3.0

5.3K 831 21
                                    

Pulang dari event perpustakaan, Dongpyo bilang ingin bermain dengan Hyeongjun dan yang lainnya jadi Seungwoo menurunkannya di mall, tempatnya janjian dengan teman-temannya. Dongpyo bilang dia akan pulang agak malam, awalnya Seungwoo menentang keras hal itu tapi karena aku bersikeras berada disisi Dongpyo, jadi Seungwoo mengalah.

Seperti biasanya, aku tidak langsung pulang ke apartemen tapi ke toko coklat Seungwoo untuk membantunya buka toko, walaupun ini sudah jam 12 siang sih.

Sepanjang perjalanan tadi sampai membantunya membuka toko, Seungwoo tak banyak bicara dan hanya diam saja. Dia hanya bicara padaku sesekali ketika ingin meminta tolong mengambil ini dan itu atau lain-lainnya.

Kenapa sih? Ngambek?

"Seungwoo?" panggilku.

"Tolong ambilin coklat mawar di kulkas dapur dong," responnya yang sepertinya menganggap bahwa panggilanku adalah kalimat tanya berupa; ada lagi nggak?

Aku nggak bisa melawan, jadi aku menuruti keinginannya dan pergi ke dapur. Mataku membelalak ketika melihat loyang coklat mawar yang Seungwoo maksud, kukira ini coklat mawar Seola tapi ini ... coklat mawar yang pernah kubuat bersamanya. Coklat mawar merah yang dicampur dengan red velvet.

Sejak kapan dia membuat coklat mawar ini?

"Shia?" panggilnya dari luar.

"Iya!" kataku lalu buru-buru mengambil loyang coklat mawar tersebut dan membawanya keluar.

Aku memberikan loyang coklat mawar tersebut pada Seungwoo dan membiarkannya menatanya di etalase, kemudian Seungwoo memasukkan secarik kertas disebuah papan kecil dan meletakkannya di samping coklat mawar itu.

"Redshia?" tanyaku.

"Itu namanya," jawabnya sambil mengambil loyang-loyang kosong, memutar plang di pintu untuk menandakan toko buka, dan membawa loyang-loyang kosong ditangannya ke dapur.

"Nama coklatnya?" tanyaku lagi sambil mengekorinya, tapi Seungwoo nggak menjawab dan memilih mencuci loyang-loyang kosong itu.

"..."

"Seungwoo!" pekikku.

"Retoris."

"Hah?" tanyaku nggak mengerti.

"Kamu menanyakan pertanyaan yang nggak perlu dijawab."

Aku mengerjap-erjap. "Jadi beneran itu namanya?"

"Iya, Shia."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Namanya. Kenapa namanya itu?"

Seungwoo memilih mencuci loyang-loyang tersebut kemudian mengeringkannya dan baru menatapku sambil merapihkan lengan kemejanya yang dia gulung. "Karena kamu yang buat."

"Dibantuin kamu kan tapi? Kenapa nggak Redseungshia?"

Seungwoo menggeleng-geleng pasrah lalu meninggalkan dapur, membuatku mengikutinya lagi persis seperti anak anjing. Kenapa dia jadi kabur-kaburan begini sih?

"Seungwoo, kenapa kabur-kaburan sih?"

"Karena coklat itu kudedikasikan untukmu, Shia. Kamu itu nggak peka banget sih, masa semuanya harus kujelasin?"

"Kenapa?"

Seungwoo menghela nafas seperti benar-benar pasrah. "Kamu tuh," katanya, "Seola punya coklat mawar ciptaannya untuk mendeskripsikan kecintaannya pada mawar dan aku punya coklat mawar ciptaanku untuk mendedikasikan cintaku padamu. Sekarang paham?"

Aku mengerjap-erjap. Sejak kapan coklat jadi seromantis ini?

"Sekarang jelaskan padaku soal kamu dan cowok itu, cowok bau kencur yang lembek itu," katanya sambil mengapitku dimeja kasir, tak membiarkanku kabur kemanapun.

Jangan-jangan daritadi diem aja gara-gara ngambekin Wooseok?

"Dia mantan pacarku."

Seungwoo melotot. "Apanya kamu?!"

"Mantan pacarku."

"Sebentar, dia ... mantan pacarmu? Cowok bau kencur yang lembek itu?"

"Iya, dia mantan pacarku. Dulu dia tampan lho, walaupun sekarang tampannya makin nambah sih," kataku sengaja memuji Wooseok.

"Aku atau dia?" tanya Seungwoo cemburu.

Lucu banget.

"Dongpyo."

"Kok?"

"Kalian berdua udah tua, nggak masuk hitungan."

"Balik ke topik awal," katanya. "Kamu ngapain tadi?"

"Hmm ... meluruskan masa lalu. Maksudku ... kami memang pernah bersama, lalu terjebak dalam kenangan lama dan sulit melangkah ke depan. Jadi kami hanya meluruskan semuanya. Aku udah punya kamu dan Wooseok harus cari sendiri kebahagiaannya sekarang."

Seungwoo menatapku lama. "Kenapa bisa putus?"

"Apa?"

"Kalian kenapa bisa putus?"

Oh dia penasaran juga yah.

"Ayahnya nggak suka aku, katanya aku kaya cewek matre karena aku dari keluarga biasa-biasa aja, terus waktu itu juga ayahku punya hutang yang membuatku harus kerja banting tulang. Wooseok coba bantuin, tapi ayahnya marah, jadi kami disuruh putus, terus Wooseok ditunangin deh, walaupun sekarang udah batal juga sih."

"Cih, kenapa batal?" tanya Seungwoo sebal.

"Tunangannya ternyata matre, nggak kaya aku yang rendah hati ini," kekehku. "Sekarang udahan cemburunya? Masalahku sama Wooseok udah selesai soalnya."

"Jadi dia orangnya?"

"Apa?" tanyaku nggak paham.

"Orang yang bilang ke kamu kalo 'mau buat sesuatu seberapa mirip pun pasti bakalan tetap ada perbedaannya, tapi kalo kasih ke orang spesial, mau bentuknya mirip atau nggak, pasti bakalan indah'. Dia orangnya?"

"Kalo buat yang itu aku nggak ngelak sih," kataku. "Tapi masa kamu ngambek gara-gara itu?"

"Soalnya dia Wooseok."

"Kenapa kalo dia Wooseok?"

"Dia mantanmu."

"Tapi kamu Seungwoo," balasku.

"Hah?"

"Kamu pacarku. Masa cemburu sama mantan?" dan sukses membuat telinga Seungwoo memerah sehingga berhenti mengapitku dimeja kasir.

Aku terkekeh karena tingkah Seungwoo yang mudah sekali digoda.



Cling



Aku hendak tersenyum kepada pelanggan pertama ditengah hari ini, tapi seketika wajahku langsung kaku ketika melihat siapa yang datang kesini.

"Masih berani dateng kesini?" tanya Seungwoo ketika melihat siapa yang datang.

"Ya, soalnya ada yang perlu kita bicarakan."

"Apa? Mau hasut Dongpyo lagi? Mau gunain semua hal tentang Seola lagi?"

"Wow, santai, santai," ujar Wendy terlihat biasa saja, "Dongpyo udah nggak penasaran soal Seola lagi jadi kesimpulannya kamu udah kasih tau dia semuanya."

"Terus maumu apa?"

Wendy lalu mengangkat paperbag besar yang ada ditangannya sedaritadi. "Oleh-oleh."

"Jangan bercanda!"

"Ini dari Seola. Mau kukasih atau kubuang?"

-tbc-

Daddyable | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang