Days Without You (part 2)

6.3K 665 43
                                    

Hari ini Ayu pulang terlambat, dia dan beberapa Area Manager yang lain berkumpul untuk mengadakan rapat mengenai beberapa poin yang berubah pada audit eksternal. Hasil rapat itu akan mereka gunakan untuk rapat bersama GMO yang rencananya akan diadakan Minggu depan.

"Diangkat aja dulu, Bu!" pinta Pak Mario sambil tersenyum kecil, "siapa tau penting."

"Misalnya, suami lagi kangen," tambah Pak Yanuar yang memang terkenal sebagai tukang kelakar.

"Tidak!" Ayu menggoyangkan tangan di udara, "tidak penting itu."

Rapat itu pun kembali dilanjutkan, tetapi Ayu sama sekali tidak bisa fokus karena HP-nya yang masih berdering. Peserta rapat yang lain pun ikut terganggu. Ayu takut mematikan HP itu karena tidak ingin kejadian siang tadi terulang.

"Angkat aja lah, Bu! Nanti Pak Herdi sendiri yang datang buat ngecek," sindir Bu Ratna.

"Iya, dengar-dengar tadi Lia datang khusus untuk melihat Bu Ayu karena HP-nya tidak diangkat," timpal Pak Yuniar.

Ayu hanya terdiam, merasa tak enak. Ini semua gara-gara Alex. Selama karirnya, dia selalu dikenal sangat profesional, sehingga tidak heran dia sudah berada di posisinya sekarang meskipun usianya belum 30 tahun.

"Ya udah, permisi sebentar, aku angkat telepon dulu." Ayu berdiri dan melangkah keluar dari ruangan itu.

Dengan kasar Ayu mengusap layar HP untuk menerima sambungan telepon Alex.

"Halo, Sayangku! Udah makan malam? Jangan lupa minum susu! Jangan begadang! Pokoknya istirahat yang cukup. Porsi kerja harus dikurangi!" Alex mulai berbicara sendiri, karena dari tadi Ayu hanya diam dengan rahang mengeras.

Ayu senang bermanja-manja, tetapi dia tidak suka diatur. Dia bukan anak kecil lagi yang bahkan untuk makan dan tidur harus diingatkan. Alex sudah keterlaluan dan dia tidak akan menolerir kelakuannya lagi.

"Sudah? Ada lagi?" Suara Ayu kecil dan penuh tekanan.

"Masih banyak," balas Alex.

"Aku lagi meeting! Bisa tidak kamu jangan ganggu!"

"Ini sudah jam 7, kamu harusnya udah istirahat di rumah." Alex terdengar khawatir dan tidak mengindahkan peringatan dari Ayu.

"Udah hampir selesai, Lex." Suara Ayu melembut setelah berhasil menenangkan diri.

Menurut Ayu, tidak ada gunanya mendebat apalagi mengancam Alex. Lelaki itu tidak akan peduli dan hanya akan menambah susah hidup Ayu. Dia memutuskan untuk mengalah dan mencoba memberi pengertian pada Alex.

"Tidak usah telepon dulu, aku pasti telepon kalo sudah sampai di rumah," tambah Ayu.

"Jangan kelamaan! Kamu juga pasti belum makan malam, 'kan?"

Ingin Ayu meremas atau melempar benda persegi yang berada di tangan kirinya. Namun, dia berusaha untuk tetap menguasai dirinya dengan menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan dari mulut.

"Iya, tidak lama," balas Ayu berusaha mengontrol suaranya agar tetap lembut.

"Baiklah, hati-hati, ya. Jangan lupa telepon kalo sudah sampai di rumah!" Alex mengingatkan, "ah, aku minta cium dulu!" pinta Alex dengan suara centil.

"Aku tutup," ujar Ayu lantas mengusap layar HP untuk mengakhiri panggilan.

Dua tangan Ayu saling meremas, dia mengatur napas sebelum masuk ke ruangan rapat lagi. Dia pasti akan kena bully di dalam sana, rapat mereka akan semakin alot.

"Pengantin baru emang gitu Bu Ayu, maunya berkabar terus, apalagi kalo LDR. Laki mah dikit-dikit maunya nempel," Sumbar Pak Yanuar yang hanya ditanggapi Ayu dengan senyum kecil.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang