Hide it

12.7K 828 5
                                    

Hari ini hari jumat, seperti biasa kantor Ayu melaksanakan senam bersama. Senam diadakan dari jam 8 pagi sampai dengan jam 10.30, dan 30 menit waktu untuk bebersih sebelum memulai rutinitas mereka di ruangan masing-masing.

Dari senam aerobik sampai dengan zumba. Ayu termasuk salah satu karyawan yang sangat antusias jika mengenai senam. Dia memang sangat suka olahraga itu, mengingat dia dulu berusaha keras menurunkan bobot badannya.

Saat SMP Ayu termasuk anak remaja yang bobotnya di atas rata-rata. Sehingga, saat dia menginjak bangku SMA, dia mulai berusaha membentuk badan idealnya.

Ayu menyiapkan pakaian olahraganya, dia harus rutin olahraga agar tubuhnya tetap terjaga. Rekan-rekan sekantornya telah berkumpul, musik telah menggema. Instruktur senam ambil posisi di bagian depan.

"Mau ikut senam?" tanya alan seorang staf marketing pada Ayu.
"Iya, minggu lalu harus visit ke cabang. Nggak sempat ikut," jawab Ayu.
"Wajah Ibu pucat, yakin?"
"Yakin." Ayu menjawab singkat, lalu mulai mengikuti gerakan pemanasan dari instruktur.

Sebelum berangkat bekerja, Ayu memang pusing dan mual. Roti yang habis dia telan, dimuntahkan lagi. Susu hamil yang dia beli juga sudah habis dan belum sempat ke supermarket.

Musik semakin menghentak-bentak. Gerakan yang tadi sangat pelan dan teratur, menjadi lebih variatif. Kepala Ayu sebenarnya pusing, aroma keringat dan parfum orang-orang disekitarnya membuat dia ingin muntah. Dia menahan semuanya karena tidak ingin satu orang lun2 curiga.

Senam aerobik tidak begitu susah baginya. Berbeda saat Zumba, pilihan lagu mereka adalah reggae latin. Gerakan-gerakan itu menuntut Ayu untuk menggoyangkan perut, tak jarang ada yang mengharuskan melompat. Ayu khatam gerakan-gerakan itu, dia berusaha senormal sebisanya.

Di beberapa lagu terakhir, banyak yang sudah menyerah dna memilih untuk berhenti. Sementara Ayu memilih untuk tetap mengikuti senam itu sampai akhir. Sesekali dia memegang perut, sembari berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan janinnya di dalam sana.

Dua hari yang lalu dia menemui dokter kandungannya lagi. Janinnya sehat, namun Ayu dituntut untuk lebih memperhatikan kondisi dan tidak boleh terlalu kecapekan. Janinnya masih sangat muda, sehingga resiko keguguran sangat tinggi.

Setelah stretching sedikit, Ayu meninggalkan ruangan yang mirip aula itu untuk membersihkan diri dna berganti pakaian.

"Bu Ayu minum susu apa kemarin-kemarin?" tanya salah seorang wanita yang Ayu kenal merupakan sekretaris Regional Manager untuk wilayah Jakarta, Bu Martha namanya.

"Susu yang mana?" Ayu bertanya seakan tidak mengerti.
"Itu loh, susu diet yang sering Ibu buat di pantry.
"Bukan susu diet, Bu. Itu susu kalsium biasa, biar nggak kena osteoporosis." Ayu berbohong.
"Kukira diet, soalnya Ibu keliatan kurusan."
"Ah, aku cuma kurangi porsi makan sama olahraga setiap hari."
"Wih, harus aku coba juga, nih. Siapa tau bisa kembali langsing."

Dulu tubuh Bu Martha cantik, ideal menurut Ayu. Namun, sejak sudah melahirkan tubuh ibu dua anak itu melar. Ayu hanya bisa berdoa agar tubuhnya tetap seperti sediakala sehabis melahirkan nanti.

Setelah selesai mengganti pakaian, Ayu kembali ke ruangannya. Dia mulai mengecek e-mail-nya satu persatu. Memantau sales setiap cabang yang dia pegang. Tangannya dengan lincah menari di atas keyboard, mengetik satu persatu laporan penjualan setiap cabang untuk diberikan pada atasannya.

Baru setengah pekerjaannya yang selesai, pandangan Ayu pada komputer mengabur. Keringat dingin perlahan muncul di keningnya. Rasa mual memaksa Ayu untuk menuju ke toilet.

Sebelum menuntaskan keinginannya, Ayu melirik ke kanan dan kiri. Dia memastikan tidak ada orang di toilet. Saat muntah, dia memastikan suaranya kecil sehingga orang yang kebetulan lewat atau berada di dekat sana tidak mendengar. Mengingat dirinya hamil tanpa terikat pernikahan, maka dia harus hati-hati agar tak ketahuan.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang