Created by restianjani993
"Eh Din, muka lo kok merah gitu?" tanya Shella yang melihat Dinda dari arah tangga.
"N-ngak papa kok." gugup Dinda.
"Mm, Rita mana?" tanya Dinda, ia sengaja memotong agar Shella tidak bertanya lagi.
"Ohh, itu dia lagi bangunin pujaan hati." ujar Shella sambil terkekeh diikuti oleh Dinda.
"Lagi ngomongin apa si kalian? Kayaknya asik benar." ujar Liana yang tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Dinda.
"Hehe cuma bercanda doang tante." jawab Dinda.
Liana membalasnya dengan senyuman. "Oh iya kamu nggak jadi bangunin Gio?"
"Ohh pantasan mukanya merah...." gumam Shella yang masih bisa di dengar oleh Dinda, Dinda langsung menginjak kaki Shella yang membuat sang empu berteriak.
"Aaaaaaaaaaa!" Dinda langsung membekap mulut Shella, Liana melihat heran ke arah mereka.
"Kamu kenapa?"
"Mm, gapapa kok, Tante, tadi digigit semut raksasa." Dinda melihat ke arah Shella yang mengucapkan kalau dia adalah semut raksasa.
"Hehehe, ntar lagi Gi—" belum sempat Dinda menjelaskan Gio langsung muncul dari tangga sambil senyam-senyum sendiri, mereka yang melihat pun merasa heran, tapi tidak dengan Dinda yang pipinya langsung memerah mengingat kejadian tadi.
"Lagi pada ngomong apa sih? Ngibahin Gio ya?" ujar Gio ke-geer-an.
"PD amat kamu." ujar Dinda.
"Harus dong." Dinda menjulurkan lidah ke arah Gio, dibalas Gio dengan hal yang sama.
"Aiss...." ujar Gio yang memegang bekas luka di bibirnya, karena terlalu lebar membuka mulut membuat luka yang ada di bibirnya jadi sakit.
"Kamu teh kenapa?" ujar Dinda berjalan ke arah Gio sambil memegang bibir Gio yang sakit.
Deg
Jantung mereka berdua berdebar sangat kencang, mereka saling bertatapan.
"Hmmmm...."
"Apalah daya gue yang jomblo ini?" ujar Shella dramatis. Liana tertawa melihat pipi kedua Sejoli itu yang sudah memerah, dinda melepaskan tangannya dari bibir Gio."Ciee ciee Blushing." goda Liana dan Shella. Membuat pipi mereka tambah memerah.
"Apaan sih, Ma?"
Setelah puas menggoda Dinda dan Gio, mereka kembali duduk di sofa, Gio yang memilih duduk di dekat Dinda.
"Ma, Arka mana?" tanya Gio penasaran, kerena sang empunya belum keliatan dari tadi.
"Masih tidur, tuh lagi dibangunin Rita." Bukan Liana melainkan Shella. Gio membulat kan bibirnya tanda mengatakan oh.
***
Di sisi lain, Rita sedang membangunkan Arka, sudah berapa menit dia di sana tapi sang empunya masih belum mau bangun.
"Ihh, Arka bangun!!" teriak Rita sambil naik ke atas kasur Arka. Rita menjambak rambut Arka, sudah semua cara yang ia lakukan tapi tak pernah berhasil, ia berharap cara yang satu ini ampuh. Sang empu yang merasa terusik pun lansung memegang tangan Rita, sambil membuka matanya perlahan, Arka menarik tangan Rita membuat sang empu terjatuh tepat di atas Arka.
"Aisssh gue terlalu kepikiran dia, sampai-sampai dia masuk dalam mimpi gue." ujar Arka yang menganggap kalau itu mimpi.
Rita jangan ditanya jantungnya sudah berdetak dua kali lipat, dan pipinya sudah merona karena ucapan Arka.
Apa dia mikirin gue. Batin Rita. Arka mengusap matanya.
"Damn!" Dia benar-benar melihat Rita di atasnya, ternyata itu bukan mimpi.
Rita yang sadar pun langsung menjauh dari Arka. "Hmmm tur—un ya, ya—ng lain udah nunggu." gugup Rita.
Belum sempat Arka bereaksi, Rita pun berlari terburu-buru dari kamar Arka. Arka segera bangun dan mengucek matanya.
"Shit, tadi itu beneran Rita?!" Arka lantas mengacak-acak rambutnya dan kemudian tersenyum geli, "astaga, pasti dia mikir kayak di drama-drama Korea deh. Kenapa ngga gue cium aja tadi?" gumamnya geli.
Seketika Arka menggeleng, "eh, goblok. Belum halal, Ka. Halalin dulu, baru boleh cium." ucap Arka seolah menasehati dirinya.
"Tapi, dia imut banget kalo lagi malu gitu. Jadi pengen cium." Arka kembali meracau.
Tanpa Arka sadari, Papanya berdiri di depan pintu kamarnya dan menatap anaknya yang masih berbicara sendiri.
"Arka? Arka?!"
Arka langsung menoleh dan tersenyum ke arah Papanya, "eh, Papa. Ngapain, Pa?" tanya Arka.
Juan menatap anaknya heran, "Papa lagi renang. Ya lagi nungguin kamu, Ka. Tadi teman perempuan kamu kepapas sama Papa di tangga, bilang kalau kamu udah bangun. Kenapa aku belum turun?" tanya Juan.
"Pa, kalau Arka udah lulus SMA boleh nikah ngga?"Juan tersentak kaget mendengar pertanyaan Arka, "kamu mau nikahin anak siapa? Memang ada cewek yang mau sama orang yang cuma lulusan SMA?" ucap Juan.
Arka tersenyum, "yang tadi bangunin Arka itu pacarnya Arka, Pa."
Juan mengangguk paham, "gimana, Pa? Cantik, kan? Cantik dong. Arka mah ngga salah pilih pacar." ucap Arka lagi.
Juan menggeleng maklum, "kamu ini... Masih SMA, Ka. Nikah masih jauh. Kuliah dulu yang bener, kerja, hidup mapan baru nikah. Perempuan tuh ngga cuma nyari cowok yang mapan, merek nyari yang mapan. Memang kalau kalian nikah, nanti pacar kamu itu kamu mau kasih makan apa? Cinta? Gombalan? Bucin? Arka, Arka... Ini memang pacar kamu yang keberapa? Dulu juga kamu punya banyak pacar, makanya Papa ngga yakin kamu bisa punya komitmen sama perempuan yang ini." ucapnya menasehati.
Arka mendekati Papanya, "kalau Arka serius sama yang ini gimana? Papa restuin ngga?" tanya Arka.
Juan mengusap rambut Arka, "sukses dulu, baru lamar dia. Papa sih restuin aja yang terbaik menurut kamu, tapi ingat... Jangan jadi anak nakal lagi, kalau ngga pacar kamu itu Papa jodohin sama Gio."
"Iih, Papa... Gio mah udah punya pacar sendiri. Si Dinda sama Gio itu pacaran, masa iya Rita buat Gio? Dinda sama Arka mah cuma teman." ucap Arka, dalam hati ia gugup saat mengatakan hubungannya dengan Dinda.
"Iya, iya... Sana cuci muka trus turun ke bawah. Mau pacaran, kan?"
Arka tersenyum dan menurut pada ucapan Papanya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Novela JuvenilGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?