CEWEK GAK BENER

195 29 57
                                    

"kita adalah sepasang manusia yang berselimut luka, yang bila mana di satukan hanya akan meninggalkan duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kita adalah sepasang manusia yang berselimut luka, yang bila mana di satukan hanya akan meninggalkan duka."

.

.

.

Ibarat tersambar petir, lalu tertusuk pisau ...

Menyakitkan dan juga mengerikan.

Sudut-sudut ruangan tak lagi bersua, sesaat demi saat berlalu perlahan-lahan ..., Membiarkan celah jendela membuat angin menyusut masuk ruangan, hitam tanpa lampu yang di hidupkan.

Duduk dua orang yang sama-sama pada pemikirannya masing-masing, berfikir sejenak. Ahk, rasanya bukan sejenak, namun terlalu lama.

Hingga salah satunya menaikkan kepalanya, mengangkat suaranya.

"Bagaimana ...., Kalau itu benar?" Tanya suara serak yang duduk di salah sudut ruangan. Tepat di sudut, menghadap jendela.

"Saya tidak tau," jawabnya,menggeleng pelan.

Gadis di dekat jendela menahan perasaannya, berusaha untuk nampak baik-baik saja. "Lo harus punya pilihan ..., jika nantinya kita memang benar saudara." Ucap gadis itu, Vio.

"Jangan lupa kalau bagi gue, bunda gak pernah bohong Var, tapi gue juga ingin ngelak dari apa yang di katakan bunda. Tapi kalau pada akhirnya memang benar adanya, kita bisa apa?"

Varo tertegun, kalimat Vio tak bisa ia terima. 'kita bisa apa?' "Kamu nyerah?" Ujar Varo, menatap gadis di sudut sana.

"Gitu aja?" Ujarnya lagi, mengepalkan tangannya, matanya menajam. Menatap lurus di sudut sana.

"Gue gak tau," ucap Vio, menggigit bibir bawahnya.

Matanya mulai berkaca-kaca, bagaimanapun ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Ia akan tetap tidak akan baik-baik saja.

Varo mendekat ke arah Vio, di genggam hangat, tangan Vio. "Ayo Vi!"

Vio menoleh, melihat Varo. "Kemana?"

"Kita pergi, jauh dari sini. Jauh dari orang-orang yang mau misahin kita. Hanya kita berdua!"

Plak

Vio menampar wajah Varo, matanya memerah. Tubuhnya gemetaran, tanpa berpikir panjang ia menampar Varo. Begitu kerasnya.

"Lo gila!" Ucap Vio.

Vio beranjak dari duduknya, ia mundur mejauhi Varo. Matanya semakin memerah, menahan emosi dan juga resah di hatinya. "Dengan kita pergi, itu malah akan membuktikan bahwa bunda bener, kalau pun kita pergi jauh, kita akan slalu takut ..., takut kalau-kalau kita ketemu bunda, keluarga kita, saudara, sahabat, teman dan orang-orang yang kenal kita saat ini"

Just You And Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang