Presented by Group 3
Keesokan harinya, Dinda berangkat diantar oleh tantenya. Hari ini sedang turun hujan, jadi baru beberapa murid yang ada di Sekolah.
Saat Dinda sedang berjalan menyusuri Koridor, ia tak sengaja melihat beberapa murid dari kelas lain sedang membicarakan Gio.
"Kalian denger ngga? Itu si culun kampungan yang suka deketin Gio. Sok banget sih dia. Mentang-mentang pernah diantar pulang sama Gio."
"Bener tuh, kepedean banget dia. Cantik juga ngga, merasa pantes gitu dia di dekat Gio yang ganteng kayak Pangeran gitu?"
"Pangeran? Ngelindur lo? Lo nggak dengar ya? Rumornya kan bokap nyokap Gio cerai."
"Belum ada bukti. Ngga usah ngegosip lo."
"Eh, gue beneran. Gue denger-denger nih bokapnya tuh bangkrut. Trus sekarang juga kelilit hutang. Gio sama nyokapnya malah ninggalin bokapnya. Kurang ajar banget tuh Gio."
"Trus? Kalau beneran gitu, Gio beneran keterlaluan. Mau aja gitu ninggalin bokapnya yang lagi bener-bener butuh dukungan."
"Halah, namanya juga manusia. Bisa jadi nyokapnya Gio malu punya suami miskin trus nyari laki-laki lain dan Gio justru ngedukung."
"Wah, murahan banget dong."
Dinda mengepalkan tangannya dan mendekati murid-murid penggosip itu.
"Kalian teh pagi-pagi ngga malu apa ngegosip?! Di Koridor pula! Ngga punya urat malu, ha?!"
Mereka pun menatap Dinda dan berdecih sinis.
"Apa lo, ha?! Ngga suka? Trus kalo lo ngga suka ngga usah sok marah gitu. Kita ngga ngomongin lo juga." Ucap murid yang tadi mengatakan Mamanya Gio murahan.
"Tapi kalian teh ngga punya sopan santun. Gimana kalau Mama kalian yang digituin?! Kalian ngga suka, kan?" Bentak Dinda.
"Woi, santai aja dong. Ngga usah ngegas." Ucap murid yang lain.
"Santai? Kalian masih bisa santai setelah ngejelek-jelekin orang tua? Otak kalian teh dimana? Di dengkul?"
Mereka menatap Dinda tak terima. Bagaimana bisa murid kampung sepertinya menyebutkan jika otak mereka ada di dengkul?
"Lo ngajak ribut, ha?!"
Dinda mendorong bahu murid itu dan membuat murid-murid itu menatapnya tak percaya.
"Anak baru udah berani bikin ulah, ya? Lo bakal nyesel!"
Murid itu pun mengangkat tangannya hendak menampar Dinda, namun Dinda sudah lebih dulu menamparnya. Namun naas, kejadian itu dilihat oleh seorang guru dan juga beberapa murid lain.
"Adinda Freya Danisa!"
Dinda pun menoleh dan mendapati salah satu guru menatapnya marah.
"Ikut saya sekarang juga!"
Dinda menatap murid tadi dan dapat ia lihat bahwa mereka menyeringai senang saat Dinda kena marah.
Licik. Batin Dinda.
Tepat sebelum itu, Dinda melihat Rita dan Gio berdiri di ujung Koridor menatapnya bingung.
"Din?" Rita bertanya dengan nada ragu.
Dinda hanya tersenyum tipis dan mengikuti guru yang tadi memarahinya.
***
"Saya ngga habis pikir. Bagaimana bisa kamu menampar seorang murid, terlebih dia adalah kakak kelasmu."
![](https://img.wattpad.com/cover/205722987-288-k951478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Teen FictionGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?