Ungkapan rasa-18

513 169 19
                                    

Silahkan beri vote sebelum baca
⭐⭐⭐
Happy reading guys

Semua orang, bisa saja mengatakan cinta. Tapi tidak semua orang, yang bisa mengerti cinta. Bila cinta hanyalah sebuah kata, lalu bagaimana dengan rasa yang dikatan cinta, oleh manusia yang terbutakan rasa.
--Reyhan Vahregas

Ring bola basket, terus saja berbunyi. Pantulan-pantulan bola, terdengar dari setiap sudut lapangannya. Regu putra dan putri basket ball. Sedang berlatih bersama, setiap latihan. Regu putra dan putri, diharapkan memakai sepatu khusus dan pakaian khusus basket, yang seragam dengan yang lainnya. Untuk regu putri sendiri, diharapkan menguncir satu rambutnya, agar tidak mengganggu latihan.

Ring basket, terdengar nyaring berbunyi. Banyak bola yang berhasil dimasukkan. Oleh regu putra dan juga tentunya, regu putri. Banyak keringat, yang bercucuran karna kelelahan. Tapi, itu bukanlah penghalang. Tim basket SMA Bakti Pertiwi, terkenal tangguh dalam turnamen dan selalu membawa kemenangan di setiap kompetisi yang mereka ikuti. Keyna sedang mendribbel bola miliknya. Memantul-mantulkan bola ke lantai, dan kemudian terpantul ke udara.

"Keyna" kata Reyhan, memanggil Keyna. Yang mendribbel bola. Keyna tak menyahut. Hanya membisu, tanpa sepatah kata pun.

"Keyna" kata Reyhan, memanggil nama Keyna lagi. Keyna masih saja, tak menunjukkan respon apa pun. Dia masih sibuk memantul-mantulkan bolanya.

Reyhan, berdengus kesal. Sorot mata Keyna beralih melihat lelaki yang berada di hadapannya itu. Beraninya dia, menahan bola yang sedang asik di pantulkannya. "What?" tanya Keyna. Mengambil bola miliknya dan memantulkannya ke lantai, seperti yang dia lakukan tadi.

"Keyna. Gue, mau ngomong sesuatu." sahut Reyhan, berusaha mengatakan sesuatu.

"Keyna" panggil Reyhan. Megapa Keyna malah asik mrmainkan bola itu, dibanding mendrngar ucapannya? Apa yang menarik dari bola itu, coba? Gantengan juga gue!

"So what? Kalau mau ngomong-ngomong aja, ribet amat deh" cetuk Keyna, menampakkan raut wajah kesal dan sinis. Permainan bola basket adalah salah satu favoritenya. Hanya ada satu alasan dibalik itu. Apa?

Reyhan geram, dengan tingkah Keyna. Keyna lebih asik memainkan bola itu, dibanding mendengar ucapannya. "Keyna. Bisa nggak, lo ngehargain gue?"

Dia memejamkan matanya, kesal. Bolanya di lempar kesembarang arah. Tak peduli, bagaimana nasib bola itu nantinya. Keyna berhadapan dengan Reyhan. Berusaha fokus pada pembicaraan Reyhan, yang tidak tahu apa topik pembicaraannya. "Speak up"

"Telat" ketus, Reyhan. Menatap Keyna, sinis. "Telat, gue udah nggak mood" lanjutnya, tetap pada fokusnya. Bola mata Keyna, yang penuh dengan daya pikat magic local.

"Yaudah sih, jadi cowok ngambekan" ucap Keyna, meremehkan. Berdecak pinggang, dan menatap acuh, tak acuh kepada Reyhan.

Indra pendengaran Reyhan, berdecit. What? Ngambek. Ngambek nggak ada dalam kamus seorang Reyhan Vahregas yang tergans seantero SMA Bakti Pertiwi. "Gue, nggak ngambek. Key"

"Lalu, apa?" tanyanya, tersenyum sumbringan.

"Sudahlah, jangan mulai perdebatan" ucap Reyhan, tak mau membuat masalah. Jika terus dilanjutkan akhirnya akan selalu sama. Akan terjadi perdebatan yang berkepanjangan, dan hanya akan menimbulkan suatu perselisihan, yang tak kunjung terselesaikan. Akhirnya, hanya akan membenarkan diri sendiri, membela diri sendiri, yang tentunya menuju kepada lawan debat adalah yang salah.

"Gue, tidak memulainya. Lo yang memulai" bantah Keyna. Tak terima. Suatu masalah dimulai dari sebuah topik pembicaraan, pembicaraan yang memiliki sudut pandang berbeda. Akan menghasilkan pendapat yang berbeda, pandangan orang akan berbeda, atau terbedakan. Kalau Reyhan melihat sudut pandang, bahwa dirinyalah yang berusaha tidak memulai perdebatan, maka tak bisa disalahkan jikalau Keyna melihat dari sudut yang berbeda. Sudut pandang tidak pernah salah, hanya saja perlu dipertimbangkan. Yang salah, adalah ucapan bukan sudut pandang, yang terbedakan.

Just You And Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang