Khawatir-19

547 167 23
                                    

Silahkan beri vote sebelum baca
⭐⭐⭐
Happy reading guys

Terlalu egois. Membuat kamu tak berfikir logis, tak paham pada situasi ini. Egomu menang dan perasaanmu selalu kalah, pada ego yang mematikan!
--Alvaro Wijaya


Tuk....

Tuk.........

Tuk...............

Suara ketukan yang terdengar senada. Seorang lelaki tampan, sedang mengetuk pintu kayu berwarna coklat. Dia mengetuknya, secara perlahan-lahan. Agar sang pemilik, mendengar ketukannya. Tak cukup waktu lama, pintu itu pun terbuka secara perlahan. Menampakkan seorang gadis cantik, yang nampak kucel. "Ya, cari siap--" ucapnya sembari mengucek-ngucek matanya. Mungkin dia baru saja terbangun? Ia tertegun, kaget. Melihat sesorang yang dikenalinya ada disini. Ucapannya pun terpotong, akibat tergaket.

"Vio, ada?" tanyanya, sedikit terburu-buru.

Qheysia ternyum tipis. Melihat kedatangan Alan. Sang kakak kelas idola SMA Bakti Pertiwi. "Ehk, kak Alan. Nyari Vio, ya! Vio, ada, ada, didalam" kata Qheysia salah, tingkah.

"VIO...VIO....VIO...! maaf kak, Vio kalau nggak diteriakin nggak denger. Maklum agak rabun" teriak Qheysia, memanggil Vio. Jika tidak diteriaki mungkin seabada atau sewindupun. Dia tidak akan datang, wajar saja Vio adalah Queen molor plus mageran.

"Bukannya rabun itu, mata?" tanya Alan, merasa janggal.

Qheysia terkekeh, renyah. Sial! Mengapa dia bisa salah tingkah seperti ini? Dia terlihat seperti orang bodoh. "Oh, iya maaf salah. Maklum, otak nggak ada isinya"

"Heh, nggak papa" Alan terkekeh pelan, melihat tingkah Qheysia yang konyol.

Memang begini nasib gans. Kemana-mana, banyak fans
Batin Alan

Vio, berjalan menyusuri anak tangga. Tampilan cukup sederhana. Rambutnya, ia kunci satu, kaos putih, celana jeans biru dan juga sneakers putih. Tak ada yang spesial dari prnampilannya itu. Tapi, entah kenapa? Jantung Alan berdetak lrbih kencang, saat melihat kedatangan Vio. Padahal wajah Vio tak dipoles dengan apa pun. "Iya, kenapa Qheysia?" kata Vio yang sedang menuruni anak tangga. Alan hanya diam, sembari menatap Vio dikejauhan sana.

"Ini, ada kak Alan. Nyariin lo" cetik Qheysia. Qheysia tahu betul, bahwa pandangan Alan ke Vio, bukanlah pandanganya biasa. Pandangan itu penuh dengan rasa. Menurut drakor yang Qheysia nontpn, kalau seorang lrlaki menatap gadis, dengan intens (tak berkedip sedikit pun) dan hanya bisa membisu. Artinya, lelaki itu memiliki rasa yang istimewah pada gadis tersebut.

"Uhmmm"

Vio tersenyum singkat, melihat Alan yang sudah ada sejak tadi di kosnya. "Yuk kak, keburu malam. Soalnya gue nggak bisa lama-lama kak. Entar Bunda marah, lagi." ucap Vio, takut kalau-kalau Bundanya marah. Karna dirinya yang pulang larut malam. Walaupun ia tak serumah dengan Bunda, bukan berarti Vio tak melaksanakan aturan Bunda kesayangannya itu.

"Yaudah, yuk" ajak Alan.

°°°

Banyak buku, yang berjejer dan terpampang rapi dirak buku. Mulai dari buku filosofis sampai buku percintaan, sungguh sangat lengkap. Vio membaca-baca buku yang menurutnya menarik.

Tempat ini, cukup menjadi favorite Vio. Mungiin bagi sebagian orang, toko buku hanyalah tempat yang mrmbosankan. Tapi jangan salah, toko buku adalah jendela keajaiban yang terlapisi oleh magnet tak terlihat, kawan. Mungoin mata kebanyakan orang, telah ditutupi kabut ilusi. Hingga tempat sebagus ini, jarang diminati.

Just You And Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang