Tempur-05

857 352 97
                                    

Sebelum baca silahkan beri votenya ⭐⭐
Happy reading guys

Rasa itu seperti tanaman. Harus di rawat dan di jaga. Kalau tidak, ya... Pasti mati dan hilang
--Alvaro Wijaya

rooftop tampak sunyi, tak ada yang memulai pembicaraan yang terjadi antara satu sama lain, hanya suara angin yang saling berhempus ke sana ke mari menerpa setiap inci permukaan bumi.

"Kelakuan lo berlebihan banget, sama Keyna" ucap Varo sambil meneguk coca-cola yang baru saja di belinya.

"Dia yang memulai," sahut Reyhan. Membaringkan tubuhnya di atas susunan meja yang sudah di sususun dengan rapi lalu memejamkan matanya frustasi berusaha menangkan diri.

"Tapi lo nggak usah pake main tangan sama cewek begok! Kesannya, lo di kira cowok nggak berperasaan." cetus Keyvan dari seberang sana.

"Heh, rasa. Rasa gue udah hilang sejak 12 tahun yang lalu. Bersama kepergian bulan" gusar Reyhan tersenyum smirk.

"Sadar Rey, ini udah 12 tahun. Wajah dia aja lo nggak tahu. Kenapa lo nggak bisa nerima kenyataan sih?" Keyvan berdiri menghadap sahabatnya ini yang terlihat tak berdosa telah menampar seorang wanita di tempat umum.

"Gue yakin Bulan pasti masih ada. Gue yakin, kanker nggak akan bisa membuat Bulan meninggal." ucapnya masih memejamkan matanya.

"Selama gue belum bisa ngelihat makamnya, selama itu gue yakin kalau Bulan itu masih ada." cetus Reyhan.

"Oke, kalau itu mau lo. Tapi, gue harap kejadian yang tadi jangan sampai terulang lagi. oke?" ucap Varo yang kini tengah ikut berdiri menghadap Reyhan, Reyhan membuka matanya dan menatap Keyva serta Varo sejenak dan kembali menutup matanya.

"Gue bukan anak kecil yang bisa di atur-atur," ucapnya.

"Gw nggak suka ada orang yang manggil gue dengan sebutan itu, karna cuman Bulan yang bisa mencaci gue dengan sebutan cupu dan banci. Cuman dia, bukan orang lain!"

°°°

Kelas saat ini sedang sunyi, hanya tinggal Keyna yang sedang menggerutu di pojok kelas sambil menelungkupkan kepalanya di atas meja, menjatuhkan setetes demi tetes cairan bening yang di sebut air mata.

Keyna tidak menangis atas rasa sakitnya tamparan Reyhan, karna baginya itu hanya gigitan semut yang menerpa wajahnya.

keyna sudah sangat kebal akan tamparan-tamparan, caci makian, yang di berikan oleh keluarganya. Tapi, cacian, makian, yang di berikan keluarganya tidak seburuk apa yang baru saja di lakukan Reyhan padanya. Setidaknya keluarganya tidak pernah mengatainya di muka umun dan mempermalukan dirinya.

Keyna menangis sejadi-jadinya, sungguh di dalam hati kecilnya ingin rasanya dia memukul wajah Reyhan hingga babak belur. Bagaimana tidak! Reyhan sungguh sangat kelewatan kali ini. Dia bisa saja menendang kursi Keyna, mengambil buku catatannya, membuang sampah di lacinya, menempelkan permen karet di kursinya, membuang kursi Keyna, menyiram Keyna dengan air seperti biasanya. Tapi, kali ini sungguh sangat kelewatan.

"Key, udah. Lo nggak usah sedih lagi," Qheysia berusaha menenagkan Keyna yang di banjiri oleh air mata.

"Gue kecewa. Gue pikir dia bisa berubah dari sikap usilnya suatu saat nanti. Tapi, apa? Nol, nol besar! Dia sama sekali nggak akan bisa berubah." ucap Keyna sambil melap air matanya.

"Mending gue anter lo ke kost, biar lo bisa istirahat." ucap Qheysia perihatin melihat kondisi Keyna yang terpuruk.

Keyna sudah terlalu banyak terluka, di rumahnya sendiri dia sering di siksa, di kurung, tidak di beri makan berhari-hari, dan bahkan di perlakukan lebih buruk dari seorang pembantu. Sejak lahir, Keyna selalu di perlakukan bak anak tiri di dalam rumahnya, Ayahnya hanya perhatian kepada kedua kakaknya.

Just You And Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang