Peter mengantarkan Karla kembali ke rumahnya yang disambut langsung oleh mama Sinu.
"kau tak mampir dulu?" tanya Sinu.
"tidak, aku ada janji dengan Brian hari ini, nanti pasti aku akan kemari lagi mom" jawab Peter sambil bergerak memeluk Sinu.
"okay be careful, my son" ucap Sinu sambil mencium pipi Peter dengan lembut.
Peter melambaikan tangannya ketika ia kembali ke dalam mobilnya dan bergerak meninggalkan rumah KarlaMatanya tak pernah Karla palingkan dari Peter yang tengah mengendarai mobilnya sampai lelaki itu benar - benar hilang dari pandangannya.
Ada sesuatu yang ia rasakan dalam hatinya, ia merasa kini Peter seperti kembali pada tempatnya semula di dalam hatinya.
"you got back your place Shawnyboy" ungkapnya menampakkan raut yang begitu sumeringah.***
Karla berjalan masuk ke dalam rumahnya kemudian duduk di atas tempat tidurnya sambil membawa sebuah gitar. Jari - jari lentiknya dengan lihai memetik senar gitar menciptakan irama indah yang mengalun mendamaikan suasana kamar tidurnya.Entah apa yang kini ia rasakan, hatinya galau dan penuh rasa kebimbangan, mungkin ia masih mencintai Matthew atau mungkin masih menghargainya, bagaimanapun juga lelaki itu pernah menjadi pelipur lara ketika hatinya kosong dan pernah membuatnya menjadi wanita yang paling bahagia. Namun bayangan Peter yang selalu melekat dalam hatinya tak pernah hilang sepenuhnya bahkan saat hatinya kosong, ia selalu memiliki celah untuk masuk ke otak Karla bahkan kini bayangan itu semakin nyata dan kembali pada tempatnya yang semula.
"aku harus bagaimana? Haruskah ku akhiri hubunganku dengan Matthew? Aku jenuh dengan kelakuannya tapi apakah ia akan sakit hati dengan keputusanku? Aku tak mau menyakitinya" celotehnya sambil sesekali mengusap cairan bening di kedua sudut matanya.
Jari - jarinya tiba - tiba kaku, hatinya perih sementara pikirannya dipenuhi pikiran negatif yang mungkin akan terjadi padanya.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar, Karla segera menghapus air matanya.
"wait...mom" ucapnya.Mama Sinu memberitahunya jika Matthew ingin berbicara dengannya. Kekasihnya itu sudah duduk di ruang tamu. Karla sempat terlihat bad mood ketika mendengar nama kekasihnya, namun ia menghela nafas dan menenangkan dirinya untuk bertatap muka dengannya.
Langkah kecilnya ia arahkan ke tempat dimana Matthew berada, lelaki itu sudah menunggunya dengan raut gelisah.
"sayang, kemarilah duduk di sampingku" pinta Matthew.
Karla duduk dengan sedikit jarak diantara mereka.
"jangan pernah melihatku dengan pandangan seperti itu ketika aku sedang sakit hati" ungkapnya.Matthew tertunduk, "I know, I'm sory, aku ingin memperbaiki semuanya, semua kesalahan yang terjadi dalam hubungan kita" ujarnya.
Karla menggelengkan kepala, "aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ungkapnya sambil menampilkan raut sedih.
"katakan saja sayang, apa itu?" tanya Matthew.
Karla merapatkan kedua pahanya pertanda gugup, "aku yakin kau membencinya, tapi aku harus jujur kali ini" ungkapnya.
"kenapa kau terlihat gugup? Dan kenapa aku pasti membencinya? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" ujar Matthew penuh tanda tanya.
Karla menarik nafas, "apa yang harus aku lakukan ketika aku masih mencintaimu tapi hatiku menginginkan orang lain? Bagaimana jika aku tak bisa memilihnya?" tanyanya.
Seketika Matthew mematung, tubuhnya penuh keringat, rautnya menampakkan jika ia tengah menahan emosinya, "kau ingin putus denganku?" tanyanya balik.
Karla tak kuasa menahan air matanya yang keluar tanpa permisi membasahi kedua pipinya, kemudian menganggukkan kepalanya.
Bibir Matthew seketika terdiam, lidahnya tak mampu bergerak dengan lancar, "ku kira hubungan kita bisa diperbaiki" katanya, "ku rasa, aku sudah mengetahui jelas siapa orang lain yang kau maksud" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Friend is My Partner
RomancePeter & Karla (SM & CC) Dua orang innocent yang saling menyayangi namun tak tahu bagaimana caranya untuk berkomitmen mengenai hubungan mereka ditengah status "persahabatan abadi" yang mereka jalin dan mereka akui di muka publik. Setiap orang pada u...