Aku lantas mundur, namun pria itu semakin mendekat hingga tangannya berhasil mencekal pergelangan tanganku, menahan tubuhku untuk berhenti bergerak menjauh.
"Noona, tidak bisakah kita bicara?"
"Apa lagi..." kataku, "...yang ingin kamu bicarakan?"
"Aku—"
"Pergilah ... pergilah sampai aku tak bisa menemukanmu lagi. Jangan datangi aku lagi..." lirihku. "Tolong..."
"Tidak bisakah kita bicara? Tentang semuanya?"
"Apa ini tentang ayahmu lagi? Katakan padanya bahwa aku sudah tak lagi menjalin hubungan dengan putranya dan aku tak meminjam sepeser pun uang dari putranya untuk membayar hutang ayahku."
"Noona—"
"Katakan juga padanya bahwa hutang ayahku sudah kulunasi setelah bekerja selama 10 tahun ini, sampai rasanya mau mati."
"Aku tidak bicara soal uang!" katanya dengan mata memerah. "Aku bicara soal kita...."
"Apa lagi yang mau dibicarakan soal kita? Tak ada. Sudah selesai. Kita sudah berakhir."
"Maaf karena ucapan kasar ayahku dulu, tapi sungguh aku—"
"Tolong mengertilah!" potongku. "Kita benar-benar sudah berakhir..."
"Noona, aku hanya—"
"Pergilah. Jangan kembali lagi ... kumohon, Wooseok."
🍫
Aku sudah tak peduli apa yang diocehkan oleh Bu Lee didepan sana, pikiran hanya tertuju pada kejadian tadi malam. Pada seorang Kim Wooseok. Seorang pria yang tiga tahun lebih muda dariku. Seorang pria yang pernah mengisi hariku selama tujuh tahun lamanya. Seorang pria yang menemaniku jatuh bangun hingga menjadi Shia yang sekarang. Dan seorang pria yang ... menjadi saksi dimana aku diperlakukan seperti wanita murahan oleh ayahnya sendiri.
"Hah...." aku menghela nafas, setelah tiga tahun lamanya, kenapa harus muncul lagi? Luka yang berhasil aku sembunyikan dengan susah payah ... kenapa harus muncul ke permukaan lagi?
"Ada masalah, Nona Jeon?" tanya Bu Lee memandangku tak suka, bahkan seisi ruangan sudah menatapku tanda tanya.
"Ada apa, Bu Lee?" tanyaku.
"Kamu menghela nafas begitu berat setelah saya selesai bicara. Kamu tidak suka dengan ide saya?"
Sial. Aku lupa aku sedang rapat.
Aku hanya tersenyum. "Tidak maksud saya ... ide Bu Lee dibandingkan ide saya jauh banget. Saya nggak pernah kepikiran ide cemerlang kaya Bu Lee. Makanya saya menghela nafas, kenapa kok saya payah banget gitu hehehe."
Berkat ucapanku yang merendahkan diri sendiri dan meninggi-ninggikan Bu Lee, sebuah senyuman terukir jelas di bibirnya.
"Kalo gitu kamu yang jadi ketua pelaksananya."
"Apa?!"
"Di ruangan ini kamulah yang paling mengerti bahwa ide saya luar biasa. Jadi kamu yang akan jadi ketua pelaksananya."
Aku menganga, Jihyo sudah menatapku iba, begitu juga dengan staff yang lain. Sial, yang benar saja.
"Wakilnya hm...." Bu Lee mulai melihat seluruh ruangan dengan teliti. "Ah! Ong Seongwoo! Kamu saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Han Seungwoo
Fanfiction"Aku benci coklat, tapi aku nggak benci rasanya."