Part 36

3.2K 84 1
                                    

Jam 20.00
Lisya berdiri di depan cermin sambil memandangi tubuhnya yang sudah di balut dengan gaun yang ia pilih beberapa hari yang lalu.

"Lisya, ayo keluar, orang-orang sudah ramai datang untuk bertemu dengan kamu," panggil wanita yang tak lain ialah mama Lisya.

Lisya berjalan ke arah mamanya, "Iya" jawab Lisya.

Tangan Lisya tak bisa diam sedari tadi, sampai-sampai membuat Anita sedikit jengkel.

"Tenanglah sedikit, kalau kamu gelisah terus katak gini, orang-orang akan melihat kamu dengan tatapan aneh" tegur Anita sambil memegang erat tangan putrinya.

Lisya menghela nafas, "Mau gimana lagi? Aku gugup banget MA"

Anita hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepala, bingung bagaimana mengatasi putrinya yang tak bisa diam sedari tadi.

Anita berjalan ke arah Rion yang sedang berdiri sendirian sambil menelpon di depan jendela.

"Ihh... mama apa-apaan sih? Kenapa harus langsung ketemu Rion?" Batin Lisya gugup.

Rion yang melihat Anita dan Lisya berdiri di depannya langsung mengakhiri telpon.

"Tante?" Sapa Rion sambil memasukkan hp nya kedalam saku celana.

"Panggil Mama saja" suruh Anita

"Emm.. Mama?" Ucap Rion sedikit kikuk karena pertama kalinya memanggil orang lain dengan sebutan mama kecuali Annisa mama kandungnya.

"Bagus. Kamu ngobrol aja sama Lisya, tante mau sapa teman tante di luar sana dulu" ucap Anita.

"Eh? Lisya ikut sama mama aja ya? sekalian kenalan sama teman-teman mama" pinta Lisya karena tidak mau ditinggalkan berdua saja dengan Rion.

"Ga usah, biasanya juga kamu kabur kalo mama kenalin ke temen mama. Kamu temanin Rion aja, mama pergi dulu" pamit Anita dan pergi meninggalkan Lisya dan Rion berdua saja.

Seketika suasana berubah menjadi hening, Lisya tidak bisa mencari topik untuk pembicaraan. Lisya memutuskan untuk melihat langit di luar jendela.

Rion mengikuti pandangan Lisya yang terpaku melihat langit yang indah dihiasi bintang dan bulan.
"Langitnya indah sekali ya?" Ucap Rion.

Lisya melirik kearah Rion sebentar kemudian kembali melihat langit, "Iya, langitnya indah"

Rion melihat ke arah Lisya, "Kamu terlihat cantik malam ini" puji Rion.

Deg!

"Aku ga salah denger nih? Rion barusan Muji aku?" Batin Lisya.

Lisya sedikiti tertawa untuk menghilangkan rasa malunya, "Hahaha.. cantik dari mananya? Orang B aja gini masa dibilang cantik sih? Ada-ada aja" ucap Lisya.

Rion menyelipkan rambut Lisya yang keluar dari jilbab, kemudian beralih mencubit dagu Lisya, "Kamu terlihat semakin cantik kalau memakai jilbab" puji Rion lagi.

Blushh...!!

"Huaaa... apaansih pake megang-megang segala?! Aku kan jadi tambah laper!" Teriak Lisya dalam hati.

Lisya berusaha menyembunyikan rasa malunya, kemudian perlahan melihat wajah Rion. Lisya menatap manik mata Rion dengan dalam, lalu memegang pergelangan tangan Rion yang masih mencubit dagunya, "Aku baru tau kalo kamu bisa gombal" ucap Lisya sedikit kikuk.

Rion tersenyum mendengar ucapan Lisya.
Keduanya saling menatap satu sama lain, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.

"Ekhem... sampai kapan kalian akan bertatapan seperti itu? Orang-orang udah pada nungguin kalian" ucap seorang laki-laki yang datang entah dari mana.

Lisya terkejut dan langsung melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Rion lalu mundur beberapa langkah untuk menghilangkan rasa malunya.

Berbeda dengan Rion, ia malah menatap tajam ke arah orang yang telah mengganggu suasana hatinya, "Kalau iri bilang saja" ucap Rion sambil menyilangkan kedua tanganya.

Laki-laki tadi menggeram kesal karena Rion mengejeknya yang masih jomblo, "Emang apa salahnya kalau gue masih jomblo? Gue gak iri tuh liat kalian romantis berduaan" elak laki-laki itu.

Rion menaikkan sebelah alisnya, "Ya-ya-ya, yang udah nikah ngalah aja deh sama yang belum dipertemukan sama jodohnya" ucap Rion sambil tersenyum miring, sengaja ingin membuat kesal orang di depannya.

"Awas lo! Liat aja gue bakal nikah tahun ini, dan gue pastiin gue bakal punya anak duluan daripada lo" ucap laki-laki itu sambil memperlihatkan smirknya kemudian berjalan pergi meninggalakan Lisya dan Rion.

"Kamu kok malah ketawa bahagia banget kayak gitu?" Tanya Lisya sedikit aneh karena Rion malah tertawa setelah bertengkar dengan laki-laki tadi.

Rion menggelengkan kepalnya, "Ga, cuman senang aja bisa bikin tu anak kesal kayak tadi" jawab Rion.

"Ohh.. Yaudah ayo pergi" ajak Lisya, namun saat ingin melangkah, tiba-tiba Rion menarik pergelangan tangan Lisya. Karena tarikan yang mendadak ditambah memakai sepatu Heels yang cukup tinggi, Lisya kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dipelukan Rion.

Lisya langsung melepas pelukan Rion dan berdiri tegap, "Ada apa? Kenapa narik orang tiba-tiba? Kalau aku jatuh tadi gimana?" Omel Lisya jengkel.

"Kan ada aku? Jadi kamu gak akan kenapa-napa" jawab Rion sambil menaikkan sebelah alisnya.

Lagi-lagi pipi Lisya memerah seperti kepiting rebus.

"Terserah deh, tapi kenapa kamu narik tiba-tiba gitu?"

"Perginya barengan, kalau orang lihat kita jalannya jauhkan nanti dikira habis berantem," jawab Rion kemudian menggenggam tangan Lisya.

Lisya hanya menuruti perkataan Rion, entah mengapa hari ini hatinya begitu bahagia, perutnya serasa di kelilingi kupu-kupu yang berterbangan.

🌃🌃🌃

Lisya duduk di pinggir kasur King Size milik Rion, tubuhnya terasa sakit semua karena berdiri cukup lama untuk menyapa tamu, "Apanya yang dikit?! Jelas-jelas tadi banyak orang yang datang. Ditambah orangnya banyak yang gak aku kenal lagi!" Gerutu Lisya sambil melepas jilbabnya dengan kasar.

Lisya melepaskan sepatu hells yang sedari tadi menempel di kakinya, "Uhh... Pegel banget" ucap Lisya kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Lisya mengecek hp nya tak berhenti berbunyi sedari tadi.

Tok... Tok... Tok...

Lisya melihat ke sumber suara dengan posisi masih berbaring dikasur, "Siapa ya?"gumam Lisya ragu-ragu untuk membuka pintu.

TOK... TOK... TOK...

Suara ketukan pintu semakin keras membuat Lisya sedikit risih karena berisik, dengan rasa malas, Lisya turun dari atas kasur dan berjalan menuju pintu.

"Siapa sih malam-malam gang-" ucapan Lisya menggantung saat melihat Rion dengan tatapan ganasnya seolah-olah ingin menerkam mangsanya saat ini juga.

.
.
.

TBC

Jangan lupa vote and komen nya ya :D

~See You~

The Teacher Is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang