Stalking

12.6K 854 3
                                    

Matahari mulai masuk melalui celah-celah gorden. Kamar yang didominasi putih itu tampak elegan dengan corak abu-abu dan furnitur yang rata-rata berwarna kuning gading.

Tirai besar berwarna abu-abu tersingkap, bagitu pun gorden berbahan renda putih di belakangnya. Sinar surya lurus menerangi kamar itu melalui kaca tebal -- memperjelas ranjang king size yang telah dirapikan.

Alex, si Pemilik kamar, hanya mengenakan sebuah boxer kotak-kotak dan singlet putih, tidak lupa juga kos kaki abu-abu yang terpasang di kakinya. Dia memang selalu menggunakan kos kaki sebelum tidur untuk menjaga kelembaban kaki, katanya.

Alex melangkah pelan menuju kulkas, meraih dua buah apel. Sebelum dimasukkan ke dalam juicer, dia mencuci buah itu terlebih dahulu. Segelas jus apel melewati kerongkongan keringnya.

Setelah berganti pakaian dengan pakaian olahraga, lengkap dengan sepatu, Alex menuju ke sebuah ruangan berdinding kaca. Di sana ada beberapa alat olahraga, dia memilih treadmeal.

Alex melakukan sedikit peregangan terlebih dahulu sebagai pemanasan. Kemudian memasang earphone dan mulai menyetel musik. Musik memang selalu menjadi kebutuhan wajib saat berolahraga.

Awalnya, dia hanya berjalan pelan, kemudian mempercepat langkah, sampai akhirnya dia berlari cukup kencang. Wajah Alex telah dipenuhi tetesan-tetesan keringat, padahal dia seringkali mengusap keringat di wajahnya dengan menggunakan handuk yang dia kalungi.

Tubuh indah Alex tercetak melalui bajunya yang basah karena keringat. Atletis dan berotot, sangat jelas dia sering melatih tubuh.

Sambil menunggu keringat kering, Alex meraih gawainya. Dia mulai berselancar di media sosialnya. Setiap kali membuka sosial media, hal yang paling utama yang harus Alex lakukan adalah mengintip di akun Tamara. Belum sempat membuka profil wanita itu, sebuah foto muncul di timeline instagram Alex.

Foto seorang lelaki yang sedang duduk di dekat railing sambil memegang gelas bening kecil berisi cairan berwarna cokelat keemasan. Lelaki dalam foto itu menatap tepat ke arah kamera, atau mungkin si pemotret, dengan senyum yang menampilkan deretan giginya.

Sebuah caption manis tertulis di bawah foto itu. 'Tì Amo', kata yang sepertinya ditulis dengan tulus oleh si Pemilik alun. Alex tersenyum miris, foto Richard yang diunggah oleh Tamara itu sanggup menghancurkan mood-nya seketika.

Entah apa kelebihan Richard dari lelaki lain. Menurut Alex, secara gambaran umum dirinya lebih tampan daripada Richard. Tubuh dan penampilan pun sepertinya jauh di atas tunangan Tamara itu. Lantas mengapa perempuan itu lebih tertarik pada Richard?

Dengan malas, Alex menyeret kakinya menuju kamar mandi. Dia mengatur suhu air, mengarahkan kran ke tanda merah. Mulai melepas pakaian yang melekat di tubuhnya. Air mulai mengalir, dari kaca ruang mandi hanya rambut gelapnya yang tampak. Uap menutupi hampir seluruh kaca itu. Suara air mengalir terdengar cukup lama.

Saat Alex keluar, handuk putih melilit di tubuh bawahnya. Dia menatap pantulan tubuhnya di cermin westafle -- memuji betapa mempesonanya bayangan di cermin itu.

Persetan dengan Tamara dan Richard, besok dia akan menjadi suami perempuan lain.

***

Bunyi pemanggang roti membuat Alex langsung meraih dua roti yang telah berwarna cokelat. Setelah meletakkan roti, dia kembali mengaduk scramble egg-nya, menuang telur itu ke samping roti.

Alex duduk lalu meminum segelas kopi hitam yang dia buat di mesin kopi tadi. Lalu menatap ke sekeliling meja. Di sana sepi, hanya ada dirinya sepanjang hari. Ini sebabnya di benci haru libur; sunyi dan sepi.

Mulutnya mengunyah pelan roti kering itu. Memang sangat kering. Entah sudah berapa lama dia merasa hidupnya gersang, seperti terjebak di dalam gurun pasir. Ya, sejauh penglihatan Alex memang hanya ada padang pasir.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang