Part 39 ; Broken heart

862 56 0
                                    

Created by girlRin




Dinda menatap langit yang masih menangis. Ia menghela napas panjang dan memilih menunggu hujan reda sembari menatap orang-orang yang nekat menembus hujan yang justru makin deras.

Seketika kenangan masa lalu saat ia masih di Sekolah lamanya kembali terbayang. Bagaimana Dinda dan teman-temannya bermain menerobos hujan saat pulang sekolah dan tertawa bersama.

Duh, jadi kangen mereka. Batin Dinda mendadak rindu.

"Din?"

Dinda terkejut dan menoleh. Sosok Ketua OSIS tengah berada di hadapannya, Rafa.

"Eh, kamu..."

Rafa tersenyum geli saat melihat Dinda berusaha keras mengingat namanya, "Rafa." ucapnya saat merasa kasihan Dinda yang masih berpikir keras.

Dinda tertawa kecil seolah baru saja ketahuan berbohong. "Maaf ya, saya teh lupa terus nama kamu." ungkapnya.

"Iya, gak papa. Lagian gue emang jarang ketemu lo, kan? Biasanya gue mah ketemunya sama anak-anak OSIS, Basket, Futsal dan ya organisasi lainnya yang ada kerjasama sama OSIS." balas Rafa.

"Oh. Keren atuh."

Rafa tersenyum, "eh lo sendirian aja? Rita sama Shella mana? Biasanya lengket bertiga." tanya Rafa.

"Di Rumah Sakit." jawab Dinda.

"Eh, Gio kecelakaan, ya? Gue denger dari anak-anak yang lain katanya dia ketabrak. Dia ngga papa, kan? Gue sebenarnya mau jenguk, tapi ya tau sendiri gue sungkan. Selain sibuk, gue juga ngga akrab sama dia." ucap Rafa.

Dinda mengangguk paham. "Iya, gak papa kok. Dia mah emang gitu, nanti deh jenguk aja. Bagus buat jalin pertemanan." sarannya.

Rafa mengangguk.

"Eum, Din?"

Dinda menoleh seolah bertanya, "Gini... Gue ada... Eum, anak-anak klub drama mau ngadain pensi. Gue cuma mau tau aja, lo mau nonton bareng gue ngga?"

Dinda terlihat berpikir, "mereka nampilin apa?" tanya gadis itu.

"Kalau ngga salah nampilin drama Beauty and the Beast. Mau ngga?"

Dinda menggeleng pelan, "kayaknya ngga bisa deh. Maaf ya, saya ngga yakin Rita sama Shella ngga bakal ngajak saya. Kalau mereka tau mungkin mereka bakal ajak saya ke sana dan saya ngga mungkin nolak mereka. Mereka sahabat saya. Maaf, ya..."

Rafa mengangguk paham, "santai aja lagi, Din." ucapnya.

Rafa pun menatap langit yang masih mengguyur jalan Kota.

"Hujan gini enaknya makan yang hangat." gumam Rafa.

"Heum, kamu teh ngomong apa barusan?" Dinda bertanya pasalnya Rafa bersuara lirih.

Rafa menoleh dan tersenyum, "gue bilang hujan gini enaknya makan yang hangat. Biasanya sih gue suka makan mie instan gitu. Enak banget apalagi campur telor rebus." ucap Rafa.

"Iya, enak emang tuh. Saya juga suka." Dinda setuju.

Rafa senang karena Dinda mulai nyaman berbicara dengannya. Terakhir mereka bicara adalah saat sahabatnya membahas bagaimana Gio dekat dengan Dinda. Mengingat Gio, Rafa pun ingat di mana ia pernah menolong Gio yang dipukulin oleh seorang pria dekat POM bensin dulu.

"-fa? Rafa?!"

"Ha?!" Rafa tersentak kaget saat Dinda menepuk bahunya.

"Kamu teh kenapa? Saya panggil daritadi ngga nyahut. Nanti kemasukan jin baru tau."

[2]Gio's Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang