Gombalan receh-09

706 267 37
                                    

koridor - koridor sekolah nampak sepi. Semua siswa - siswi saat ini sedang melaksanakan proses belajar-megajar di kelas. Namun tidak dengan Qheysia, Dia mondar-mandir sejak 10 menit lamanya. Dia kebingungan, bagimana caranya agar dia bisa ke kelas? Tidak mungkin dirinya ke kelas dengan bercak darah di roknya?

Bahkan penyakit pikunnya harus ada di saat-saat seperti ini. Bagimana bisa, dia lupa membawa ponselnya. Sedangkan mahluk asral di depannya hanya berdecak pinggang Tanpa ada niat membantunya sedikit pun.

Keyvan melepas jaket berwarna hitam bergaris putih yang dia kenakan. Lalu melangkah mendekat ke arah Qheysia berada. Dia tersenyum aneh, yang membuat Qheysia menjadi Ling-lung akan senyumnya yang penuh tanya?

"Lo mau ngapain?" ucap Qheysia menatapnya bingung. Dia melangkah mundur untuk menjauh dari Keyvan. Pikirannya mulai aneh dan terus menjadi-jadi ketika jaket Keyvan sudah sepenuhnya terlepas dari tubuh atletis Keyvan dan hanya menyisakan seragam putih dengan kaos hitam di dalamnya.

"Nih, pakek." ucap Keyvan, memberikan jaketnya kepada Qheysia. Qheysia hanya menatap dalam diam jaket yang ada di hadapannya.

Oh, cuman mau ngasih jaket toh. Gue kira dia mau, astagafirullah fikiran lo Qheysia, suuzon banget.

"NGGAK, NGGAK MAU NAJIS!!" tolak Qheysia, tak mau menerima jaket itu. Dia mengerucutkan bibirnya. Dia menyesal telah berfikir yang tidak-tidak tadi. Mungkin karna keseringan nonton sinetron, jadi pikirannya nggak jernih.

"Pake," tutur Keyvan sedikit memaksa.

"NGGAK, NGGAK MAU NAJIS!!"

"Pakek, kalau ada cowok yang lihat nggak baik loh." Keyvan mulai jengah karna Qheysia yang tidak mau menerima pertolongannya. Padahal jaket Keyvan kan harum, bersih apalagi dan yang paling penting!! Jaket dari seorang cogan SMA BAKTI PERTIWI!!

"Terus Lo, Lo itu bukan cowok?" Ketus Qheysia menatap Keyvan sinis. Bagi Qheysia, Keyvan tetaplah dia. Dia si mahluk astral yang kerjanya pecicilan. Dan Qheysia yakin kali ini adalah salah satu pranknya untuk membuat Qheysia terkecoh akan ulah dan ekspresi keseriusannya, semua itu palsu atau dapat di katakan akting.

"Gue kan mahrom Lo. Jadi, sah-sah aja." kata Keyvan, sambil terkekeh pelan mendengar ucapan Qheysia yang menurutnya lucu. Bukan karna apa yang di katakan Qheysia yang membuatnya tertawa. Tapi karna cara pengucapan Qheysia yang seperti anak kecil yang tidak di beri permen lolipop oleh Ayahnya.

"Udah, bacot lo." sahut Qheysia, sebal akan tingkah Keyvan kepadanya.

Keyvan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dia tak pernah bosan untuk membuat gadis di depannya ini sebal. Baginya ketika Qheysia sebal tingkat ke imutannya akan meningkat 77,7kbps/ detik.

Keyvan melangkahkan kakinya terus mendekat ke arah Qheysia. Qheysia yang melihat hal itu hanya menatap Keyvan dalam dan mundur perlahan secara teratur dengan langkah kecil. Hingga tubuh Qheysia menyentuh tembok putih.

Keyvan terlihat tersenyum Smirk. Melihat Qheysia yang tidak bisa mundur lagi dan lagi. Dia terus mendekatkan tubuhnya hingga Kini jarak mereka hanya tersisa 0,20%

Qheysia menelan salivanya sambil memegangi ujung roknya yang kini mulai kusut akibat terlalu keras di remas oleh Qheysia. Keyvan mendekatkan wajahnya dan melingkarkan jaket miliknya di pinggang Qheysia dengan berlahan. Lalu menatap Qheysia sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ihh, apaan sih Lo. Pemaksaan banget!" tutur Qheysia mengalihkan pandangannya, lalu melangkah menjauhi Keyvan.

"Ayok!" ajak Keyvan kepada Qheysia, sambil menggenggam tangannya.

"Kemana?" Tanya Qheysia, tanpa sadar tangannya kini telah di genggam oleh Keyvan.

"Ke UKS lah, Lo kan lagi sakit. Emang Lo kira kemana? KUA?" Keyvan menaikkan alisnya penuh tanya/

Just You And Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang