Our Daughter

7.9K 627 27
                                    

Alex mendaratkan kecupan singkat di kening Ayu, lantas bangun terlebih dahulu untuk menuntaskan hajat di kamar mandi. Ayu yang ditinggal sendiri di ranjang menggeliat gelisah, dia masih ingin berbaring dan dipeluk. Dia terus bergumam tak jelas, mungkin memanggil Alex.

"Ada apa?" tanya Alex yang harus saja keluar dari kamar mandi.

Ayu bangkit dan duduk dengan rambut yang masih berantakan. Tangannya direntangkan sembari mengerucutkan bibir.

"Minta peluk!" ucap Ayu dengan manja.

Alex meregangkan lehernya, sebelum naik ke atas ranjang dan memberikan pelukan pada Ayu. Dia tersenyum pada Ayu, lalu mencium kening perempuan itu lagi.

"Kamu semakin manja." Satu tangan Alex mengelus pipi Ayu.

"Aku 'kan udah bilang, aku suka bau badanmu."

"Pengaruh hamil?"

Ayu mengangguk mengiyakan.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya Alex yang masih memeluk Ayu.

"Ibu pasti sudah menggoreng nasi," kata Ayu.

"Kamu tidak boleh terlalu makan nasi putih," larang Alex, "roti gandum ada tidak?"

"Ada, ibu suka makan roti gandum sebagai camilan," balas Ayu.

Alex mengecup pipi Ayu, lantas turun dari ranjang dan beranjak untuk menyiapkan sarapan untuk isterinya.

"Kalo ibu tanya, bilang aku lagi nggak enak badan ya, Sayang," pinta Ayu mengedipkan mata pada Alex.

Alex tersenyum sembari mengangkat satu jempol pada Ayu. Dia keluar dan turun menuju dapur. Di sana ada Arini yang sudah menyiapkan sarapan dibantu Ira dan Dita yang terlihat hanya menggendong Zahra.

"Pagi Bu, Mbak!" sapa Alex yang dibalas oleh ketiga perempuan itu dengan ramah.

"Isterimu belum bangun?" tanya Arini.

"Dia lagi tidak enak badan, Bu."

"Anak itu!" desis Arini memijit pelipisnya, "untung bukan mantuku. Dasar pemalas!" omelnya.

Arini tidak mengerti kenapa dia bisa memiliki anak perempuan semalas Ayu. Lihatlah Ira dan Dita, dulu mereka tidak bisa apa-apa, tetapi Arini mengajar mereka dengan baik.

"Dia lagi sakit, Bu!" bela Alex.

"Huh, kamu terlalu memanjakan Ayu. Dia itu memang selalu alasan tidak enak badan, tidak berubah!"

Alex hanya tersenyum kecil, begitupun dengan Ira dan Dita. Dia lanjut membuat roti isi untuk Ayu. Roti itu diberi selai dan dipotong kan buah di dalamnya.

"Itu buat siapa?" tanya Ira melihat roti buatan Alex.

"Buat Ayu," jawab Alex, "Mbak mau juga?"

"Tidak," balas Ira, "aku baru tau Ayu suka sarapan roti."

"Lah, dia makan apa aja, yang aneh kalo roti kayak gitu cukup," omel Arini lagi.

"Ih, Alex nggak suka kali kalo Ayu gendut, makanya dia siapin menu diet sehat," timpal Dita.

"Wah, bagus itu!" puji Arini, "dia memang harus jaga makan, biar bisa sehat. Masa setiap pagi tidak enak badan terus!"

"Aku ke atas dulu, Bu, Mbak. Ayu sudah lapar," pamit Alex buang selesai membuat segelas susu dan sarapan untuk Ayu.

Arini hanya bisa menggeleng melihat kelakuan anak perempuannya. Dia menatap kedua menantunya bergantian.

"Ra, tanya adikmu itu, nggak baik terlalu manja. Dia 'kan mendengar kalo sama kamu, Sama ibu mana dengar."

Suddenly Marriage (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang