Divorced

8.5K 671 116
                                    

Sudah tiga minggu Ayu menetap di rumah orang tuanya. Rencananya, ia akan pindah ke rumah yang baru ia beli bulan depan. Masalah perpisahannya dengan Alex sudah dibicarakan dengan orang tuannya.

Dwiki lebih banyak diam mendengar pengakuan Ayu. Ia tidak tahu harus berkata apa saat mendengar pengakuan putri kesayangannya itu. Tentu saja awalnya, ia merasa heran dengan pernikahan yang serba dadakan itu. Namun, lelaki itu tidak pernah menyangka bahwa putri yang selalu pandai membawa diri bisa hamil di luar tali pernikahan.

Sementara itu, Arini yang biasanya cerewet dan mengomel hanya bisa memeluk Ayu saat perempuan itu mulai sesegukan. Ia menepuk-nepuk pundak anaknya itu sayang. Perceraian adalah hal yang tabu di dalam keluarga mereka. Namun, ia tidak tahu harus menyarankan apa agar Ayu mempertahankan pernikahannya.

"Ayu minta maaf Yah, Bu," mohon Ayu lirih dalam pelukan ibunya.

Dwiki menggeleng tiga kali dengan wajah memerah. Ia berdiri dan langsung masuk ke kamarnya. Rasa kecewa itu bertumpuk di dalam dirinya. Masih ia ingat percakapan terakhirnya dengan Alex. Tidak tahu kenapa, ia sudah menganggap menantunya itu seperti anak sendiri, begitu baik dan penurut.

Ayu tadi berkata pada Dwiki bahwa Alex tidak pernah mencintainya. Mereka menikah hanya untuk menutupi kehamilan Ayu. Lelaki paruh baya itu tidak percaya, ia bisa melihat ketulusan di mata menantunya. Namun, tidak heran jika ia salah menilai. Dengan Arya pun dulu ia salah.

Di gendongan Ayu ada Aleeya. Sudah seminggu anak itu menjadi lebih pendiam. Di minggu awal Alex kembali ke Singapura, bayi itu agak rewel. Di minggu kedua barulah ia agak ceria. Namun, setelah memasuki minggu ketiga, bayi cantik itu menjadi pendiam. Suara ocehan-ocehan khas bayinya pun hilang. Sudah sering Ayu memeriksa suhu badan anaknya itu, tetapi masih normal.

Ketukan di pintu kamarnya mengalihkan pandangan Ayu. Ia segera beranjak dan membuka pintu. Tampak Ira yang berdiri di sana. Ayu tersenyum dan mempersilakan kakak iparnya itu untuk masuk.

"Wah, Aleeya makin gede," puji Ira. "Sehat-sehat ya, Nak." Ia mengelus kepala Aleeya.

"Mbak datang sendiri?" tanya Ayu yang menyandarkan kepala Aleeya di pundak.

Ira mengangguk. Ia kini sudah duduk di kursi yang ada di samping box Aleeya. Perempuan itu menatap Ayu dalam.

"Ibu bilang ... kamu dan Alex mau cerai?" Ira agak ragu bertanya.

Ayu mengatupkan bibir, lantas menjawab dengan anggukan. Ia mengelus punggung Aleeya yang mulai bergerak.

"Kami akan mengurus segera, Mbak."

Ira terdiam lama. Ia pernah menaruh iri pada adik iparnya yang menikah dengan lelaki yang penuh perhatian seperti Alex. Ia sempat berpikir bahwa Alex adalah figur suami yang sempurna.

"Bagaimana dengan Aleeya, Yu?"

"Aku bisa membesarkan Aleeya sendiri, Mbak."

"Aku dari kecil dibesarkan oleh mama sendiri, Yu. Aku bahagia, tapi kadang masih ada rasa iri pada mereka yang memiliki papa," jelas Ira. Ia mulai menyarankan pada Ayu untuk memikirkan kembali perceraiannya demi masa depan Aleeya. Sebagai anak yang dibesarkan oleh ibu tunggal, ia tidak mau keponakan cantiknya ikut merasakan sakit karena tidak memiliki ayah di sampingnya.

"Ini keputusan terbaik yang bisa Aku dan Alex ambil, Mbak. Untuk apa kami terus bersama kalau memang kami tidak memiliki perasaan sama sekali," bela ayu. Ia sadar betul bahwa cinta adalah hak penting dalam sebuah pernikahan. Mempertahankan pernikahan tanpa cinta menurutnya seperti bom waktu, yang mungkin akan meledak kapan saja. "Ini berat buat Ayu, Mbak. Tapi, tidak ada pilihan lain. Lagipula, aku yakin Alex pasti akan tetap rajin mengunjungi Aleeya. Dia sayang sama Aleeya."

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang