Aku memakan makan siangku dengan lahap. Bersiap mengisi tenagaku untuk kembali bekerja.
Banyak orang bilang bahwa menjadi pengurus perpustakaan itu mudah, ya ampun orang-orang seperti itu harus mulai berhenti meremehkan pekerjaan orang lain.
Jadi pengurus perpustakaan juga melelahkan dan tidak mudah. Perpustakaan tempatku bekerja luasnya bukan main, di dalam sana banyak ruangan-ruangan dengan berbagai jenis buku. Aku harus menghapal letak semua ruangan di perpustakaan ini, menghapal letak setiap rak buku dan ratusan juta judul buku, harus membaca dan meletakkan ratusan buku baru yang datang setiap bulannya untuk memenuhi rak demi rak, parahnya lagi aku harus tau buku-buku itu termasuk dalam jenis apa. Pekerjaanku tidak mudah. Sungguh.
"Hei, siapa yang tadi kamu telpon? Kok kaya kaget gitu sih?" tanya Jihyo.
"Hm? Ah nggak," kataku sekenanya, aku masih merahasiakan fakta bahwa Dongpyo adalah anak Seungwoo dan aku punya nomor Seungwoo dari Jihyo.
"Serius ih! Jangan bohong."
Aku memutar bola mataku malas. "Anak yang titipin kertas ke kamu itu kasih nomor ayahnya. Kukira itu nomornya, soalnya dia suruh aku telpon kalo udah dapet nomornya."
"Gitu doang?"
"Ya emang mau apa?"
"Hei, habis ini ke toko Chocolatier Han yuk."
Aku melotot. "Ngapain?"
"Beli coklat lah!" sungut Jihyo. "Aku mau beliin Daniel coklat, hari ini hari jadi kami yang ke-100."
"Terus? Aku harus jadi budakmu untuk beli coklat?" cibirku.
"Ayolah~"
"Nggak."
"Kamu kan tau mobilku lagi dibengkel."
"Terus?"
"Ayolah~"
"Iya, iya, iya!" kataku sebal tidak bisa menolak permintaan Jihyo.
Akhirnya setelah makan, aku benar-benar pergi ke toko coklat Seungwoo yang ternyata sangat ramai, bahkan antriannya sampai ada diluar.
"Nggak bakal keburu balik ke perpustakaan kalau begini," ujarku pada Jihyo, menyiratkannya untuk pergi darisana karena kakiku akan patah kalau harus berbaris menunggu seperti ini.
Jihyo langsung mengeluarkan handphonenya dan sigap menelpon entah siapa. Beberapa menit setelahnya dia mengacungkan jempolnya padaku.
"Apa?" tanyaku.
"Aku udah telpon Bu Lee, katanya gapapa asal dia dibeliin juga."
Aku menahan nafasku, mencoba tidak berteriak pada Jihyo. Apa dia begitu cinta dengan coklat buatan Seungwoo sampai-sampai harus menyogok Bu Lee dengan coklat?
Mau tak mau aku akhirnya harus menunggu sekitar satu jam hingga akhirnya berhasil bertatap muka dengan Seungwoo yang sudah memasang wajah lelah karena padatnya pembeli. Aneh sekali karena hari ini begitu ramai, padahal saat aku datang kesini pertama kalinya, tokonya sepi sekali.
"Oh?" Seungwoo mengenaliku dan aku hanya tersenyum. "Kamu datang lagi?"
"Hm? Kamu kenal Chocolatier Han?" tanya Jihyo penuh selidik.
Aku menggeleng. "Bukan. Itu kemarin aku kesini waktu tokonya sepi jadi yah ... dia inget aku. Gitu hehe," kataku dan melirik Seungwoo untuk mengiyakan saja ucapanku.
Untungnya Seungwoo cepat tanggap dan mengangguk. "Mau coklat apa?"
Jihyo mulai memilih dengan antusias bahkan sesekali menyelipkan percakapan basa-basi yang hanya dibalas singkat-singkat oleh Seungwoo. Selesai membayar, kami segera keluar dari toko tersebut dan kembali ke perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daddyable | Han Seungwoo
Fanfictie"Aku benci coklat, tapi aku nggak benci rasanya."