"Mirta!! Lo udah gila?! Mau nampar anak orang sembarangan," bentak laki-laki bernama Darel.
Mirta membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, ia menarik tanganya dengan kasar, "Cih! Sekarang lo juga belain dia Rel? Jangan-jangan lo ninggalin Karin karna ni cewe murahan juga?" Tanya Mirta sambil menyilangkan kedua tanganya.
"Maksud lo apaan bilang Lisya murahan? Lo ga sadar kalo lo lebih murahan nangisin cowo yang ninggalin lo padahal itu salah lo sendiri, tapi lo malah nyalahin orang lain? Lo malah ngeganggu cewek yang ga tau apa-apa soal hubungan Lo sama pacar Lo?! Itu otak lo pake untuk apaan? Untuk ngitung kotoran kambing?" Omel Derel panjang lebar. Tentu saja perkataan Derel barusan membuat Mirta semakin marah.
"HEH?! Maksud lo apaan bilang gue murahan?! Gue itu bilang apa adanya ya! Bukan hoax! Dan otak gue ga pernah gue pake untung ngitung kotoran kambing!" Bentak Mirta.
"Alah bacot banget sih lo Ta! Udah mending lo pergi sana!" Usir Darel.
Mirta menggeram kesal ingin merobek mulut Darel, "Awas aja lo berdua ya! Gue bakal buat lo berdua nyesal karena udah ngehina gue!" Bentak Mirta dan berjalan pergi meninggalkan Lisya dan Darel.
"Itu cewe beneran udah gila" gumam Derel sambil menggelengkan kepalanya.
"Eh, lo gak papa Sya?" Tanya Darel kepada Lisya.
Lisya menggelangkan kepalanya, "Makasih udah nolongin gue, gue pergi dulu," pamit Lisya.
Darel menarik pergelangan tangan Lisya, "Kenapa susah banget sih daketin lo itu Sya? kenapa lo ga pernah kasih kesempatan buat gue? Sikap lo yang dingin kegue itu bikin hati gue sakit tau gak?" Tanya Darel dengan tatapan sendu.
Lisya diam sejenak, "Lo udah tau kalo api itu nyakitin Lo, kenapa Lo gak jauhin aja?" ucap Lisya dan menarik tanganya.
"Gue gak bisa, gue udah coba untuk jauhin Lo, tapi hati gue tetap gak bisa Sya".
"Jangan bodoh cuma karena cinta yang gak ada gunanya" ucap Lisya dan berjalan pergi meninggalkan Derel.
"LISYA!" Teriak Darel memanggil Lisya namun Lisya tetap berjalan lurus seolah-olah tak mendengar teriakan Darel.
Setelah sampai di kelas, Lisya langsung meletakkan tasnya dan duduk sambil menidurkan kepalanya di meja.
"Sya? Tumben lo lemes banget kayak gini?" Tanya Vani sambil memegang bahu Lisya.
"Iya, lo sakit?" Tanya Tania.
Lisya menggelengkan kepalanya, "Enggak kok, gue cuma kurang tidur," ucap Lisya.
"Van, Tan, ada yang pengen gue omongin ke kalian pulang sekolah nanti," ucap Lisya.
"Ngomongin apa? Sekarang aja," ucap Tania.
Lisya menggelangkan kepalanya, "Pulang nanti aja, kalian bisa kan?" Tanya Lisya.
"Iya.. bisa kok" Jawab Tania dan Vani.
"Assalamu'alaikum" ucap Bu Tia guru Agama.
"Wa'alaikumussalam," jawab seisi kelas.
.
TEEET... TEEET...
Bunyi bel istirahat membuat sebagian besar siswa-siswi bahagia, kenapa tidak? Itu adalah hal yang selalu mereka tunggu."Sya, kerja kelompok B.Indo kapan kita kerjain? Besok bisa ga?" Tanya Zahra pada Lisya.
Lisya berpikir sejenak, "Hari ini aja bisa ga Zah? Soalnya besok gue ga bisa"
"Yaudah, jam berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teacher Is My Husband (END)
Teen Fiction📍Jangan lupa follow! Vellisya Nur Rahmalita, gadis SMA berparas cantik dan manis, banyak lelaki yang berusaha keras untuk menjadi pacarnya. Bahkan ada seorang lelaki Psychopath yang selalu mengejar Lisya sejak ia menduduki bangku SMP, orang itu ak...