Stronger Than Before

5.1K 598 144
                                    

Alex mengecup pelan kening Tamara sebelum keluar dari ruangan itu. Orang tua Tamara sudah datang, hingga ia memutuskan untuk pulang. Untuk ponselnya yang terlupa di apartemen Tamara, akan ia ambil nanti saja. Ia butuh istirahat, juga butuh dekapan hangat Ayu.

Baru semalam, dan ia sudah begitu merindukan Ayu dan Aleeya. Senyum terulas di wajah tampan Alex. Mengingat wajah dua perempuan yang memenuhi hatinya membuat ia mempercepat laju mobil. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah. Hak pertama yang akan ia lakukan begitu sampai adalah memeluk Ayu, lalu mencium pipi tembam Aleeya.

Mobil yang dikendarai Alex telah terparkir di depan rumah mungil Ayu. Lelaki itu turun sambil bersiul tidak sabar bertemu anak dan istrinya. Pintu tidak terkunci berarti ada orang di dalam. Namun, kening Alex mengerut begitu mendapati rumah itu kosong.

Tidak ada Ayu, ataupun tawa kecil Aleeya. Langkah Alex sudah sampai di taman belakang yang sudah tidak terurus sejak kepindahan Ayu di Singapura. Nihil. Keadaan rumah itu masih sama seperti saat Alex meninggalkan rumah. Rasa khawatir mulai merayapi Alex. Kalau memang Ayu ke rumah orangtuanya, maka seharusnya pintu rumah itu terkunci. Seprei ranjang pun harusnya sudah rapi.

Alex berlari keluar rumah saat mendengar mobil berhenti tepat di depan rumah. Dari mobil Avanza hitam itu, Ayu turun dengan Aleeya di gendongannya. Lelaki itu bernapas lega, berdiri di depan pintu menunggu Ayu masuk.

"Kamu dari mana, Sayang?" tanya Alex berniat memeluk Ayu, tetapi ditepis oleh perempuan itu.

Ati tidak menjawab. Ia melenggang masuk, meletakkan Aleeya yang pulas di ranjang. Ia menatap anaknya.

"Aleeya lagi tidur," ucap Alex yang sudah melingkarkan lengan di pinggang Ayu.

Setetes air mata jatuh dari pipi Ayu. Ia mulai melepas pelukan Alex. Memilih keluar dari kamar itu.

"Ada apa? Sebenarnya kami dari mana?" Alex terus bertanya merasa bingung dengan sikap Ayu.

"Let's divorced, Alex!"

Jantung Alex seakan berhenti seketika. Rasa dingin yang menyergap begitu aneh. Ayu sering mengatakan perceraian sejak awal mereka menikah. Namun, entah kenapa kali ini Alex gentar.

"Ke-kenapa?"

"Kamu mau tau aku dari mana? Aku dari rumah sakit. Aleeya demam tinggi, dia menangis terus semalaman. Kamu di mana, huh?"

Dunia Alex seakan runtuh seketika. Ia mendekat pada Ayu yang tadi menjauh. Ia menggeleng berharap apa yang dikatakan oleh perempuan itu adalah kebohongan.

***

Pagi itu Ayu masih berusaha menghubungi Alex. Rasa marahnya berganti khawatir. Tidak biasanya Alex tidak bisa dihubungi. Selain itu, jika lelaki itu sudah pulang di rumah harusnya ia menyadari bahwa Ayu dan Aleeya tidak ada. Alex harusnya mencari mereka. Namun, sudah jam berapa dan belum ada informasi dari Alex.

Ayu mondar-mandir, mengirim pesan berkali-kali. Pesan-pesan itu berakhir centang satu. Aleeya sedang sakit, meski hanya demam dan sudah diperbolehkan pulang siang ini. Namun, Ayu khawatir. Mengingat Aleeya dan Alex yang kadang memiliki kontak batin, Ayu semakin khawatir. Takut jika ternyata suaminya ada apa-apa di luar sana.

Tidak lama ponselnya berdering. Ia langsung menjawab tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Alex," sebut Ayu yang langsung menelan kecewa begitu mendengar suara perempuan. Perempuan itu mengaku sebagai Cleo.

"Pak Alex ada di rumah sakit," ucap Cleo yang langsung dipotong Ayu, "Di rumah sakit? Alex kenapa?" Rasa khawatir Ayu seakan terjawab. Ia rasanya ingin langsung berlari menemui Alex. Pantas saja lelaki itu tidak pulang. Air mata Ayu mulai menetes, khawatir pada anak, juga suaminya.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang