Seperti tidak ingin menunda-nunda, Seungwoo mengajakku untuk mempersiapkan pernikahan kami, salah satunya adalah mengajakku bertemu orang tuanya dan orang tua Seola.
Alih-alih orang tua Seungwoo, aku justru lebih gugup dengan orang tua Seola. Mereka telah kehilangan putri mereka dan sekarang mereka secara tidak langsung akan punya menantu baru dari Seungwoo. Jujur saja, aku agak takut ditolak.
Tapi sepertinya ketakutanku itu tak diperlukan karena dengan tangan terbuka, kedua orang tua Seola menerimaku, mengatakan bahwa keberadaanku adalah sesuatu yang mereka tunggu karena tidak tega membiarkan Seungwoo terjebak dimasa lalu terlalu lama.
Dan terakhir adalah respon orang tua Seungwoo yang ternyata juga sama baiknya. Rasanya dadaku lega sekali setelah semua keluarga memberi respon yang baik.
Beres dengan meminta izin pada semua pihak, Seungwoo dan aku mulai mempersiapkan apa-apa saja yang diperlukan, seperti undangan, survey gedung pernikahan, fitting baju. Ya, pokoknya banyak banget sampai-sampai aku hampir frustasi jika aku dipecat karena sering mengambil cuti dan jadwal kerja setengah hari.
Setelah semua beres, aku dan Seungwoo kembali disibukkan oleh pekerjaan kami masing-masing dan juga mengurus Dongpyo.
Karena sudah sering cuti dan mengambil jadwal kerja setengah hari, aku akhirnya meminta Seungwoo untuk mengurusi persiapan pernikahan kami di akhir pekan saja. Jujur saja, akhir pekan hanya ada dua hari dan mengurusi semua persiapan pernikahan kami benar-benar menguras energi. Aku bahkan sampai lupa untuk memberi laporan mingguan pada Bu Lee dan untuk kesekian kalinya aku bersyukur tidak dipecat.
"Capek yah?" tanya Seungwoo setelah aku dan dia baru selesai membayar uang gedung pernikahan, ngomong-ngomong kami memakai gedung pernikahan Wooseok dan tentu saja Seungwoo sempat protes sebelum akhirnya setuju.
"Iya."
"Sebentar lagi beres kok. Nggak kerasa yah ngurusin ginian sampai dua bulan."
"Yang lama itu list tamu undangannya. Kenalanmu banyak banget deh."
"Ya gimana dong? Aku juga nggak sadar kalo kenalanku banyak banget hahahaha."
"Dulu sama Seola gimana? Kaya gini juga?"
"Kalau sama Seola cuma teman-teman sesama chocolatier dan keluarga aja yang diundang. Seola nggak suka pesta besar."
"Terus kenapa kamu nggak gitu aja sama aku? Kan lebih cepet dan nggak ribet juga?"
Seungwoo mencubit hidungku gemas. "Seola dan kamu beda. Makanya style pernikahannya juga beda. Lagian aku juga mau punya kenangan tersendiri sama kamu."
Aku mencibir. Seungwoo ini makin lama makin sering menggombaliku dan sepertinya itu dijadikan hobi olehnya. Soalnya hampir setiap hari!
"Jangan capek-capek yah? Minggu depan kita prewed," ujarku.
"Iya."
🍫
seungwoo:
udah dimana?me:
udah di depan toko, ini mau masuk
"Namaku masih 'Seungwoo' di handphonemu?"
Aku terperajat dan buru-buru menengok ke belakang. Ternyata Seungwoo dengan kantung belanjaannya berdiri di belakangku.
Aku memukulnya. "Jangan kebiasaan ih! Ngagetin aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Han Seungwoo
Fanfic"Aku benci coklat, tapi aku nggak benci rasanya."