Part 41

2.6K 72 3
                                    

Jam 04.35

Rion terbangun karena alarm hpnya berbunyi.
Sekujur tubuhnya terasa pegal dan mati rasa karena posisi tidurnya yang tidak nyaman. Dilihatnya Lisya sedang tertidur pulas di depan dadanya.

Rion hanya tersenyum kecil melihat tidur Lisya yg seperti bayi, perlahan tanganya terangkat mengelus rambut Lisya.

Drrtt... Drrttt.. Drrttt...

Hp Rion berdering menandakan adanya telpon masuk. Rion mengambil hpnya diatas nakas dan menerima panggilan tersebut.

Saat sedang berbicara di telpon, Rion merasakan ada sesuatu yg terus bergerak menyentuh dadanya.
Rion mengerutkan dahinya, ternyata itu tangan Lisya.

Rion mengakhiri telponya dan meletakna hpnya kembali ke atas nakas.

Rion mencubit lembut pipi Lisya, "Lisya," panggil Rion.

"Emh..." gumam Lisya.

Rion beralih menepuk pelan bahu Lisya, "Lisya, bangun." Panggil Rion lagi.

Lisya mengucek matanya, "Ada apa? Aku masih ngantuk." Saut Lisya.

Rion melepas pelukan Lisya, "Bangun, ini sudah pagi." Kata Rion.

Lisya mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian melihat kearah Rion.

"KYYAAA..." teriak Lisya kaget, kemudian langsung memeriksa pakaiannya.

"Apa yang kamu lakuin disini?" tanya Lisya curiga.

Rion mengerutkan dahinya, "Siapa yg menangis seperti bayi tadi malam?" tanya Rion.

Lisya berpikir sejenak, berusah memikirkan apa yg terjadi tadi malam.

"Eh? Hehe maaf," kata Lisya sedikit malu.

Rion menaikan sebelah alisnya, "Kamu kalo lagi tidur liar kayak gitu ya?" goda Rion.

Lisya mengerutkan dahinya, "Ha? Liar apanya?" tanya Lisya bingung.

"Tangan kamu gak bisa diem," jawab Rion yang membuat pipi Lisya memerah karena malu.

Tadi malam entah kenapa Lisya merasa sangat lelah, mungkin karena terlalu lama menangis. Lisya tidak sadar kalau semalam tanganya terus meraba-rabai tubuh Rion. Jujur saja, walaupun tubuh Rion masih terlapiskan dengan baju, Lisya bisa meraskan dibalik baju itu terdapat tubuh yang Sixpack.

'Astaghfirullah... Ini otak emang gak ada akhlak!' ucap Lisya dalam hati, karena membayangkan betapa menggodanya tubuh Rion yang ia pegang tadi.

Rion turun dari kasur kemudian mengambil handuknya, "Aku mandi duluan," kata Rion dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.

Lisya mengambil hpnya diatas nakas, Lisya ingin mengecek sekali lagi, apakah yg terjadi tadi malam adalah kenyataan atau hanya mimpi.

Lisya menggigit bibir bawahnya, ia menemukan chat semalam, ternyata itu bukan mimpi. Perasaan Lisya mulai gelisah kembali.

Kesalahan apa yg dirinya buat hingga orang itu selalu mengusik kehidupanya? Pikir Lisya.

Lisya memutuskan untuk bermain game sebentar sambil menunggu Rion mandi.

Beberapa menit kemudian Rion keluar dari kamar mandi, "Aku sudah selesai, kamu mandi sana, habis itu sholat subuh. Aku tungguin di ruang sholat," kata Rion.

Lisya berdiri dan berjalan menuju handuknya, tapi matanya terus terpaku pada layar hpnya.

"Perhatikan jalanmu, jangan melihat hp terus," tegur Rion.

The Teacher Is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang