Created by yunitaayulest4
***
Arka menatap sangsi pada gadis-gadis di hadapannya itu, “yang bener aja, Shell?”
“Apaan sih? Udah bagus juga. Lu cuma kudu nurut doang apa susahnya?” gerutu Shella.
“Iya, tapi ngga gini juga. Maksud gue, tuh kostum berat banget sumpah. Beratnya kayak badan lo.”
Shella menatap Arka sinis, “lo pernah ngerasain di banting ngga? Gini-gini gue atlet Taekwondo.”
Arka meringis pelan dan mengangkat tangannya tanda menyerah, “ampun...”
Pemuda itu menatap Rita dan Dinda seolah meminta tolong namun kedua gadis itu hanya menggeleng iba dan pupus sudah harapan Arka agar menolak ide gila dari Shella.
“... oke, gue nurut.” ucap Arka pada akhirnya.
Shella mengulas senyum puas dan menatap Dinda, “lo udah siapin buket bunganya?” Dinda mengangguk pasti.
“Baguslah.” ucap Shella puas.
“Shell, gue bawa makanan, ya? Kali aja gitu kita laper atau Gio bosen makan makanan Rumah Sakit.” usul Rita.
“Lebih bagus lagi kalau lo bawa banyak.” balas Shella.
Rita menatapnya kesal, “lo mau gue bangkrut?”
Shella mengacuhkan perkataannya dan menatap mereka dengan senyuman licik, “siap-siap buat bikin Gio kaget....”
Ketiga temannya hanya bisa diam dan berharap semoga mereka tidak kena sial karena rencana gila Shella.
***
Liana menatap putranya yang terlihat enggan memakan bubur Rumah Sakit dengan tatapan geli.
“Ayo dihabiskan.”
Gio mendongak dan menatap Mamanya, “Ma, Gio makan nasi uduk aja deh daripada makan bubur ini. Engga enak, Ma.”
Liana tersenyum mendengar rengekan putranya. “Katanya mau sehat, kalau mau sehat ya harus makan makanan yang dikasih Dokter dong. Biar cepat sembuh, cepat Sekolah lagi dan cepat ketemu Dinda lagi, kan?”
Gio menatap Mamanya sebentar dan kemudian memakan bubur itu. Ia sebenarnya malu, maka dari itu ia mengalihkan perhatian dengan makan bubur yang menurutnya sangat tidak enak itu.
Liana mengusap rambut Gio dan terbayang bagaimana pembicaraannya dengan Hilson waktu itu. Tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipinya bahkan membasahi tangan Gio hingga pemuda itu mendongak menatapnya.
“Ma? Mama kenapa nangis? Gio bakal makan kok, Gio bakal sembuh, Mama ngga usah khawatir.” Gio panik saat Mamanya mulai menangis.
Jeda sejenak. Wanita di hadapannya mulai menyeka air matanya dengan susah payah.
"Walaupun Mama tau kamu ngga kenapa-kenapa, tapi ... hhhh ... tapi ... Mama merasa gagal menjadi Ibu yang baik buat kamu, Nak...." ucap Mama Gio dengan nafas terpotong-potong.
"Hushhh, Mama ngga boleh ngomong gitu, Mama itu udah kayak malaikat pelindung Gio," Gio memandang takjub sosok wanita dengan sarat ketulusan itu, "kalau ngga ada Mama, pasti Gio juga ngga bakal ada di dunia ini," jelas Gio.
"Ya, Mama bangga punya kamu, Gio." jawab Mama Gio dengan nada murung.
"Jadi Mama jangan sedih lagi. Oke?" ucap Gio sambil mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Teen FictionGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?