekarang, kami sudah sangat akrab dan aku tak mau merusak hubungan pertemanku dengannya dad, aku ingin mencintainya selamanya" ungkap Peter penuh ketakutan dan tekanan.
Manny terlihat sedih menatap putranya yang berada dalam posisi tertekan, "nak, jangan sampai suatu saat kau menyesal jika dia dimiliki orang lain" ujarnya. Peter kembali mentap ayahnya dalam - dalam, "aku pastikan dia tidak dimiliki orang lain, aku yang akan memilikinya jika kami sudah benar - benar siap khususnya Karla, jika Karla sudah siap" jawab Peter. Manny menepuk pundak putranya dengan lembut, "semangat" katanya sambil memegang kedua lengan putranya.