Days without you (part 1)

7.4K 645 46
                                    

Ayu melenguh di atas ranjang setelah tidurnya yang pulas terganggu oleh deringan HP. Matanya terbuka sebentar, lalu menutup kembali karena belum terbiasa dengan cahaya yang silau dari arah jendela. Dia merabah-rabah ke arah sumber deringan juga getaran. Itu telepon dari Alex.

"Halo," ucap Ayu pelan dengan suara serak khas baru bangun.

"Sudah bangun?" tanya Alex.

Ayu bangun dan menyandarkan diri di kepala ranjang. Dia menjauhkan HP dan menatap layar dengan sebal.

"Apa orang tidur bisa menjawab panggilan telepon?"

"Siapa tau kamu ngigau, 'kan."

"Ngapain telepon?" Ayu tidak ingin berbasa-basi.

"Aku cuma mau ingatin, jangan lupa minum susu sama vitamin biar tidak mual! Terus, makanannya harus tetap empat waktu, juga bergizi, jangan asal makan! Kalo kamu ada apa-apa langsung hubungi aku."

Ayu memutuskan untuk berdiri dan memasang earphone. Dia mengikat rambut dan berjalan menuju westafle sambil mendengar petuah Alex. Menurutnya Alex terlalu cerewet, lelaki itu seakan tidak mempercayai Ayu.

"Ah, satu lagi, aku juga simpan kartu di meja riasmu, PINnya juga ada di sana!"

Ayu yang sedang membasuh wajah tak langsung membalas. Dia jadi penasaran kartu apa yang disimpan oleh Alex.

"Banyak makan buah sama sayuran, biar kami sama anak kita sehat," tambah Alex lagi.

"Iya, iya. Cerewet!"

"Bukan cerewet, tapi peduli!"

Ayu hanya berdehem pelan, lantas keluar untuk melihat kartu di meja riasnya. Itu kartu kredit berwarna silver asal Amerika, meski bukan black card, tapi dia tahu kartu itu juga tidak memiliki batas limit. Kartu kredit, dia kira kartu berisi banyak tabungan, yang ada justru kartu penguras tabungan. Namun, ada baiknya, dia bisa belanja sepuasnya.

Ah, tidak, ini milik Alex! Ayu bergumam dalam hati.

"Aku mau mandi dulu," ungkap Alex, "atau kamu mau melihatku mandi?" godanya.

Tidak ingin mendengar ocehan tidak bermutu dari Alex, Ayu segera memutus sambungan telepon mereka. Dia juga harus bersiap-siap untuk berangkat bekerja, setelah beberapa hari tidak masuk pasti banyak sekali pekerjaan yang harus dia kerjakan. Meskipun, dia telah menunjuk Bu Dania untuk menjadi PIC menggantikannya, tetap saja dia harus meninjau ulang laporan yang dibuat oleh Bu Dania.

Dia sudah tinggal sendiri di rumah itu selama dua tahun, dan belum pernah dia merasa sesepi ini. Padahal, baru seminggu tinggal bersama Alex dan tiba-tiba suasana rumahnya menjadi sangat berbeda. Biasanya dia tidak perlu sibuk di pagi hari, setiap bangun susu dan sarapannya telah siap. Sekarang dia harus memanaskan air dan membuat susu sendiri seperti sebelumnya.

Di kulkas ada banyak sekali bahan makanan untuk diolah, tetapi dia terlalu malas untuk menyentuh dapur. Sejak kecil, dia memang jarang menyentuh dapur. Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh ibunya dan asisten rumah tangga. Saat memutuskan tinggal sendiri, barulah dia mulai belajar memasak, itu pun masakan yang dibuatnya pastilah masakan instan, entah kalengan atau bungkusan.

Sekarang zaman sudah berubah, mau makan apa pun tinggal pesan karena hampir semua rumah makan memiliki layanan delivery. Selain lebih mudah, juga lebih cepat. Lagipula, sejak mendapat promosi Ayu sangat sibuk hingga kadang hanya pulang ke rumah saat ingin tidur saja.

Ayu membuka kulkas, dia tidak berniat memasak, hanya ingin memeriksa beberapa bahan yang mungkin tidak tahan lama. Mata ya tertuju pada kotak dengan kertas post-it berwarna merah muda. Ayu mengambil kotak itu dan membaca tulisannya.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang