"Jangan tidur disini," ujarku ketika melihat Wooseok malah tidur di perpustakaan.
Wooseok mengangkat kepalanya dan aku memberikannya sebotol vitamin. Beberapa hari belakangan ini Wooseok memang sering ketiduran di perpustakaan dengan tumpukan buku tebal.
"Capek," katanya lalu meneguk botol vitaminnya.
"Kenapa emang? Bisnis ayahmu nggak lancar?"
"Bukan. Nilai pasarnya tiba-tiba anjlok kemarin."
Aku mengerjap-erjap. Duh, aku nggak bisa mengobrol ala pembisnis begini.
"Sekarang gimana?" tanyaku.
"Sekarang naik sih, tapi tetap rugi," ujar Wooseok laku menghabiskan botol vitaminnya. "Makasih, Noona."
"Iya. Kamu belajar apalagi sekarang?"
"Belajar cara naikin nilai pasar sama niatnya mau coba buka kegiatan sosial kaya kasih beasiswa buat anak-anak kurang mampu supaya naikin nama perusahaan."
"Dunia bisnis itu ternyata harus pintar bermuka dua yah?"
Wooseok senyum. "Ngomong-ngomong udah dilamar?"
"Hm?"
"Itu udah pamer cincin aja."
"Oh ... iya. Baru minggu kemarin kok."
"Bunda tau?"
"Belum, minggu ini mau kesana ... mau diomongin."
"Udah mulai survey gedung pernikahan? Ngomong-ngomong perusahaanku punya gedung pernikahan."
"Hm? Perusahaanmu punya gedung pernikahan?"
"Iya, itu punya ibu, tapi hitungannya tetap masuk aset perusahaan karena nama pemilik gedungnya adalah ayah."
"Tapi tunggu," ujarku dan menatap Wooseok, "perusahanmu? Apa kamu udah jadi CEO?"
Wooseok mengangguk. "Bulan lalu baru aja ganti jabatan sama ayah, tapi tetap sih ayah punya kendali sebagai ketua. Dan dia tambah bawel."
Aku terkekeh. "Kamu nggak punya waktu buat cari pacar dong?"
"Punya kok. Nih didepanku bisa dijadiin pacar."
aku langsung memukul lengan Wooseok. "Berhenti menggodaku."
Wooseok tertawa. "Kabarin aku aja kalo mau survey gedung pernikahan, mungkin aku bisa kasih harga mantan."
"Mantan apanya dasar," cibirku hingga handphoneku tiba-tiba bergetar, "aku angkat telpon dulu. Semangat belajarnya, aku akan lanjut kerja setelah ini."
"Oke."
Aku segera menjauh dari Wooseok dan mengangkat telpon dari Dongpyo. Belum sempat aku bilang halo, Dongpyo sudah merengek.
"Bundaaaaa, gimana nihhhh?"
"Kenapa?"
"Bundaaaaaaaa."
"Kenapa sih, Pyo? Kamu kenapa?"
"Bunda, aku bisa ngulang waktu lagi nggak sih?"
"Hm? Kamu kenapa? Coba ceritanya yang jelas."
"NILAIKUUUUUUUU HUHUHUHU."
Aku mengerjap-erjap.
"Ada yang jelek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Han Seungwoo
Fanfiction"Aku benci coklat, tapi aku nggak benci rasanya."