An Angel

6.4K 717 54
                                    

Ayu terbangun dari tidurnya setelah merasakan gerakan aneh diperutnya. Seperti ada yang berputar di dalam sana, anaknya semakin aktif. Rasa nyeri di perut bagian bawahnya semakin terasa, juga pegal di bagian punggung.

Keringat mengucur di kepalanya, padahal hawa kamar itu dingin. Dia meringis kesakitan. Dia masih memiliki sedikit kekuatan untuk menggerakkan tangan. Dia mulai memukul-mukul pelan pipi Alex. Sayang, lelaki itu kelewat pulas terlelap.

Ayu tidak tahan lagi. Dia juga bisa merasakan aliran air di sepanjang pahanya. Ketubannya pecah. Padahal, menurut prediksi, tanggal lahiran Ayu masih tiga Minggu lagi.

"A-lex!" rintih Ayu yang kemudian meringis. Tangannya menggenggam erat pada bedcover. Air mata mengalir bersama rasa sakit yang tak tertahankan. Dia menggeliat pelan sambil memegang perut. Embusan napas Alex teratur. Ayu sudah mencoba menyikut dan tak ada respon.

Rintihan Ayu berubah isak, dia bergerak gelisah. Sudah berkian kali memanggil nama Alex, tetap saja tidak ada respon. Lelaki itu tadi terlambat tidur karena Ayu yang terus meminta agar digosok punggungnya.

Tangan Alex bergerak, melingkar di perut Ayu. Mata lelaki itu masih terpejam. Sementara Ayu sudah tidak tahan dengan sakit dari perut, punggung, hingga sekujur tubuh bawahnya. Entah berapa lama, tangan Alex naik ke bawah leher Ayu. Dengan rasa sakit yang seakan ingin membunuh, Ayu menunduk dan menggigit lengan di atas dadanya.

Tangan Alex terangkat dan bisa Ayu dengar ringis pelan dari pemiliknya. Bukannya terbangun, Alex justru berbalik memunggungi Ayu. Putus asa menggerogoti Ayu. Kalau saja bisa, dia ingin melepas pinggangnya agar tak ada sakit. Belum lagi, dia merasa ingin masuk ke kamar mandi, dorongan itu sangat keras hingga rasa sakit yang mendera di dalam perut semakin menjadi-jadi.

Alex terbatuk-batuk. Dia mulai mengucek matanya, lantas meraba menuju nakas. Dia mencari segelas air yang selalu diletakkan di sana. Dia belum sadar pada kesakitan Ayu.

"Lex!" rintih Ayu yang kini sudah didengar oleh Alex.

"Sayang, ada apa?"

Ayu memegang lengan Alex keras. Dia tidak menjawab, tetapi lelaki itu sudah tahu. Ruangan yang tadi remang itu seketika terang saat Alex sudah bangkit dari ranjang. Dia berlari menuju closet untuk mengambil tas yang sudah ia siapkan. Untung saja dia sudah mempersiapkan tas untuk persalinan Ayu sejak dua Minggu lalu. Ada gunanya dia memiliki sikap terburu-buru.

Tanpa mengganti piyama satin birunya, Alex membopong Ayu di kedua tangan yang salah satunya disampirkan tas. Dia berusaha menguasai diri untuk tidak terlalu panik. Setengah berlari, dia menuju mobilnya yang terparkir. Dia saat kesusahan saat harus membuka kuncian mobil, juga saat membuka pintu mobil karena ada Ayu.

Setelah meletakkan Ayu di jok mobil, Alex mengatur posisi agar Ayu bisa berbaring bdi kursi itu. Lantas, berlari menuju sisi mobil lain untuk mengambil alih kemudi. Selama perjalanan dia melirik sesekali pada perempuan yang meringis dan merintih kesakitan.

"Tunggu ya, Sayang! Kita udah mau sampai," ucap Alex yang membelokkan mobil memasuki pekarangan klinik rumah bersalin. Sesampainya di sana, dia membopong tubuh Ayu lagi dan segera dibantu oleh seorang perawat yang berada di area resepsionis. Ada perawat lain yang langsung mendorong ranjang untuk Ayu.

Ayu menggeliat di atas ranjang. Dari tadi Alex menemaninya. Dokter sudah memeriksa dan ternyata Ayu baru pembukaan ke-empat.

"Sakit!" rintih Ayu dengan tangan yang meremas lengan Alex.

Satu tangan Alex mengelus rambut Ayu. "Sabar ya! Inikan buaybDedek juga."

Ayu meringis lagi setelah merasakan kontraksi. Dia terdiam dengan mata terpejam. Kemudian, bibir bawahnya digigiti berusaha meredam sakit yang tak tertahankan.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang