Saat di perjalanan, Lisya melihat sebuah mobil hitam mengikutinya, Lisya mengabaikan mobil tersebut karena Lisya pikir mungkin saja mobil tersebut kebetulan memiliki arah tujuan yang sama dengannya.
Lisya menyuruh supir taxi untuk menghentikan mobilnya di depan sebuah gerbang.
Seorang perempuan masuk kedalam taxi yang Lisya naiki sekarang ini.
"Kamu yakin ini tidak akan bahaya?" tanya perempuan itu yang tak lain adalah Zahra.
Lisya mengangguk, "Ia kamu tidak perlu khawatir,"
Lisya melihat ke belakang, Lisya mulai curiga karena mobil hitam itu terus saja mengikuti taxi Lisya.
"Pak bisa lebih cepat lagi tidak?" pinta Lisya kepada supir taxi, supir tersebut melajukan kecepatan mobilnya.
Sekarang Lisya yakin mobil tersebut mengikutinya, Lisya meminta supir taxi untuk mengebut dan menghindari mobil hitam dibelakang mereka.
Supir taxi tersebut sudah berusaha keras untuk menghindar namun mobil hitam itu selalu berhasil mengejar taxi Lisya.
Lisya menggigit bibir bawahnya, kemudian ia menyuruh supir tersebut untuk berhenti di sebuah toko buah.
"Pak biar saya yang menyetir," kata Lisya.
"Maaf mbak, biar saya saja," tolak supir itu, ia ragu mobilnya akan tergores jika dibawa oleh perempuan yang masih semuda Lisya.
"Saya bayar lima kali lipat deh pak," rayu Lisya, ia greget karena supir taxi ini tidak bisa menghindari mobil hitam itu.
Supir taxi itu menyetujui permintaan Lisya dan bertukar posisi dengan Lisya. Lisya langsung menancap pedal gas membuat Zahra menjerit terkejut.
"Lisya kamu kenapa sih? Jangan ngebut!" pinta Zahra.
Lisya melihat kaca spion, kemudian menaikan kecepatan mobilnya, "kamu tenang aja Zah," kata Lisya meyakinkan Zahra.
"Bagaimana? Apa kalian terus mengikuti Lisya?" tanya Rion dari sebrang telpon.
"Maaf pak, kami kehilangan jejak nyonya, mobilnya melaju terlalu kencang dan menghilang di persimpangan," jawab pria tersebut.
"Bagaimana bisa?! Terus cari dia sampai ketemu!?" bentak Rion. Bagai mana mungkin pengawal yang dia pilih tidak bisa menjaga Lisya dengan aman? Rion mengambil jasnya dan berlari menuju parkiran mobil.
☘️☘️☘️
Lisya sengaja memberhentikan taxinya sedikit jauh dari lokasi, Lisya menyuruh supir taxi tersebut untuk menunggu.
"Lisya jangan mengebut seperti itu lagi!" tegur Zahra.
Lisya hanya menyengir, "iya-iya gak lagi deh,"
Zahra melihat Lisya, ia sedikit khawatir takut Lisya kenapa-napa, "Lisya.. aku saranin lebih baik kita pulang aja," kata Zahra menarik tangan Lisya.
Lisya menggelengkan kepalanya, "Gak Zah, aku udah sampe sini, percuma kalo aku langsung pulang kan?" kata Lisya, ia memegang bahu Zahra.
"Kamu cuma perlu ambil foto dia, dan rekam suara dia. Kalo kamu sampe ketahuan sama dia, kamu harus langsung lari pergi naik taxi di depan tadi okay?" jelas Lisya.
"Tapi kalo kamu kenapa-napa gimana?"
Lisya tersenyum miring, ia mengeluarkan sesuatu dari lengan bajunya.
Mata Zahra membelalak terkejut, ia tidak habis pikir bagaimana jalan pikirnya Lisya.
Lisya sudah menduga, orang itu pasti memilih lokasi yang sepi, Lisya berjalan menuju lokasi yang dikirim pria tadi, setelah sampai, Lisya melihat bangunan tua yang sudah tak terurus. Lisya berjalan masuk kedalam bangunan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teacher Is My Husband (END)
Teen Fiction📍Jangan lupa follow! Vellisya Nur Rahmalita, gadis SMA berparas cantik dan manis, banyak lelaki yang berusaha keras untuk menjadi pacarnya. Bahkan ada seorang lelaki Psychopath yang selalu mengejar Lisya sejak ia menduduki bangku SMP, orang itu ak...