Created by yunitaayulest4 and GustiaraRamsah
Teriakan kemenangan menggema di lapangan Basket milik SMA 98 Jakarta. Pertandingan telah selesai dan lagi-lagi Tuan Rumah yang jadi pemenangnya. Kalau sudah begini, lelah pun tak jadi masalah bagi seorang Rafa yang penting Menang.
"Woy, huh kita menang lagi." teriak Revan.
***
Biru Membentang dengan awan putih yang menggumpal. Seseorang berdiri di atap sana, menatap kerumunan yang sedang berbaur Membuat moodnya bertambah Buruk. Sudah ia kesal dengan kejadian semalam.
*Flashback*
"Brengsek, Hilson!"
Matanya mengitari setiap sudut ruangan yang sudah tak tertata rapih lagi. Semuanya berantakan, pecahan kaca bekas botol bersekaran dimana-mana.
Di sudut Ruangan Mamanya menangis, Gio yang melihat itu, langsung menatap Hilson marah. Detik itu juga nafasnya tidak teratur, ia bersumpah tidak akan menganggap orang itu sebagai Papanya lagi.
Sudah cukup sabar ia meladeni setiap amukan papanya yang gila itu belakangan ini.
"Lo..." Gio berjalan mendekati Hilson. Hilson kaget saat Gio Menarik kerah bajunya itu.
"... jangan pernah gangguin Mama gue, denger!" Teriak gio di telinga Hilson lalu menarik tangannya dari kerah baju Hilson.
Malam itu, Mamanya memang pulang ke rumah tanpa sepengetahuan Gio. Ia berniat mengambil barang-barangnya yang tertinggal di rumah itu, ketika ia membuka pintu dilihatnya Hilson menarik tangan seorang perempuan meyakini perempuan itu adalah seorang
jalang.Maka marahlah ia melihatnya. "Mas!" Teriak Liana.
Hilson yang melihat hanya diam sesaat raut wajahnya tampak biasa saja.
Liana menghampiri Hilson "Aku kurang baik apa sama kamu, Mas?!Aku selalu ada buat kamu, aku berusaha menenangkan kamu sekarang, saat kebangkrutan kamu... tapi yang kamu lakuin apa? Salah aku apa mas! Kamu—"
Belum selesai Liana berbicara, dengan cepatnya Hilson menampar Liana hingga wanita itu tersungkur mencium lantai. Ruangan itu kini sudah berserakan, Hilson memecahkan pot kaca dan botol minuman yang sedaritadi digenggamnya sambil mengajak perempuan jalang tersebut.
"Aku mau kita pisah! Aku minta cerai, aku udah enggak kuat sama kamu. Aku enggak kuat sama sikap kamu!" Lagi-lagi perlakuan kasar yang dilontarkan Hilson. Tak lama setelah itu Gio datang, sebelumnya Gio pergi ke rumah Neneknya namun ia tak melihat ada Mamanya di sana dan lebih kerasnya ia berpikir bahwa Mamanya kembali ke rumah itu dan benar, hal itu terjadi.
Liana menangis ketika Gio mandapati ruangan itu penuh dengan pecahan kaca dan botol bekas minuman keras.
"Brengsek!" Ucap Gio.
"Mah..." lirih Gio di samping Liana.
Kini mereka sudah berada di rumah nNenek Fatimah. "Maafin Mama, sayang..." tangis Liana pecah ia menyentuh rahang pipi Gio. Sungguh, sekarang ini rasanya Gio ingin menangis namun ia menahan tangis, menyembunyikan kesedihan dalam hatinya.
Ini bukan waktunya. Batinnya.
Tatapan Gio kosong melihat Liana yang masih menangis tersedu-sedu. "Mah.. udah! Cukup Mama enggak usah pikirin laki-laki brengsek itu lagi. Gio gapapa, Mah... Udah ya, lebih baik Mama istirahat, okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Novela JuvenilGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?