I am not a killer

14.8K 1K 4
                                    

Bukannya baikan, kedatangan Dokter Katrina justru membuat kepala Ayu semakin sakit. Untungnya Alex tadi langsung keluar saat dia meminta. Melihat lelaki itu pasti hanya akan membuatnya semakin pusing.

Hamil? Dia hamil anak lelaki yang baru dia temui dua kali. Lelaki brengsek mesum yang tidak berguna.

Ayu tidak ingin memercayai perkataan Alex, bisa saja dia mempermainkan Ayu. Namun, mengingat periode datang bulannya yang telat, juga perasaan linglung yang sering kali melandanya beberapa hari ini.

Dia membalikkan badan, berusaha menutup matanya. Sembari menutup mata, air matanya mulai mengalir disertai isakan kecil. Sampai akhirnya dia hilang kesadaran, napasnya mulai naik-turun dengan teratur.

***

'Tidak ada salahnya dicoba.' Alex membatin sambil menatap sebungkus test pack. Menurut apoteker tadi, test pack ini sangat akurat.

Alex membuka pintu kamar Ayu dan mendapati wanita itu sedang pulas. Karena lelah, Alex pun ikut berbaring di ranjang milik Tamara.

Dari ranjang itu, Alex bisa mencium aroma pujaan hatinya, Tamara. Dia membalikkan tubuh ke arah Ayu. Dia mulai mengamati wanita itu. Ayu itu cantik; matanya belo dan bulu mata panjang yang lentik, bibir ranum dan penuh, juga hidung yang lumayan tinggi untuk orang Asia.

Kalau memang Ayu hamil, Alex hanya tinggal menikahi wanita itu. Lagipula, Tamara sekarang sudah bertunangan. Selain itu, dengan menikahi Ayu, maka dia telah menyelamatkan hubungan Tamara, mengingat Ayu memiliki hubungan spesial dengan Richard.

Ayu meringis dalam tidurnya. Kening dan hidung wanita itu mengerut, seakan menahan rasa sakit. Alex yang melihatnya, langsung bangkit dan mendekat pada Ayu.

Mata Ayu terbuka dengan pelan. Kepalanya masih sakit, namun tidak separah sebelumnya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali setelah berbalik dan mendapati Alex di sampingnya.

Mimpi buruk itu masih terngiang di kepalanya. Mimpi di mana si Alex brengsek mengaku sebagai ayah dari calon bayinya.
'Mungkinkah itu nyata?' Ayu mulai bertanya pada diri sendiri. Dia menggeleng keras lalu berkata, "Tidak mungkin!"

Satu ujung bibir Alex tertarik ke belakang. Senyum lelaki itu terlihat sangat licik.

"Itu mungkin, Sayang!"

Ayu melonjak, berpindah tempat dengan cepat. Napas Ayu beradu cepat dengan detakan jantungnya.

"Keluar!"
"Iya, aku keluar."

Pandangan Ayu mengekor pada punggung lelaki yang akhirnya menghilang di balik pintu. Dia mulai mengatur napas, lantas duduk dan menunduk memeluk lutut.

Hanya beberapa menit, pintu kembali terbuka. Ayu mengangkat wajah dan mendapati Alex yang sedang berdiri dengan membawa nampan.

"Ini bubur, sudah agak dingin. Mau kuganti yang baru?"

Ayu mengatupkan kedua bibirnya. Dia hanya menatap Alex dengan tajam.

"Ya udah, makan yang ini saja." Alex menurunkan nampan itu di nakas yang berada di samping Ayu.

Di nampan itu ada semangkuk bubur, beberapa pil obat dan sebuah box persegi kecil. Ayu memusatkan penglihatannya pada box itu. Dari gambar dan merek-nya, dia tahu alat apa itu.

"Kenapa ada test pack?"
"Untuk memastikan kalo dokter itu tidak salah."

Ayu memejamkan mata. "Ini mimpi, ini mimpi. Aku akan bangun."

Dengan pelan Ayu membuka mata lagi. Harapannya dia akan terbangun di kamarnya, sendiri seperti biasa. Alex masih di sana, begitupun dengan bubur dan test pack.

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang