Our Past

8.4K 645 19
                                    

Tangan yang dulu terasa kuat di genggaman Ayu, melemah, bahkan tidak berdaya. Infus dan bantuan pernapasan melekat di tangan dan hidung Arum.

Dulu Ayu sering bicara banyak dengan Arum. Pembawaan ramah  Arum selalu membuatnya nyaman menceritakan banyak hal. Setiap kali dia memiliki masalah dengan Arya, dia pasti akan mengadu pada Arum, sehingga membantunya memarahi Arya. Tetapi, kini dia merasa canggung.

Ayu hanya memegang tangan Arum, dia tidak berkata satu kata pun, karena tidak tahu harus mengatakan apa. Sesekali dia memberi senyum pada wanita yang tampak kesakitan.

"Di-a suamimu?" tanya Arum dengan suara lemah.

"I-iya, Tante," jawab Ayu agak ragu.

Arum menarik kedua sudut bibirnya.
"Dia tampan," ujarnya, "cocok denganmu."

Ayu hanya memberi senyum sekilas. Dia mengelus lagi tangan Arum. Dia merasa sedih melihat perempuan itu tak berdaya. Dulu, seingatnya Arum sangat kuat dan sehat. Entah sejak kapan dia mulai alit seperti ini.

"Tante cepat sehat, ya!" ucap Ayu tak mampu menahan air matanya.

Arum menggeleng lemah. "Jangan menangis, Nak."

Ayu menghapus air matanya. Dia berusaha tersenyum meskipun susah.

"Tante senang kalo kamu tersenyum begitu, cantik sekali."

Ayu tersenyum lagi, namun dia tidak bisa menahan air matanya lebih lama lagi. Dia merindukan pelukan Arum yang hangat, juga senyum perempuan yang selalu dia idamkan sebagai mertua. Ayu menjatuhkan tubuhnya pelan, dan memeluk Arum.

"Aku kangen sama Tante, sama rendang yang selalu Tante buat," ungkap Ayu sesugukan.

Tepukan lemah Arum terasa di pundak Ayu.

"Tante cepat sembuh," rengek Ayu dalam peluk Arum.

Ayu melepas pelukannya, dia menyeka sisa air mata di pipinya.

Arum mengangguk. "Tante pasti sembuh setelah liat kamu lagi."

Arum sangat menyayangi Ayu. Gadis cantik yang dulu Arya bawa pulang dan diperkenalkan padanya. Dia masih ingat bagaimana gadis itu sangat mudah akrab dengannya. Kepribadiannya ramah, ceria, tidak heran anaknya dulu begitu tergila-gila pada Ayu.

Kesalahan Arumlah yang membuat gadis itu terluka. Arum sama sekali tidak tahu bahwa putra semata wayangnya masih merasa terluka dan memendam ketakutan akan pernikahan. Hingga saat ini dia masih merasa bersalah, pada Ayu, juga pada Arya.

"Tante, Ayu pamit," ucap Ayu, "nanti kalo Tante sesudah sembuh, aku akan jenguk Tante di rumah."

Senyum Arum merekah lagi. "Benar, ya?"

Ayu menjawab dengan anggukan.

"Tante jadi semangat mendengarnya," ungkap Arum mencoba terdengar lebih kuat.

"Aku pulang dulu, kalo begitu," pamit Ayu sembari mencium punggung tangan Arum.

Alex yang dari tadi hanya berdiri jauh di belakang Ayu mendekat di ranjang rumah sakit itu. Dia memberi senyum pada Arum dan ikut menyalami tangan perempuan itu.

Arum menahan tangan Alex, membuat lelaki itu terkesiap.

"Ayu perempuan yang baik," ungkap Arum, "tolong jaga dia baik-baik!" Lanjutnya memohon.

"Tentu saja," balas Alex dengan seulas senyum ramah.

Ayu dan Alex keluar dari kamar rawat Arum seusai berpamitan. Di luar kamar ada Arya yang sedang duduk sambil menunduk.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang