Night of Us

6.1K 632 33
                                    

Alex terus membantu Ayu berjalan masuk ke dalam kamar. Dari tadi perempuan itu terus diam, dan itu berarti perempuan itu sedang marah. Anehnya, Alex tak merasa berbuat salah sedikit pun.

Tanpa diminta, dia membantu Ayu untuk membuat resleting gaunnya. Perempuan itu sempat kesusahan, tetapi tidak meminta bantuannya.

"Ada apa, Sayang?" tanya Alex. Namun, tidak ada jawaban. Ayu justru keluar dari walk-in closet itu. Hal itu membuat Alex semakin yakin bahwa perempuan itu sedang merajuk.

Saat keluar dengan piyamanya, Alex mendapati kekosongan di ranjang. Suara gemericik air membuatnya merasa tenang. Dia pun memutuskan untuk membuat segelas susu hangat untuk Ayu.

"Minum susunya dulu, Yang!"

"Aku udah gosok gigi." Ayu menarik selimut.

"Biasanya 'kan minum susu dulu."

"Aku ngantuk. Kamu aja yang minum."

Alex meletakkan gelas itu di nakas. Dia menunduk dan menempelkan kedua tangannya di pipi Ayu. Matanya melekat pada wajah yang berpaling menjauh, menolak untuk membalas tatapannya.

"Ada apa, coba bilang!" pinta Alex. "Aku tidak mungkin tau kalau kamu diam begini."

Ayu terdiam dan bibirnya mengerucut. Tidak mau menatap Alex yang terus mengelus pipinya.

"Sayang, aku tidak bisa baca pikiran."

"Aku capek, ngantuk, itu aja," kilah Ayu.

"Okay, liat aku dan bilang kalau memang tidak ada apa-apa!" paksa Alex.

Ayu langsung memukul pelan tangan Alex yang ada di pipinya. Lantas, mulai berbaring dan membalik badan menghindari tatapan Alex. Saat Alex memutari ranjang dan berbaris di sampingnya, dia berbalik ke arah sebelumnya. Dua terus menghindar.

Alex yang ikut berbaring melingkarkan tangan di pinggang Ayu. Dia mulai mengecup pipi Ayu. "Kalau ada masalah, lebih baik kita bicarakan. Aku tidak mau ada yang mengganggu pikiranmu, Sayang. Apalagi kamu sedang hamil."

Lama tidak ada jawaban, Alex tidak menyerah. Hingga akhirnya hanya isakan yang dia dengar.

"Kenapa menangis?" Alex berusaha membuat tubuh Ayu berbalik padanya.

Ayu menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan terus menangis. Sementara, Alex memilih diam dan berhenti mendesak. Dia akan menunggu perempuan itu tenang terlebih dahulu.

Mereka kini sudah duduk sembari bersandar di kepala ranjang. Tatapan Alex terus tertuju pada Ayu yang sedang menunduk sembari memeluk satu bantal. Masih ada sisa isakan yang lolos dari mulutnya.

"Sudah mau cerita?"

Ayu mengangguk kecil dan terisak sekali. "Aku--aku tidak suka kamu cium perempuan lain."

Kening Alex berkerut. Dia tidak merasa mencium siapa pun. Seingatnya, selama menikah, dia hanya pernah mencium Ayu seorang.

"Aku tidak mencium siapa pun," sangkal Alex.

"Lalu, Jessie, Steffi, dan siapa lagi tadi itu ... apa?"

Alex baru teringat di pesta tadi. Dia sebenarnya ingin tertawan, tetapi jika dia lakukan maka Ayu pasti akan semakin merajuk. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa perempuan itu mengategorikan tempelan pipi itu sebagai aktifitas mencium. Sikap itu sekadar kebiasaan yang merupakan tanda ramah-tamah, tidak lebih. Kalau saja tidak ingat emosi ibu hamil itu labil, dia pasti akan menggoda Ayu.

"Itu sekadar sapaan, Sayang."

"Tapi, aku tidak suka," timpal Ayu. "Kalau aku cium lelaki sana-sini, kamu mau?"

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang