Baik aku ataupun Seungwoo, kami sama-sama tau bahwa ada sesuatu yang telah dimulai diantara kami entah sejak kapan. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh dimulai sama sekali.
"Kenapa?" tanyaku.
"Apanya?"
"Kenapa kamu mau memperjelas semua ini?"
Seungwoo menggenggam tanganku, membuatku terkejut tapi Seungwoo malah tersenyum padaku. "Bukankah semua wanita butuh kejelasan?"
Tapi aku tidak ingin. Aku tidak ingin memperjelas apapun diantara kita.
"Shia, aku tidak memintamu untuk menerimaku," ujar Seungwoo. "Jangan berwajah masam begitu," tambahnya sambil menyelipkan rambutku kebelakang telingaku.
JEDERRRR!!
"AYAHHHHHH!" teriakan Dongpyo terdengar dari kamarnya, Seungwoo buru-buru berlari ke kamar Dongpyo dan langsung mendapati Dongpyo memeluknya saat ia membuka pintu.
"Mau tidur sama ayah aja! Nggak mau sendirian!"
"Iya, iya, tidur sama ayah yuk di kamar ayah," ujar Seungwoo menepuk-nepuk pucuk kepala Dongpyo. "Shia, tidurlah di kamar Dongpyo."
"...Iya."
"Selamat malam," katanya dan menggiring Dongpyo ke kamarnya.
Selamat malam.
🍫
Aku terperajat ketika mendapati Dongpyo sudah berada dihadapanku sambil menangkup kedua pipinya.
"Selamat pagi, Noona."
"Hm .... pagi," ujarku lalu bangun dari posisi tidurku.
"Noona, ayo sarapan. Nanti dianterin sama ayah ke apartemen buat ganti baju."
"Hmm," kataku lalu menyusul Dongpyo yang sudah keluar kamar lebih dulu.
Pemandangan yang kudapati pertama kali ada Seungwoo yang memakai apron kuning terang dan tengah sibuk memasak, sementara Dongpyo memeluknya dari belakang.