Home Sweet Home (revisi)

4.7K 516 39
                                    

Tadi ada kesalahan, jadi aku sambung di sini semua, ya. Triple A tidak akan pindah platform. Tadi maksudnya, di sebelah sini, di part ini. Maaf kalau ambigu. Maaf ya, selalu salah tekan. Ada baiknya juga, jadi balap nulisnya. Padahal, tadi belum ada niat UP. 🙈🙈

Ayu mengemas pakaiannya dan Aleeya. Dia tidak tahan lagi. Pokoknya, hari ini juga dia akan kembali ke Jakarta. Air matanya terus menetes. Dia sudah berusaha untuk memaafkan Alex, tetapi susah sekali. Setiap kali melihat lelaki itu, hanya wajah Tamara yang terbayang. Entah kenapa, akhir-akhir ini pun dia merasa ada yang aneh dengan sikap Tamara. Perempuan itu biasanya selalu memberi kabar, tetapi dia bahkan datang ke Singapura tanpa menghubunginya.

"Sayang, jangan begini!" mohon Alex. "Aku akan antar kamu sama Aleeya ke rumah Ayah, kalo kamu memang rindu."

Ayu bergeming, dia terus mengemas pakaiannya ke dalam koper. Tidak peduli pada Alex yang terus memohon, bahkan merengek seperti anak kecil.

"Sayang!" Alex menarik lengan Ayu dan memeluknya. "Kita ke Jakarta bareng, ya. Siapa yang bantu kamu buat jaga Aleeya."

Ayu mendorong Alex. "Ada Bu Ina, lagian kamu tidak usah sok peduli. Bukannya kamu lebih suka keluyuran daripada bantu ngurus Aleeya!"

Alex menggeleng-geleng. "Tidak, Sayang. Kamu dan Aleeya yang paling penting di hidupku."

Bu Ina sudah ada di depan menunggu. Dia juga sudah sangat merindukan rumah dan anaknya. Dia mendengar perdebatan Ayu dan Alex. Dia dulu mengira orang kaya tidak memiliki masalah, ternyata kehidupan mereka sangat rumit. Contohnya, pasangan yang dia layani ini. Sekilas terlihat sempurna, siapa sangka mereka juga bisa berdebat seperti itu.

Semalam saja, sebelum Bu Ina turun di apartemennya, dia mendengar Ayu meneriaki Alex. Dia sebenarnya kaget, karena bertahun-tahun mengenal Ayu sejak masih bekerja di rumah orangtuanya, dia sama sekali tidak pernah mendengar amarah perempuan muda itu. Dia jadi heran, bagaimana bisa Ayu mengamuk seperti itu.

Kalau tiba-tiba Ayu pulang ke rumah orangtuanya, maka mungkinkah pasangan itu sedang merenggang. Ah, Bu Ina heran, masalah apa gerangan yang membelit pasangan yang terlihat serasi dan mesra itu.

"Bu, pegang yang ini, ya. Aku mau gendong Aleeya," pinta Ayu menyodorkan koper besar pada Bu Ina.

Bu Ina mengangguk dan meraih koper itu. Tidak lama Ayu muncul dengan bayi Aleeya di gendongannya. Sementara, Alex masih setia menggelayut di pundak perempuan itu, memohon agar isterinya tidak pulang.

Bu Ina melempar senyum pada Alex. "Neng Ayu perginya cuma sebentar, Pak."

Alex menatap Bu Ina sendu,lantas beralih lagi pada Ayu yang sudah mengajak Bu Ina pergi. Perempuan itu menggendong bayinya yang masih tidur. Mau tidak mau, Bu Ina menurut dan ikut melangkah. Dia sebenarnya kasihan pada Alex, tetapi dia tidak mungkin ikut campur pada masalah keluarga orang lain.

"Nanti Pak Alex menyusul saja," bisik Bu Ina pada Alex sebelum keluar.

Alex tidak punya pilihan lain. Dia mengikuti Ayu dari belakang, lantas melihat perempuan itu pergi dengan taksi. Dia ingin mengantar dan ditolak oleh perempuan itu.

Perasaan hampa menghampiri Alex. Sudah dua hari dia pulang malam dari kantor. Dia benci apartemennya, benci pada suasana sepi. Dulu, di dalam sana ada Ayu yang sering tertawa atau marah, juga tangis Aleeya saat lapar atau popoknya basah. Dia senang mendengar Ayu merengek, terdengar manis seperti rengekan Aleeya.

Kini, Alex sendiri lagi di sana. Rasanya lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Sepi itu semakin terasa. Apalagi, selama dua hari ini Ayu sama sekali tidak mengangkat teleponnya.

Dia masuk ke kamar dan menjatuhkan diri di ranjang tanpa mengganti pakaian kerja. Dia merasa semakin tak berguna.

***
Ayu datang tanpa memberi kabar sebelumnya. Dia menggedor pagar cukup lama, sampai akhirnya di menelepon ibunya. Dari telepon itu dia tahu bahwa rumah sedang kosong. Ayah dan ibunya sedang ke luar. Mereka pergi ke supermarket untuk belanja keperluan harian.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang