Happiest Moment

10.2K 725 41
                                    

Tidak ada yang tahu di mana takdir akan membawa, seperti Ayu yang tidak pernah berpikir bahwa dia menikah dengan lelaki yang tak dikenalnya sama sekali. Ayu terpaku pada pantulannya di cermin. Kebaya putih yang dulu akan dia kenalkan di pernikahannya dan Arya, akhirnya dia kenakan untuk mendengar akad dari lelaki lain.

Bibir Ayu tersungging-- mengejek dirinya yang sedang dipermainkan oleh takdir. Dia masih ingat bisikan kecil Alex saat mereka masih duduk berdampingan setelah akad.

"You're mine."

Lelaki itu mengklaim Ayu sebagai miliknya, seakan Ayu adalah barang. Sungguh Ayu benci kenyataan itu, namun tak memiliki kuasa. Dia kini bukan hanya isteri di atas kertas, ikatan mereka sudah lebih dari itu karena sudah mengikat kedua keluarga.

Sebuah ketukan membuat Ayu berbalik menuju pintu. Tadi dia masuk ke kamarnya dengan sambungan ke toilet. Padahal dia hanya ingin menghindar dari rona bahagia orang tuanya dan orang tua Alex. Juga perlakuan dan tatapan Alex yang membuat darah Ayu berdesir.

Kemampuan lelaki itu berlakon tidak hanya membodohi keluarga mereka, bahkan Ayu yang tahu itu bohong seakan percaya bahwa Alex mencintainya. Tatapan lelaki itu seakan tak pernah lepas dari Ayu, sangat menjaga, lembut, dan penuh ketulusan. Tulus? Entah apa yang merasuki Ayu sehingga bisa melihat tatapan itu sebagai ketulusan.

Setelah ketukan yang kedua, Ayu melangkah untuk membuka pintu. Marissa, ibu Alex sedang berdiri dengan senyum. Kebaya hijau muda di yang menutupi tubuh Marissa terlihat sangat indah, menambah kecantikan ibu mertuanya itu.

"Mami udah mau pulang dan kamu belum turun juga," ucap Marissa dengan senyum di bibirnya.

Ayu tersenyum kecil, merasa tersindir, meskipun dia yakin marissa sama sekali tidak bermaksud menyindirnya.

"Maaf, kebayanya sedikit bikin repot." Ayu membalas kikuk, padahal dia sama sekali tidak masuk ke toilet.

"Boleh Mami masuk?"

Ayu mengangguk dan segera bergeser sedikit untuk memberi jalan. Ayu menutup pintu setelah Marissa masuk ke dalam kamarnya.

Marissa menatap Ayu dalam. Dia memegang kedua tangan Ayu, membuat Ayu sedikit heran.

"Terimakasih karena kamu menikahi Alex." Suara Marissa parau.

Bisa Ayu lihat genangan air mata di pelupuk ibu mertuanya. Dia hanya mengangguk, karena bingung harus membalas dengan apa. Dia sama sekali tidak merasa berhak menerima kata terimakasih dari Marissa.

"Aku bukan ibu yang baik," ungkap Marissa. "Sudah lama sekali aku tidak pernah melihat Alex tersenyum. Dia sepertinya sangat bahagia." Marissa melanjutkan dengan air mata yang mulai menetes.

"Dia tidak pernah mendapat kasih sayang yang seharusnya dia dapatkan. Aku, aku ...." Marissa menutup mulutnya dengan kedua tangan karena tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia sangat terpukul setelah mengingat bagaimana dia memperlakukan Alex sejak kecil.

Melihat betapa bahagia Alex di bawah tadi; melihat anaknya itu dengan manis berkelakar dengan orang tua Ayu, sedikit membuat hatinya hancur. Dia tidak pernah mendapatkan senyum itu dari Alex. Anak sulungnya itu bahkan selalu menghindari matanya. Walaupun sedikit sakit hati, dia bahagia karena akhirnya Alex bisa memiliki keluarga seperti yang dia inginkan, bukan keluarga yang hancur seperti miliknya.

Ayu yang tidak tega langsung memeluk Marissa. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghibur Marissa.

"Alex tidak suka diabaikan, dan itu yang selalu aku lakukan," ungkap Marissa lagi. "Aku mohon apa pun yang terjadi jangan tinggalkan putraku, di sangat benci perpisahan."

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang