Follow You

6.1K 635 25
                                    

"Kamu akan ikut dengan Alex?" tanya Arini pada Ayu yang sedang duduk memandanginya memotong sayuran. Dia menjawab dengan anggukan. Alex akan datang malam ini dan besok, dia akan menyiapkan segalanya untuk mulai tinggal di Singapura.

"Kamu jangan repotin di sana! Suamimu harus kerja, kalo rangkao ngurus kamu, kasian!" Arini mulai menasihati. "Kamu ini jadi perempuan ya harus bisa masak dan beberes rumah. Jangan cuma makan dan jajan saja kerjanya!"

"Ih, Ibu bawel!" rutuk Ayu. Dia memutuskan untuk berdiri dan menjauhi ibunya. "Ayah!" panggilnya pada Dwiki yang sedang menyiram tanaman di taman belakang.

"Ada apa?" Dwiki mengelus rambut Ayu yang sudah menggelayut manja di lengannya. Ayu selalu menjadi balita manjanya.

"Ayu pasti akan kangen banget sama Ayah," lirih Ayu.

"Ayah juga pasti rindu."

Panggilan dari Arini di dapur membuat Ayu melepas lengan Dwiki dan berjalan menuju ibunya. Dia menatap Arini yang kesusahan menggoreng ikan dan memotong sayuran.

"Bantu di sini, Yu. Untuk apa kamu malah pantengin ayah siram tanaman!" omel Arini.

Ayu mulai menggulung lengan sweater-nya. Dia meraih satu pisau dan menggantikan Arini memotong wortel. "Alex nanti marah kalau tahu aku kerja, Bu."

"Alasan terus, apa juga yang suamimu liat dari kamu. Nggak bisa apa-apa!"

Ayu memilih diam dan mengomel dalam hati. Dia memotong wortel dengan kasar, membiarkan pisau menghantam keras permukaan talenan.

"Pelan-pelan, Yu. Nanti kena tanganmu, loh!"

Ayu tidak peduli dan mengomel sendiri. Entah kenapa, dia tidak pernah bisa akrab dengan ibunya, mungkin karena perempuan yang telah melahirkannya itu tak tahu cara memanjakan. Namun, bukan berarti Ayu tidak mencintainya. Dia sangat mencintai Arini, hanya saja mereka sering bertikai mengenai hal kecil untuk saling mendapat perhatian dari Dwiki.

"Ah," ringis Ayu saat jarinya teriris pisau. Arini langsung meraih jari telunjuk Ayu yang terluka. Dia bawa menuju sink temoat air mengalir dan membersihkannya.

"Ibu juga bilang apa! Kamu ini kapan dewasanya, sudah mau jadi ibu masih ceroboh!" omel Arini lagi yang kini sudah memasang plester luka di tangan Ayu.

"Sakit, Bu!" keluh Ayu lantaran cara Arini memasang plester dengan kasar.

Arini memegang lengan Ayu dan tatapannya melembut. "Bagaimana bisa Ibu biarin kamu pergi jauh kalo begini."

Ayu tersenyum dan langsung memeluk ibunya. "Ayu pasti baik-baik saja, Bu. 'kan ada Alex."

Arini mengusap lembut puncak kepala Ayu. "Untung kamu dapat suami kayak Alex, Nak."

***

Ayu berlari kecil menyambut kedatangan Bima yang menggendong Zahra. Dia sudah sangat merindukan bayi itu. Dua Minggu dia tidak berkunjung ke rumah orang tuanya membuat dia tak bisa berjumpa dengan bayi lucu itu. Dia langsung meraih Zahra dan menciumnya gemas. Bayi itu mulai menangis, tetapi Ayu tidak mau berhenti.

"Ayu, kasian Zahra kamu siksa begitu!" ucap Dwiki yang sedang berdiri di belakang Ayu.

"Nggak, Kok, Yah," kilah Ayu. "Iya 'kan cantik." Dia mencium Zahra lagi.

"Makanya, Yu, cepat punya anak biar bebas cium," celoteh Bima.

Mereka masuk ke dalam setelah panggilan Arini terdengar. Di dalam si kembar sedang menonton animasi dengan tenang.

"Emang benar kamu mau pindah sama Alex?" tanya Bima saat dia tinggal bertiga dengan Ayu dan Zahra di ruang tamu.

"Iya, Mas. Alex maksa!"

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang