Our Morning (part 2)

10.6K 786 12
                                    

Alex membawa keluar gelas kosong dan mencucinya. Tadi dia bangun pagi-pagi sekali memperhatikan tempat tinggal Ayu lebih jelas, karena semalam dia langsung ikut Ayu masuk kamar.

Rumah Ayu sangat sederhana, perabotannya pun masih jenis yang sudah tua. Memang belum usang, tetapi menurut Alex  sudah harus diganti.

Alex membuka kulkas -- mencari-cari bahan yang bisa dia gunakan untuk memasak. Tidak banyak bahan makanan di kulkas dengan satu pintu Chiller dan satu pintu untuk Freezer. Hanya ada telur dan beberapa sayuran, itu pun hanya brokoli dan wortel. Dia pun mengambil bahan seadanya.

Dia mulai menyiapkan telur untuk dia buat omelet. Dengan lincah dia melipat telur yang ada di atas teflon. Sambil menunggu telur matang dia mencuci sayuran dan memotongnya. Karena takut Ayu tidak menyukai sayuran mentah, Alex mengukus sayuran itu setelah dua porsi omelet nya selesai.

Karena tidak ada pemanggang roti, sementara dia tidak suka memakan roti tawar secara langsung. Dia mengolesi beberapa lembar roti dengan butter dan memanggangnya di atas teflon.

Setelah selesai, Alex menyajikan makanan yang dia buat di atas meja. Dengan senyum puas dia mulai membereskan dapur dan perabot yang dia gunakan. Dia tidak suka berantakan. Terbiasa tinggal sendiri sejak usia 18 tahun, membuat dia pandai beberes dan memasak beberapa jenis masakan.

Dia berbalik dan berniat untuk memanggil Ayu untuk sarapan. Namun urung, dia berdiri menatap seorang perempuan paruh baya berkulit sawo matang dengan rambut hitam dan di puncaknya diwarnai pewarna marun. Lipstik warna merah terang di bibir perempuan itu senada dengan kaos yang dia kenakan.

Kening Alex berkerut. Setahunya Ayu tinggal sendiri, dan perempuan yang berdiri di depannya itu pun sudah pasti bukan ibunya Ayu karena dia pernah melihat fotonya di Instagram.

Perempuan itu berdiri sama bingungnya dengan Alex.

"Selamat pagi, Bu!" sapa Alex tetap ramah meskipun perempuan di depannya masih teka-teki di kepalanya.

Perempuan yang disapa oleh Alex itu hanya terdiam.

"Eh, Bu Ina!" Ayu yang baru datang menyapa perempuan yang Ayu panggil Bu Ina.

"Neng Ayu sewa orang baru?" tanya Bu Ina murung

Ayu dan Alex saling bertatapan dengan dahi mengerut.

"Saya akan berusaha untuk lebih rajin dan cekatan lagi. Tapi, saya jangan dipecat, ya. Naura mau masuk SMP, butuh uang banyak." Bu Ina memelas.

"Siapa yang mau pecat Ibu?" tanya Ayu keheranan.

Mata Bu Ina menyenter Alex dengan tajam. "Itu pengganti saya, kan, Neng?"

Ayu menatap Alex dan Bu Ina bergantian. Dia bertanya-tanya sendiri di mana Bu Ina mengambil kesimpulan bahwa Alex akan merebut pekerjaan yang. Padahal, melihat kuku kaki Alex yang kinclong sangat mustahil lelaki itu bekerja sebagai asisten rumah tangga.

"Kenalkan, aku suaminya Ayu, Alex!" ucap Alex mengenalkan diri dengan bangga.

Mulut Bu Ina terbuka dan matanya membesar.
"Ne-Neng A-yu su-dah me-ni-kah?"

Ayu mengangguk sekilas dengan senyum. Entah sejak kapan dia merasa sangat bahagia mengingat Alex adalah suaminya, padahal baru kemarin dia sangat jengkel pada lelaki itu.

"Saya tidak diundang. Jadi tukang cuci piring juga lumayan."

"Nikahannya di Singapura, Bu." Alex menjawab.

"Ih, Saya makin senang kalo gitu mah, bisa naik pesawat ke Singapura, gratis!" ungkap Bu Ina mengeluarkan aksen sundanya. " Lain kali saya diajak atuh, biar bisa liat patung ikan singa. Tetangga saya di kampung, si Mia, dulu TKW di sana, fotonya dekat patung ikan singa banyak."

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang