Created by pnrizka_
Gio meninggalkan mereka dan ini adalah situasi terburuk dalam hidupnya setelah kejadian hari dimana Hilson menyiksa Mamanya.
Hilson kembali berulah dan hati Gio hancur. Ia melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata. Tujuannya kali ini bukan rumah, melainkan tempat ia biasa mencurahkan emosinya.
Taman, adalah tempat favoritnya.
Sesampainya di Taman, ia menangis.
Merasa tidak seberuntung orang lain.
Merasa dirinya gagal menjaga Mamanya.
Membiarkan terus menerus Mamanya dalam pengkhianatan.Kelabu.
Hari ini begitu kelabu baginya. Berusaha ia percaya bahwa Ayahnya bisa kembali bersikap seperti dulu, namun ternyata ia salah. Kepercayaannya hancur, Gio mulai melakukan aksinya kembali. Ia mulai menyilet tangannya dengan silet yang diambilnya dari dalam tas."Gue gak berguna. Ini harus berakhir. Mama, maaf... pengkhianatan ini harus berakhir, arghh!"
Gio berteriak lalu menangis. Ia terus menyilet tangannya. Darah bercucuran namun ia tak peduli. Tak ada rasa sakit sedikit pun.
***
"Dinda, udah rapi belum? Ayo cepet biar gak terlalu malam."
"Iya, tante. Meluncur yuhuuuu...."
Keduanya pun berangkat, menuju Supermarket yang tak jauh dari Sekolah Dinda.
"Tante..."
"Hmm, ya?"
"Papa sama Mama kapan temuin aku? Mereka lupain aku, ya? Tante sibuk, tapi masih punya waktu. Kenapa mereka enggak?" Lirih Dinda, ia pun menangis.
"Sayang..." Tante menghentikan mobilnya
"Dengerin tante... mereka berjuang juga buat Dinda. Jangan sedih, ya. Ada tante di sini. Suatu saat mereka juga kembali sama kamu."
Dinda tersenyum, namun batinnya kecewa. Ia mengusap air matanya, kembali menegakkan duduknya. Seketika, matanya tertuju pada seorang lelaki yang tidak asing baginya dan ternyata yang ia lihat adalah Gio. Ia yakin makhluk anehnya itu sedang dalam masalah dan akan melakukan hal itu. Lagi.
"Tante, Dinda izin pamit bertemu seseorang. Maaf gak jadi ikut ke Supermarket. Nanti Dinda pulang naik taksi."
Tanpa banyak bertanya, tante sudah paham.
"Yasudah... hati-hati, sayang. Jaga diri kamu dan lakukan yang terbaik." Tante tersenyum.
Dinda keluar dari mobil. Ia berlari sekencang-kencangnya, berharap kejadian itu tidak akan terulang. Perasaannya tak karuan, ia merasa ada yang hancur.
Setelah dekat, didapatinya tetesan darah. Ia memang takut darah, tapi ia tak mempedulikannya.
Dinda memeluk Gio dari belakang, ia menangis, merasa hancur dan kecewa pada dirinya sendiri.
"Tolong jangan lakuin itu." Dinda menangis dan memeluk Gio begitu erat.
Gio tak berdaya, ia hanya diam membisu tanpa kata. Dinda melepaskan tangannya dan didapatinya Gio penuh darah. Dinda semakin menangis dibuatnya.
"Ngapain lo nangis?" Tanya Gio dengan ekspresi datarnya.
Dinda hanya diam, ia masih saja menangis. Ia menarik tangan Gio untuk duduk, namun Gio menarik balik tangan Dinda dan memeluknya.
"Arghhh, gue benci Hilson! Musnahkan dia dari muka bumi." Teriak Gio, ia menangis.
Dinda hanya diam. Sejuta tanya dalam pikirnya. Ia melepas pelukan Gio, menghapus air matanya. Gio hanya diam, wajahnya pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Teen FictionGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?