2.8

5.4K 868 55
                                    

Aku hanya memperhatikan Dongpyo yang begitu bersemangat bercerita didepan guci penyimpan abu milik Seola. Ini adalah kali pertama Dongpyo mengunjungi Seola setelah Seungwoo mati-matian menjauhkan keduanya.

Tanpa sadar aku ikut tersenyum ketika Dongpyo menceritakan hari-harinya di sekolah, teman-temannya, kegiatannya sehari-hari, kadang Dongpyo juga menyelipkan keluhannya soal betapa galaknya Seungwoo ketika nilainya merah.

"Terus yah bunda, aku mau ngenalin Shia noona. Noona yang ini baik banget, pertama kalinya ngajarin aku matematika. Terus noona juga yang bikin ayah jadi jarang ngomel."

"Kamu mau ngeluhin ayah kan sebenernya? Nggak usah nutup-nutupin pake muji Shia segala," cibir Seungwoo.

Dongpyo menengok kearah Seungwoo dan cemberut. "Tuh kan, Bun, ayah galak banget. Kapan-kapan cubit ayah, Bun."

"Apa sih anak ini," ujar Seungwoo sambil mengacak-ngacak rambut Dongpyo dan membuat anak itu memekik tak suka karena dia sudah nenata rambutnya begitu lama agar terlihat tampan didepan Seola.

"Ayah katanya mau ngenalin noona ke bunda?" tanya Dongpyo.

"Iya, ini mau. Tapi kamunya ngomong terus," balas Seungwoo. "Seola ... ini Shia, wanita yang berhasil mengisi posisimu setelah selama belasan tahun kosong. Dia juga yang berhasil merawatku dan Dongpyo selama kamu nggak ada, jadi tolong izinin aku yah?"

"Izinin ayah, Bun! Noona baik banget soalnya!" tambah Dongpyo.

"Izinin apa?" tanyaku.

Seungwoo menengok padaku kemudian tersenyum. Dia tidak menjawab, begitu juga dengan Dongpyo yang hanya tersenyum jahil. Keduanya lalu berdiri, menyudahi acara kunjungan mereka.

"Shia?" tanya Seungwoo karena aku belum beranjak dari tempatku sekarang.

"Nanti," ujarku. "Aku mau ngomong sesuatu dulu sama Seola."

Seungwoo diam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dan menyuruh Dongpyo mengikutinya keluar dari funeral, meninggalkanku didepan guci penyimpan abu Seola seorang diri. Kulihat foto yang ada disana, foto gadis yang sedang tersenyum cantik itu seakan tengah menatapku dengan lembut.

"Seola-sshi, awalnya kupikir .... memulai sesuatu dengan Seungwoo adalah hal yang tak pantas. Aku punya lembaran masa lalu yang belum kuselesaikan dan Seungwoo masih begitu mencintaimu."

"Aku takut untuk mengakui hal ini padamu ... aku .... kupikir aku jatuh terlalu dalam pada pesona suamimu dan aku merasa bersalah karena membuat suamimu jadi berpaling darimu juga."

"Tak apa."

Aku membelalak dan menengok kekanan kiri. Kupikir aku baru saja mendengar suara. Atau aku salah dengar?

Aku kembali lagi menatap foto Seola yang masih tersenyum cantik disana. Kupikir itu suara Seola, apa dia bilang tak apa jika aku mencintai Seungwoo?

"Kupikir aku mulai gila karena menganggapmu mengizinkanku untuk mencintai Seungwoo, tapi aku hanya ingin meminta hal ini padamu. Tolong izinkan aku mencintainya .... aku akan menjaganya seperti kamu menjaganya dulu. Seola-sshi, izinkan aku melakukannya."

🍫

Hari demi hari berlalu sejak aku mengunjungi funeral dan kini adalah H-1 sebelum event perpustakaan dimulai. Aku mulai mengabaikan Seungwoo dan Dongpyo lagi belakangan ini, lalu ayah dan anak itu jadi semakin rewel, setiap hari handphoneku tak pernah berhenti berbunyi. Bikin pusing.

"Shia, ini udah semua yah?" tanya Ong memberikan laporan yang kuminta dia cek sebelum pulang.

"Oke, makasih," kataku meletakkan laporan itu dimejaku. "Ahhhhh, akhirnya selesai juga," lanjutku sambil meregangkan tubuhku.

Daddyable | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang