Presented by Group 3
Keesokan harinya, Gio tiba di Sekolah sedikit terlambat dari biasanya. Saat ia tiba di kelas, seluruh murid sudah hadir dan menunggu bel masuk berbunyi.
Dinda menatap Gio yang duduk dengan raut wajah datar.
Dia kenapa? Kok kayak dulu lagi?
Dinda pun mencolek pelan tangan Gio, namun pemuda itu malah menatapnya sinis.
"Ngga usah ganggu."
Dinda tak percaya. Apa Gio baru saja memarahinya?
"Kamu teh salah makan apa hari ini? Kok galak banget?" Tanya Dinda.
Gio memutar bola matanya jengah dan memasang earphone guna menghindari ucapan Dinda.
Dinda menoleh dan mendapati Rita serta Shella menatapnya penasaran. Dinda menggeleng tanda ia tak tahu dan kedua gadis itu menghela napas panjang. Sepertinya mereka sama-sama tidak bisa memaksa Gio untuk cerita. Dinda yang notabene-nya adalah satu-satunya yang bisa menjinakkan Gio pun ditolak apalagi mereka.
Arka menatap Gio dari tempat duduknya. Ia merasa ada yang mengganggu pikiran sahabatnya.
Saat ia akan mendekati Gio, guru keburu masuk.
Nanti aja deh. Batin Arka.
***
Jam istirahat, Arka menarik Gio yang ingin pergi membolos. Ia tahu gerak-gerik pemuda itu, karena tidak seperti murid yang lain, Gio justru memasang tasnya.
"Eh, kalian teh mau kemana?" Dinda bertanya kala Gio berontak dari ajakan paksa si Arka.
"Biasa, Din. Urusan cowok. Duluan, ya!"
"Lepasin!"
Dinda hampir saja mengejar mereka jika saja tidak ditahan oleh Rita.
"Biarin mereka ngobrol, Din. Arka kelihatannya juga bukan orang asing buat Gio." Ucap Rita.
"Kalau mereka berantem gimana?" Tanya Dinda.
"Ya lo kudu ngelerai mereka. Gampang." Sahut Shella.
Rita memukul pelan tangan Shella, "ngga usah ngelawak."
"Yang ngelawak siapa sih? Perasaan gue ngga stand-up di depan lo berdua. Gue salah mulu Ya Allah." Shella membalas.
***
Arka membawa Gio ke koridor yang sepi. Saat itu Gio menyentak kasar tangan Arka hingga melepaskannya.
"Lo kenapa sih? Kok sensi banget hari ini? Kenapa? PMS lo?" Tanya Arka.
Gio menatap Arka sinis, "ngga usah bacot lo!"
Arka menggeleng, "gue tu peduli sama lo, bukannya bacot." Ucapnya.
"Gue ngga butuh perhatian dari lo. Kemana aja perhatian lo selama ini, ha? Saat gue butuh ngga ada, saat gue ngga butuh baru lo muncul."
"Gi, gue harus berapa kali bilang? Gue ngikutin bokap kerja. Bokap ngurus perusahaan di berbagai cabang dan kami ngga bisa netap di satu tempat." Ucap Arka.
"Ngga bisa netap? Apa artinya lo bakal pindah lagi?" Tanpa sadar Gio bertanya dengan nada tak percaya.
Arka tersenyum, "kenapa? Lo takut gue tinggalin lagi?"
Gio berdecak kesal, "ngga usah ngelawak lo!"
Arka menepuk bahu Gio namun Gio menepisnya.
"Lo kenapa sih? Gue serius. PMS, ha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Teen FictionGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?