Pukul 16.30
Lisya asik bermain hp namun tiba-tiba ia mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya, Lisya mengintip dari jendela..Deg..
Lisya terkejut saat melihat sang pemilik mobil keluar dari mobilnya dan berjalan menuju pagar rumahnya.
"Aihh.. kok cepet banget sih datangnya? Mandi aja belum," kata Lisya kemudian berlari mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.
Setelah beberapa menit membersihkan diri, Lisya langsung mengambil baju di dalam lemarinya. Setelah memakai baju, Lisya langsung menyisir rambutnya dan menyemprotkan sedikit parfum ke bajunya. Setelah selesai, Lisya langsung mengambil tas kecilnya dan berjalan cepat menuju tangga karna sedari tadi mamanya memanggilnya.
Anita dan Rion sedang asik mengobrol di ruang tamu, "Dari tadi mama panggil, kenapa lama banget turunnya?" Tanya Anita saat melihat Lisya yang baru turun dari tangga.
"Ya maaf ma... aku tadi lagi ngerjain tugas, tannggung banget tinggal 3 soal," jawab Lisya berbohong karna takut dimarahi jika ia menjawab bahwa ia habis mandi.
"Yaudah, kalian pergi sekarang aja, nanti kemalamanya nyari gaunnya," suruh Anita, "Mama pergi sebentar, anak temen mama ada yang baru lahiran," pamit Anita lalu pergi keluar.
Lisya merasa canggung karna hanya dia dan Rion di ruang tamu, "Ayo pak, nungguin apa lagi?" Tanya Lisya memecah keheningan.
Rion menganggukan kepala, "Ayo," ucapnya lalu berjalan keluar rumah.
Lisya mengekor dari belakang, dan mengikuti Rion masuk kedalam mobil."Kita mau ketoko mana pak?"
Rion memasang wajah datarnya, "Harus berapa kali saya bilang 'jangan pannggil saya bapak'?" Tanya Rion.
Lisya merinding karna merasakan hawa gelap di sekeliling Rion, "Maaf, saya lupa,"
"Kita akan pergi ke toko salah satu kerabat saya," jawab Rion dan malajukan mobilanya.
Setelah beberapa menit di perjalanan, Lisya dan Rionpun sampai di toko yang Rion bilang tadi.
"Ayo turun," ajak Rion dan keluar dari mobilnya.
Lisya memasukkan hpnya kedalam tas kecilnya lalu kaluar dari mobil, Lisya melihat sekeliling, toko itu terlihat sangat indah di mata Lisya.
"Ikuti saya," ucap Rion lalu berjalan menuju pintu toko tersebut. Lisya hanya diam dan mengekor dibelakang.
Saat masuk le dalam toko, Rion bertanya kepada seorang perempuan, Lisya tidak menghiraukan obrolan mereka, mata Lisya hanya fokus pada gaun cantik yang ada di sekelilingnya.
"Lisya, ikuti saya," suruh Rion, dan Lisya hanya menganggukan kepala karena bingung mau melakukan apa.
"Wah ada pak Rion, mau cari apa? Gaun pernikahan untuk teman? Untuk keponakan? Atau unt--" belum selesai ia berbicara, Rion sudah lebih dulu memotong perkataanya.
"Untuk calon Istri"
Wanita itu sedikit terkejut, "What?! Bapak udah dapet calon istri?" Tanya wanita itu dengan wajah gembira.
"Iya, tolong bawa gadis ini memilih gaun yang dia inginkan," suruh Rion sambil melihat ke arah Lisya.
Wanita itu tersenyum, "Ayo kita cari gaun yang paling bagus untuk kamu," ajak wanita itu sambil menarik tangan Lisya.
Lisya merasa bingung karena semua gaun pernikahan di toko ini bagus dan cantik semua, "Mbak, boleh saya pilih gaun yang ini aja?" Tanya Lisya sambil menunjuk gaun berwarna Putih yang di hias dengan bunga berwarna biru.
"Baiklah, silahkan di coba dulu gaunnya," ucap wanita yang menarik tangan Lisya tadi.
Lisya menganggukan kepalanya sambil mengambil gaun yang ia pilih, Lisya masuk ke ruang ganti untuk menyesuaikan gaun pernikahanya.
Setelah beberapa menit, Lisya keluar menggunakan gaun yang ia pilih tadi, "Bagaimana? Apakah sesuai untuk saya?" Tanya Lisya kepada wanita yang melayaninya tadi.
Wanita itu tersenyum dan memberi 2 ibu jari untuk Lisya, "Cantik pake banget! Ini belum juga di make up in udah cantik," puji wanita itu sambil memegang bahu Lisya.
Lisya hanya tersipu malu karena pujian yang diberikan oleh wanita itu.
Saat Lisya hendak berbalik, Lisya terkejut karena tiba-tiba Rion datang dan memperhatikan gaun yang ia kenakan.
"Cantik"
Lisya mengerutkan alisnya bingung, "maksudnya?"
"Cantik" ucap Rion sekali lagi.
"Ohh.. gaunnya em--" perkataan Lisya dipotong oleh Rion.
"Ck, maksud saya kamu yang cantik,"
Blush...
Seketika wajah Lisya memerah, "Sudahlah! Jangan mengombal!" Ucap Lisya dan langsung masuk ke ruang ganti dengan wajah semerah tomat.
"Ihh.. apaansih pak Rion ini?!" Gerutu Lisya sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
3 wanita yang ada di luar hanya tertawa melihat tingkah laku Lisya yang menggemaskan.
Setelah beberapa menit di ruang ganti, Lisya keluar dan memberikan gaunnya kepada salah satu pelayan yang ada di sana, "Yang ini aja," ucap Lisya.
Pelayan itu menganggukan kepala, "Baiklah, calon suami mbak tadi masih nunggu di luar," ucap pelayan itu yang langsung membuat wajah Lisya memerah lagi karena mengingat apa yang Rion katakan beberapa menit yang lalu.
"Iya, saya permisi mbak," ucap Lisya kemudia pergi menuju tempat Rion menunggu.
"Sudah selesai?" Tanya Rion
Lisya menganggukan kepalanya, "iya udah,"
"Ayo pergi" ajak Rion dan berjalan menuju pintu keluar.
"Kita mau kemana lagi ?"
"Cari makan,"
Lisya berhenti, "tidak usah,"
"Tidak apa-apa, saya yang akan suapin kamu makan nanti," ucap Rion tersenyum.
Wajah Lisya memerah, "Nggak usah! Kita pulang aja," ucap Lisya dan berjalan cepat menuju mobil.
Rion hanya tersenyum menahan tawa karena melihat wajah Lisya yang menggemaskan, padahal yang dia kataka sedari tadi itu hanylah candaan biasa.
TBC
Halo :D
Terimakasih udah mau baca cerita aku sampai sini ^^ semoga kalian gak bosen ya untuk baca cerita aku yang gaje ini :")Jangan lupa vote and koment ^^
1 vote or komen dari kalian sangat berharga untuk aku😃See You 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teacher Is My Husband (END)
Fiksi Remaja📍Jangan lupa follow! Vellisya Nur Rahmalita, gadis SMA berparas cantik dan manis, banyak lelaki yang berusaha keras untuk menjadi pacarnya. Bahkan ada seorang lelaki Psychopath yang selalu mengejar Lisya sejak ia menduduki bangku SMP, orang itu ak...