Created by girlRin
Dinda duduk menunggu seseorang di depan Parkiran. Kali ini Supir tantenya tak bisa menjemputnya lagi karena beliau sedang mengantarkan berkas penting buat tantenya.
"Aduh, dia teh kemana sih? Pas dibutuhin kok susah banget dicari tapi kalau ngga dibutuhin muncul mendadak kayak jin." Gumam Dinda.
Tak lama ia melihat Gio datang dan segera saja Dinda menghampiri Gio sebelum pemuda itu menaiki motornya.
Melihat ada Dinda, Gio pun menautkan alisnya heran.
"Saya nebeng, ya? Ngga ada jemputan soalnya. Ya?" Pinta Dinda dengan nada manis.
"Trus? Gue harus bilang wow gitu?" Sahut Gio.
Dinda merengut, "biasa juga kamu teh nganterin saya pulang. Ayolah, ya. Saya nebeng, anterin pulang gitu atau engga kita ke Taman, kali aja si Angga ada di sana. Udah lama ngga ketemu Angga." Ucap Dinda lagi.
Gio menghela napas panjang, "bacot banget sih lo jadi cewek." gerutunya.
"Iya, cewek kalo ngga bacot teh bukan cewek atuh. Cewek cantik tuh cewek yang banyak ngomong." Sahut Dinda.
"Iya, kalau yang dibacotin itu berguna. Ngga kayak lo. Ngga penting semua."
Dinda menatapnya kesal, "ya udah sih. Kalau ngga mau ya ngga papa. Saya naik taksi aja. Emangnya saya teh ngga bisa mandiri apa? Huh!"
Belum sempat Dinda pergi, Gio pun menarik pergelangan tangannya.
"Iih, apa sih? Lepas ih, kegenitan banget kamu." Ucap Dinda.
"Kita ke Taman." Ucap Gio singkat.
Dinda tersenyum, "nah gitu dong. Kan tambah ganteng iih," ucap Dinda senang.
Gio memutar bola matanya jengah, "cepetan naik!"
***
Mereka pun tiba di Taman dan tepat saat itu juga Gio melihat Anggara sedang bermain bola sendirian.
"Angga!"
Dinda menatap ke arah yang dilihat oleh Gio dan seketika itu ia melihat Anggara sedang tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah mereka.
"Buruan atuh." Dinda menarik Gio mendekati Anggara.
Anggara memeluk bolanya dan berlari mendekati kedua anak SMA itu. Ketika mereka telah saling berhadapan, Anggara memeluk kaki Gio.
"Kak Gio, kok lama sih ngga main sama Angga lagi? Angga kesepian tau." Ucap Anggara dengan nada merajuk.
Dinda berjongkok sehingga tingginya setara dengan Anggara, "cuma Kak Gio aja nih yang dikangenin? Kak Dinda ngga?" Tanyanya dengan nada sedih yang tentu saja cuma pura-pura.
Anggara tertawa kecil, "kangen juga kok sama Kakak cantik. Oh iya, Kak Gio beliin Angga sama Kakak cantik es krim dong." Ucap Anggara.
Gio ikut berjongkok dan menatap Anggara bingung, "kok Kakak sih? Kakak marah nih, masa baru datang disuruh beliin kamu es krim." Ucapnya dengan nada merajuk.
Dalam hati Dinda tertawa melihat bagaimana interaksi Gio dan Anggara. Ternyata Gio bisa juga ya ramah sama anak kecil. Daddyable banget iih. Batinnya senang.
Seketika ia tersadar dan menggeleng cepat, Astaghfirullah, kok saya jadi mikirin itu iih? Ya Gusti...
"Masa Kakak cantik sih yang beliin? Kata Papa, laki-laki itu harus ngelindungin perempuan, Kak. Kalau ngga, Angga aja deh yang beli." Ucap Angga dengan polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Teen FictionGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?