Silahkan vote sebelum baca
Hembusan nafas yang tidak teratur dan permukaan tangan yang memar akibat terlalu banyak memukul tembok. Membuat tangan remaja lelaki itu harus dibalut oleh beberapa lembar perban dan tak lupa juga obat merah untuk mempermudah penyembuhan permukaan tangan Varo.
Sakit yang ada ditangannya, tak sesakit hatinya. Kisah masalalu yang berusaha dikubur rapat-rapat, bersama minggatnya Ayahnya, waktu itu. Kini mulai terkuat kembali dengan kedatangannya yang tampa diduga. Hal itu bahkan, sempat membuat seorang Alvaro Wijaya, depresi. Saat itu, dia masih duduk dibangku SMP.
"Aku nyesel, kenapa kamu Ayah ku."
"Kamu bahkan lebih keji, dari seekor binatang buas. Cacing tanah yang berlumuran tanah, sungguh kamu bahkan lebih menjijikkan"
"Brengsek..! Brengsek...!"
°°°
Seorang lelaki tampan, berjalan menyusuri koridor. Sejak tadi menjadi tontonan, dari setiap sorot mata yang ada. Bukan hanya karna pakaiannya yang acak-acakan, namun juga karna raut marah yang terpancar jelas diwajahnya. Tanggannya sejak tadi terkepal dengan sempurna, menahan emosi yang kini membara dalam dirinya.
Ia tidak memperdulikannya, sesegera mungkin dia bergegas. Menemui seseorang yang dia tahu, pasti dalang dari semuanya. Dalang dari kedatangan Ayahnya yang brengsek itu! Si brengsek itu!!
Ceklek ...
Knop pintu, terbuka. Menampakkan ruangan yang kotor, dan juga sangat berantakan, membuat mata seketika semat oleh pemandangan yang pora-poranda. Nampak seorang lelaki yang sedang menghisap rokok, yang menciptakan asap dimana-mana, dia terduduk disalah satu kursi yang ada diruangan itu. Varo geram, melihat wajah polos tanpa dosa itu.
Varo menyeret lelaki itu, menarik kerah seragamnya hingga mentok ditembok putih, ruangan itu. Tatapannya sangat horor, terpancar kemarahan yang teramat dalam disana. Dia tidak pernah terlihat semarah ini, sebelumnya. "Gue nggak suka, cara lo. Ngejatuhin gue dengan cara yang murahan"
"Well,"
"Gue nggak ngejatuhin, tapi memang faktanya seperti itu. Alvaro Wijaya" cakapanya, tersenyum sumbringan penuh kemenangan.
"Cukup!" pinta Varo.
"Jangan pernah sebut nama gue, dengan mulut kotor lo." tegasnya, memperingati lelaki yang ada dihadapannya.
Lelaki itu terdiam, mendengar setiap kata demi kata yang diucapkan Varo.
"To the point, mau lo apa? Memberikan info ke dia tentang kelakuan gue" ketus Varo, menanyakan maksud dari dalang semuanya.
"Ehmmm, biar apa yah? Oh ya, biar lo nggak bisa bersikap seenaknya sama siapa saja. Lo udah terlalu banyak menyebar image palsu lo ini, menutupi kenyataan siapa lo sebenernya" ucapnya, sedikit berfikir sejenak.
"Sejak kapan gue, bertopeng. Sayangnya, gue bukan lo, Gue bukan orang yang seperti lo" tangkas Varo, mengelak dari ucapan kebohongan yang dia dengar.
"Var, Var. Entah kenapa? gue seneng aja. Ngelihat lo menderita, mendatangkan masalalu lo itu adalah ide terhebat yang pernah gue milikin, buat ngehancurin hidup lo. Itu baru awal Var, tunggu hadiah berikutnya dari gue." kata lelaki itu, melepas cengkraman Varo. Lalu kembali duduk pada kursi yang dikenakannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You And Me✔
Teen Fiction"Kalau lo peduli, lo gak akan ninggalin gue. Lo jahat!" "Saya adalah salah satu takdir buruk dalam hidupmu" °Luka adalah bagian dalam hidup °Suka adalah salah satu keberuntungannya Tawa dan tangis juga tak jauh berbeda, selalu ada yang tersembunyi d...